KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI MOTIVASI DAN PRESTASI PESERTA DIDIK KELAS XI SMK N 4 SURAKARTA.

(1)

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPESTUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION(STAD)

DANTHINK PAIR SHARE(TPS) DITINJAU DARI MOTIVASI DAN PRESTASI PESERTA DIDIK KELAS XI SMK N 4 SURAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh: Rinda Naviano

11301241012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini.

Nama : Rinda Naviano

NIM : 11301241012

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan Matematika

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Judul Skripsi :Keefektifan Pembelajaran Matematika Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan Think Pair Share (TPS) Ditinjau dari Motivasi dan Prestasi Peserta Didik Kelas XI SMK N 4 Surakarta

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan ilmiah yang telah lazim.

Yogyakarta, 5 Januari 2017

Yang menyatakan,

Rinda Naviano NIM 11301241012


(5)

MOTTO

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

(Qs. Al-Baqarah:286)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai ( dari suatu urusan ), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”

(Qs. Al-Insyirah: 6,7)

“Jika kamu bersungguh-sungguh, kesungguhanmu itu untuk kebaikanmu sendiri.”

(Qs. Al-Ankabut: 6)

Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan menanggung perihnya

kebodohan

(imam Syafi’i)

Do it Now. Sometimes Later becomes Never.

(Anonymous)


(6)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahairabbil’alamiin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah

memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga tugas akhir skripsi ini dapat

diselesaikan. Karya ini penulis persembah kan untuk:

Orang tua saya tercinta:

Sungatno (Alm), Dwi Maryanto, Dwi Lestari yang senantiasa melimpahkan

kasih sayang, motivasi, semangat, dukungan, dan untaian doa yang tidak

pernah putus

Kakak dan Adik Saya:

Rio Naviano, Ervan Yulianto, Farhan Bayu Setyawan yang selalu memberikan

dukungan

Sahabat Saya:

Mas Aam, Rofi amiyani, fian, muti, ida, cha, anggita, yeni, teman-teman RSBI dan

Pendidikan Matematika 2011 yang telah memberikan doa, dukungan, semangat dalam


(7)

Keefektifan Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division

(STAD) danThink Pair Share(TPS) Ditinjau dari Motivasi dan Prestasi Peserta Didik Kelas XI SMK N 4 Surakarta

Oleh Rinda Naviano

11301241012 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan Think Pair Share (TPS), serta mengetahui pendekatan yang lebih efektif antara pembelajaran dengan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TPS ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar matematika.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan menggunakan desain penelitian pretest posttest non-equivalent group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI SMK N 4 Surakarta tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 384 yang dibagi terbagi menjadi 12 kelas. Sampel dipilih secara acak dan didapat peserta didik kelas XI APH 1 sebagai kelas eksperimen pertama dan peserta didik kelas XI APH 3 sebagai kelas eksperimen kedua. Kelas eksperimen pertama menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelas eksperimen kedua menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar angket dan instrument tes (pretest-posttest). Analisis data untuk mengukur keefektifan menggunakan one sample t-test; untuk mengetahui perbedaan keefektifan menggunakan T2 (Hotteling Trace); untuk mengetahui pendekatan yang lebih efektif menggunakan independent sample t-test dengan taraf signifikan 0,05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) pembelajaran dengan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar matematika; 2) pembelajaran dengan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS efektif ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar matematika; 3) pembelajaran dengan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak lebih efektif ditinjau dari motivasi, tetapi pembelajaran dengan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih efektif dibanding pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS ditinjau dari prestasi belajar matematika.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir Skripsi yang berjudul "Keefektifan Pembelajaran Matematika Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan Think Pair Share (TPS) Ditinjau dari Motivasi dan Prestasi Peserta Didik Kelas XI SMK N 4 Surakarta" dapat diselesaikan dengan baik.

Tugas akhir skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta.Penyusunan skripsi ini tidak dapat dilaksanakan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulismengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Hartono, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

3. Bapak Dr. Slamet Suyanto, Wakil Dekan I Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.


(9)

4. Bapak Dr. Ali Mahmudi, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan izin untuk menyusun skripsi ini.

5. Ibu Dr. Dhoriva Urwatul Wustqa, selaku dosen pembimbing yang dengan tulus ikhlas membimbing, membantu, memberikan arahan, motivasi, serta masukan-masukan yang membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Himmawati Puji Lestari, M.Sc, Dwi Lestari, M.Sc, dan Bapak Musthofa, M.Sc.yang telah bersedia memvalidasi instrumen dalam penelitian ini.

7. Prof. Dr. Rusgianto H.S, M.Pd selaku penasehat akademik yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika yang ikhlas membagi dan memberikan ilmunya.

9. Bapak Drs. Suyono, M.Si. selaku kepala SMK Negeri 4 Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian. 10. Ibu Nikmah Mawadati, M.Pd. selaku guru pembimbing di SMK Negeri 4

Surakarta telah banyak membantu saat dilaksanakannya penelitian ini.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaskanaan dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis.


(10)

Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk karya tulis penulis selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, 5 Januari 2017 Penulis

Rinda Naviano NIM.11301241012


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 11

1. Pembelajaran Matematika ... 11

2. Keefektifan Pembelajaran... 14

3. Motivasi Belajar ... 17

4. Prestasi Belajar ... 21

5. Pembelajaran Kooperatif ... 22

6. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 25


(12)

8. Pendekatan Saintifik ... 31

9. Pendekatan Saintifik Melalui Model Kooperatif Tipe STAD ... 35

10. Pendekatan Saintifik Melalui Model Kooperatif Tipe TPS ... 37

B. Penelitian yang Relevan ... 38

C. Kerangka Berpikir ... 38

D. Hipotesis Penelitian... 42

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43

B. Desain Penelitian... 44

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 45

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 45

E. Variabel Penelitian ... 46

F. Definisi Operasional Variabel... 47

G. Perangkat Pembelajaran ... 50

H. Teknik Pengumpulan Data... 51

I. InstrumenPenelitian... 51

J. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 52

K. Teknik Analisis Data ... 55

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 65

B. Deskripsi Data ... 71

C. Analisis Statistik Inferensia... 77

D. Pembahasan... 83

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 92

B. Saran... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Ujian Nasional SMK tahun ajaran ... 2

Tabel 2 Belajar Efektif dan Pembelajar Efektif ... 15

Tabel 3 Indeks Motivasi Belajar ... 20

Tabel 4 Apek dan Indikator Motivasi Belajar ... 20

Tabel 5 Sintaksis Model Cooperative Learning ... 25

Tabel 6 Penentuan Poin Kemajuan Individu ... 28

Tabel 7 Kriteria Penghargaan Kelompok... 28

Tabel 8 Tahapan Pembelajaran Pendekatan Saintifik Melalui Model Kooperatif Tipe STAD ... 36

Tabel 9 Tahapan Pembelajaran Pendekatan Saintifik Melalui Model Kooperatif Tipe TPS... 37

Tabel 10 Desain Penelitian... 44

Tabel 11 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 45

Tabel 12 Langkah-langkah Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD... 48

Tabel 13 Langkah-langkah Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 49

Tabel 14 Kisi–kisi Angket Motivasi Belajar ... 52

Tabel 15 Kriteria Reliabilitas ... 54

Tabel 16 Koefisien Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 54

Tabel 17 Hasil Analisis SEM Instrumen Penelitian ... 55

Tabel 18 Kategori Motivasi Belajar ... 56

Tabel 19 Deskripsi Data Hasil Tes Prestasi Belajar Matematika... 71

Tabel 20 Persentase Ketuntasan Pretest dan Posttest ... 72

Tabel 21 Data Hasil Angket Motivasi Belajar ... 74

Tabel 22 Persentase Kategori Motivasi Belajar Sebelum dan Setelah Perlakuan Desain Penelitian ... 74

Tabel 23 Pencapaian Tiap Aspek Motivasi Belajar ... 75


(14)

Tabel 25 Hasil Uji Normalitas Sebelum Perlakuan dan Setelah Perlakuan . 78

Tabel 26 Hasil Uji Homogenitas Sebelum dan Setelah Perlakuan ... 78

Tabel 27 Keefektifan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan TPS Ditinjau dari Prestasi... 79

Tabel 28 Keefektifan Pendekatan Saintifik Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan TPS Ditinjau dari Motivasi ... 80

Tabel 29 Hasil Uji Hotelling’sTrace Sebelum Perlakuan ... 81

Tabel 30 Hasil UjiHotelling’s TraceSetelah Perlakuan ... 82


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir ... 41

Gambar 2 Diskusi Kelompok STAD... 67

Gambar 3 Penghargaan Kelompok... 68

Gambar 4 Diskusi Kelompok TPS ... 70


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 98

Lampiran 1.1 RPP Kelas Eksperimen Pertama Pertemuan ke-1 ... 99

Lampiran 1.2 RPP Kelas Eksperimen Pertama Pertemuan ke-2 ... 110

Lampiran 1.3 RPP Kelas Eksperimen Pertama Pertemuan ke-3 ... 120

Lampiran 1.4 RPP Kelas Eksperimen Pertama Pertemuan ke-4 ... 130

Lampiran 1.5 RPP Kelas Eksperimen Kedua Pertemuan ke-1 ... 140

Lampiran 1.6 RPP Kelas Eksperimen Kedua Pertemuan ke-2 ... 147

Lampiran 1.7 RPP Kelas Eksperimen Kedua Pertemuan ke-3 ... 154

Lampiran 1.8 RPP Kelas Eksperimen Kedua Pertemuan ke-4 ... 161

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa ... 168

Lampiran 2.1 LKS Translasi ... 169

Lampiran 2.2 LKS Refleksi ... 176

Lampiran 2.3 LKS Rotasi ... 185

Lampiran 2.4 LKS Dilatasi ... 194

Lampiran 3 Instrumen Penelitian ... 202

Lampiran 3.1 Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest... 203

Lampiran 3.2 Indikator Motivasi Belajar... 205

Lampiran 3.3 Pedoman Penskoran Pretest dan Posttest... 206

Lampiran 3.4 Soal Pretest... 217

Lampiran 3.5 Soal Posttest ... 221

Lampiran 3.6 Alternatif Jawaban Soal Pretest ... 225

Lampiran 3.7 Alternatif Jawaban Soal Posttest ... 230

Lampiran 3.8 Angket Motivasi ... 235

Lampiran 4 Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran... 238

Lampiran 4.1 Pertemuan Ke-1 di Kelas Eksperimen Pertama... 239

Lampiran 4.2 Pertemuan Ke-2 di Kelas Eksperimen Pertama... 242

Lampiran 4.3 Pertemuan Ke-3 di Kelas Eksperimen Pertama... 245


(17)

Lampiran 4.7 Pertemuan Ke-3 di Kelas Eksperimen Kedua ... 257

Lampiran 4.8 Pertemuan Ke-4 di Kelas Eksperimen Kedua ... 260

Lampiran 5 Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 264

Lampiran 5.1 Data Hasil Pretest... 264

Lampiran 5.2 Perhitungan Reliabilitas Soal Pilihan Ganda Pretest ... 268

Lampiran 5.3 Perhitungan Reliabilitas Soal Uraian Pretest ... 269

Lampiran 5.4 Data Hasil Posttest ... 270

Lampiran 5.5 Perhitungan Reliabilitas Soal Pilihan Ganda Posttest ... 273

Lampiran 5.6 Perhitungan Reliabilitas Soal Uraian Posttest ... 274

Lampiran 5.7 Data Hasil Angket Sebelum Perlakuan ... 275

Lampiran 5.8 Perhitungan Reliabilitas Angket... 278

Lampiran 6 Daftar Nilai ... 279

Lampiran 6.1 Daftar Kelompok Siswa STAD ... 280

Lampiran 6.2 Daftar Nilai Siswa Kelas Eksperimen STAD... 281

Lampiran 6.3 Daftar Nilai Kuis Siswa Kelas Eksperimen STAD ... 282

Lampiran 6.4 Daftar Nilai Siswa Kelas Eksperimen TPS ... 286

Lampiran 7 Hasil Pretest dan Posttest... 287

Lampiran 7.1 Hasil Pretest pada Kelas Eksperimen Pertama ... 288

Lampiran 7.2 Hasil Pretest pada Kelas Eksperimen Kedua ... 290

Lampiran 7.3 Hasil Posttest pada Kelas Eksperimen Pertama ... 292

Lampiran 7.4 Hasil Posttest pada Kelas Eksperimen Kedua... 294

Lampiran 8 Hasil Angket Motivasi Belajar ... 296

Lampiran 8.1 Hasil Motivasi Belajar Sebelum Perlakuan Kelas Eksperimen STAD... 297

Lampiran 8.2 Hasil Motivasi Belajar Sebelum Perlakuan Kelas Eksperimen TPS ... 299

Lampiran 8.3 Hasil Motivasi Belajar Setelah Perlakuan Kelas Eksperimen STAD... 301

Lampiran 8.4 Hasil Motivasi Belajar Setelah Perlakuan Kelas Eksperimen TPS ... 303


(18)

Lampiran 9.1 Uji Normalitas ... 306

Lampiran 9.2 Uji Homogenitas... 308

Lampiran 9.3 Uji Keefektifan ... 309

Lampiran 9.4 Uji Perbedaan Keefektifan ... 310

Lampiran 10 Lembar Validasi ... 312

Lampiran 10.1Lembar Validasi RPP ... 313

Lampiran 10.2Lembar Validasi LKS... 321

Lampiran 10.3Lembar Validasi Instrumen Pretest... 323

Lampiran 10.4Lembar Validasi Instrumen Posttest ... 331

Lampiran 10.5Lembar Validasi Instrumen Angket Motivasi Belajar... 339

Lampiran 11 Surat- Surat Terkait Penelitian ... 348

Lampiran 11.1SK Pembimbing TAS ... 349

Lampiran 11.2Surat Ijin Penelitian Fakultas... 350


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting dalam kemajuan suatu negara. Pendidikan merupakan suatu usaha dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas untuk perkembangan bangsa, dan negara. Sebagaimana dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pada saat ini kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013. Salah satu pendekatan yang sesuai dengan kurikulum 2013 adalah saintifik. Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah merupakan pendekatan yang memadukan proses mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting), menalar/mengasosisasi (associating), mengomunikasikan (communicating). Dalam pendekatan saintifik, peserta didik berperan aktif dalam mengkonstruksi pemikirannya sendiri melalui pembelajaran


(20)

penyelidikan yang telah direncanakan secara ilmiah, guru bertindak sebagai fasilitator dan bukan merupakan satu-satunya sumber belajar.

Salah satu mata pelajaran wajib yang harus dipelajari oleh peserta didik pada tingkat pendidikan sekolah dasar dan menengah adalah matematika. Matematika memiliki peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti yang dinyatakan oleh Kennedy, Tipps, & Johnson (2008:27), “Mathematics knowledge and skill world provide a key for entry into a rapidly changing technological world“.

Dalam pelaksanaan pembelajaran matematika, sebagian peserta didik beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami sehingga menjadi salah satu penyebab rata-rata prestasi belajar masih rendah. Hasil ujian nasional matematika SMK dari BSNP tahun 2013, 2014, 2015 menunjukkan bahwa rata-rata nilai matematika masih rendah. Hasil ujian nasional matematika disajikan pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Ujian Nasional SMK Nilai Ujian Nasional Matematika SMK

Tahun Ajaran 2014/2015 2013/2014 2012/2013

Kategori D D D

Rata-Rata 4,82 5,10 5,24

Terendah 0,25 0,50 0,75

Tertinggi 10,00 10,00 10,00


(21)

D yaitu kurang. Prestasi belajar merupakan hasil dari proses pembelajaran yang telah dilalui. Penilaian prestasi belajar digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan perserta didik terhadap pembelajaran dan dapat digunakan sebagai acuan evaluasi pembelajaran. Salah satu faktor yang memengaruhi prestasi belajar adalah motivasi.

Motivasi mengambil peranan yang penting dalam pembelajaran. Hal ini diungkapkan oleh Schunk (2012: 346), “motivation plays an important role in

learning”. Motivasi merupakan dorongan atau energi dalam melakukan segala upaya yang memiliki arah untuk mencapai tujuan dan memiliki hubungan erat mengenai keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik tidak mungkin dapat mencapai tujuan pembelajaran tanpa adanya motivasi belajar. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru pengampu mata pelajaran kelas XI SMK Negeri 4 Surakarta diperoleh bahwa motivasi peserta didik dalam mempelajari matematika masih kurang dikarenakan sebagaian besar total waktu belajar disekolah digunakan untuk praktik kerja lapangan sehingga peserta didik lebih terfokus pada pelajaran praktik serta menganggap matematika hanya sebagai mata pelajaran wajib.

Dalam upaya meningkatkan prestasi dan motivasi belajar matematika diperlukan pendekatan dan model pembelajaran. Model pembelajaran yang baik terdapat interaksi antar peserta didik dan guru, menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang yang cukup untuk mengembangkan diri, mengasah kemandirian dan kreatifitas peserta didik. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat menjadikan proses pembelajaran


(22)

lebih efektif. Keefektifan pembelajaran dapat dilihat melalui ketercapaian dalam tujuan pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menitikberatkan pada pemberian kesempatan peserta didik untuk mengkonstruksi sendiri pemikirannya dengan cara bekerja bersama-sama dan saling menghargai pendapat antar peserta didik dalam kelompok kecil. Menurut Arends (2015: 371), “the cooperative learning model was developed to achieve at least three important instructional goals: academic achievement, tolerance and acceptance of diversity, and social skill development”. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, pengembangan keterampilan sosial. Selain pendapat tersebut, Eggen & Kauchak (2012:124) menyatakan bahwa “cooperative learning, and discussions can increase student motivation by capitalizing on the motivation effects of social interaction and involvement”. Kerjasama tim, pembelajaran kooperatif, dan diskusi dapat meningkatkan motivasi peserta didik dengan memanfaatkan efek dari interaksi dan keterlibatan sosial. Hal senada juga diungkapkan oleh Isjoni (2013: 13), dalam cooperative learning siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa


(23)

model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan sosial, keterampilan, prestasi dan motivasi belajar peserta didik.

Terdapat beberapa tipe dari pembelajaran kooperatif, antara lain tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan Think Pair Share (TPS). STAD merupakan tipe pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang masing-masing anggotanya terdiri dari 4-5 orang dengan struktur peserta didik yang heterogen (memiliki kemampuan akademik yang berbeda-beda). Proses pembelajaran kooperatif tipe STAD meliputi presentasi, perorganisasian tim, kuis, skor kemajuan individu, rekognisi tim / pemberian penghargaan kelompok berdasarkan rata-rata kemajuan individu. Proses pembelajaran tersebut menekankan pada kerjasama antar peserta didik dalam kelompok untuk memahami materi pelajaran yang diberikan serta adanya tanggung jawab individu untuk keberhasilan kelompok. Penerapan STAD cocok untuk pembelajaran matematika dan dapat diterapkan pada semua tingkat kelas.

Think- Pair-Share (TPS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan secara individu, kemudian secara berpasangan bertukar ide untuk mendapatkan penyelesaian dari permasalahan yang diberikan dan mempresentasikan hasil dari diskusinya. Miftahul Huda (2010:136) mengatakan bahwa Think-Pair-Share (TPS) dapat memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain, mengoptimalkan partisipasi siswa, dan bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Langkah – langkah pembelajaran Think Pair Share meliputi: 1) Think (peserta


(24)

didik diberikan kesempatan untuk memikirkan permasalahan yang diberikan oleh guru secara individu), 2) Pairing (berpasangan dengan peserta didik lain untuk mendiskusikan dan bertukar ide yang telah dipikirkannya pada tahap pertama), 3) Sharing (Peserta didik mempresentasikan hasil dari diskusi dengan kelompoknya).

Penerapan pendekatan dan model pembelajaran yang efektif perlu dilakukan di berbagai satuan pendidikan formal atau sekolah karena dapat mencapai tujuan dari pembelajaran secara optimal, salah satunya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). SMK merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang bertujuan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan sehingga peserta didik memiliki daya kompetitif di dalam dunia kerja maupun untuk mengembangkan diri melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 adalah SMK Negeri 4 Surakarta, Jawa Tengah. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kurikulum 2013 tidak selalu sesuai dengan capaian yang diharapkan. Berdasarkan pengamatan yang di lakukan di dalam kelas menunjukkan bahwa masih terdapat ceramah dalam pembelajaran. Selain itu, hasil pengamatan peneliti saat observasi di kelas terlihat bahwa motivasi belajar peserta didik peserta didik kurang. Hal ini ditandai dengan peserta didik kurang berusaha dalam menyelesaikan persoalan matematika dan peserta didik mudah menyerah saat diberikan soal yang dianggap sulit.


(25)

pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan proses pembelajaran dengan menggabungkan langkah-langkah model pembelajaran STAD (presentasi, perorganisasian tim atau pembentukan kelompok, pemberian kuis individu, perhitungan skor kemajuan individu, dan rekognisi tim atau pemberian kelompok) dengan kegiatan saintifik (mengamati, menanya, menumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, mengomunikasikan). Pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan proses pembelajaran dengan menggabungkan langkah-langkah model pembelajaran Think- Pair-Share dengan kegiatan saintifik (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, mengomunikasikan).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diteliti tentang keefektifan penggunaan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TPS ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar matematika peserta didik SMK.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang timbul sebagai berikut:

1. Motivasi belajar matematika peserta didik masih perlu dioptimalkan.

2. Prestasi belajar matematika peserta didik masih perlu dioptimalkan.

C. Pembatasan Masalah

Supaya penelitian ini lebih fokus dan terarah, masalah penelitian dibatasi pada keefektifan penggunaan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran


(26)

kooperatif tipe STAD dan TPS ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar matematika peserta didik kelas XI SMK N 4 Surakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe STAD efektif ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar peserta didik?

2. Apakah pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tpe TPS efektif ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar peserta didik?

3. Manakah yang lebih efektif antara pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe STAD dan TPS ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar peserta didik?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan keefektifan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe STAD ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar peserta didik.


(27)

2. Mendeskripsikan keefektifan pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe TPS ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar peserta didik.

3. Mendeskripsikan model pembelajaran yang lebih efektif antara pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe STAD dan TPS ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar peserta didik.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peserta Didik

a. Memberikan pengalaman belajar dengan pendekatan saintifik melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Team Acievement Division (STAD) dan Think Pair Share (TPS).

b. Peserta didik diharapkan lebih terlibat aktif dalam pembelajaran .

c. Diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi peserta didik.

2. Bagi Guru

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pilihan metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan motivasi belajar dan prestasi peserta didik.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan guru mengenai metode yang tepat pada pembelajaran matematika sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu menerapkan pendekatan saintifik melalui


(28)

model kooperatif tipe Student Team Acievement Division (STAD) dan Think Pair Share (TPS).

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai penggunaan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif khususnya tipe Student Team Acievement Division (STAD) dan Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran matematika ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar peserta didik.


(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Menurut M. Sobry Sutikno (2013: 34), tujuan pembelajaran pada dasarnya adalah kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Selain pendapat tersebut, Sardiman A.M. (2011: 28) mengatakan bahwa tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap mental/ nilai-nilai.

Pembelajaran memiliki berbagai makna. Asis Saefuddin & Ika Berdiati (2014: 8) menyatakan bahwa pembelajaran dapat dimaknai sebagai proses penambahan pengetahuan dan wawasan melalui rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya, sehingga terjadi perubahan yang sifatnya positif, dan pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan, dan pengetahuan baru. Selain pendapat tersebut, makna pembelajaran juga dikemukakan oleh Abdul Majid (2013: 140), pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dari berbagai strategi, metode, dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan.


(30)

Dari pendapat yang telah disampaikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran dapat dimaknai sebagai proses penambahan pengetahuan dan wawasan melalui berbagai upaya yang telah direncanakan untuk memperoleh perubahan diri yang positif dari segi pengetahuan, keterampilan, mental, dan kecakapan.

Suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai pembelajaran apabila memenuhi kriteria tertentu. Tiga kriteria pembelajaran menurut Schunk (2012: 3), “learning involves change, learning endures over tie, learning occurs through experience”. Pembelajaran melibatkan perubahan, mendatangkan hasil belajar dari waktu ke waktu, belajar terjadi melalui pengalaman. Dalam kegiatan belajar terdapat prinsip atau pilar pengetahuan menurut Stoll, Fink, & Earl (2003: 16) adalah sebagai berikut:

1) Learning to know

Memperoleh pengetahuan umum yang luas, keingintahuan, pemahaman instrumen, saling ketergantungan, dorongan dan pondasi untuk dapat terus belajar sepanjang hidup.

2) Learning to do

Kompetensi untuk menempatkan apa yang telah dipelajari dalam praktik, mampu menghadapi berbagai situasi dan bertindak kreatif, memiliki tingkat keterampilan yang tinggi.

3) Learning to live together

Mengembangkan pemahaman keberagaman dan persamaan antara orang, menghargai saling ketergantungan dengan orang lain, mampu berpartisipasi dan bekerja sama dengan orang lain, meningkatkan hubungan dengan orang lain sehingga dapat meminimalkan kekerasan dan konflik. 4) Learning to be

Memahami kemampuan diri sendiri sehingga dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya seperti kecerdasan, kepekaan, rasa estetika, dan nilai spiritual.


(31)

melalui pengalamannya sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Watkins, Carnell & Lodge (2007 :19),“learning is an activity of making meaning-construction-not simply of receiving”. Proses pembelajaran sebagaimana yang tertuang dalam peraturan pemerintah nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. Oleh karena itu, model pembelajaran yang tepat sangat penting guna memfasilitasi perkembangan kemampuan peserta didik sehingga mencapai hasil pembelajaran yang optimal.

Selain model pembelajaran yang tepat untuk mengoptimalkan hasil pembelajaran, kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi tingkat pemahaman peserta didik. Hal ini diperkuat oleh pendapat Romberg & Shafer (2008:155) yang menyatakan bahwa:

Instruction should be based on their knowledge of student understanding, more emphasis should be given to mental computation and estimate, discussion, problem solving, and connections were important elements of instruction

Maksud dari pernyataan di atas adalah pembelajaran harus didasarkan pada pengetahuan guru tentang pemahaman peserta didik yang menekankan pada perhitungan perkiraan mental, diskusi, pemecahan masalah dan hubungan atau ikatan dengan peserta didik. Hal tersebut merupakan elemen penting dari pembelajaran.


(32)

Matematika merupakan aspek yang sangat penting bagi perkembangan dunia. Hal ini diperkuat oleh Kennedy, Tipps, & Johnson (2008), “mathematics knowledge and skill world, provide a key for entry into a rapidly changing technological world “. Maksud pernyataan diatas adalah pengetahuan matematika dan keterampilan merupakan kunci untuk mengembangkan teknologi secara cepat. Matematika memiliki makna lebih dari sekedar perhitungan angka atau numerik semata seperti yang dinyatakan oleh Reys, Syudam, & Linquist (1998:2), ”mathematics involves far more than computation”. Booker (2003: 13) menyatakan bahwa “part of teaching mathematics is to provide meaningful experiences at appropriate points out of which appreciation and understanding of concepts and ways of thinking can be built”. Maksud dari pernyataan di atas adalah bagian dari mengajar matematika yaitu memberikan pengalaman yang berarti dengan apresiasi dan pemahaman konsep serta dapat membangun cara berpikir secara tepat.

Berdasarkan definisi pembelajaran dan matematika, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu upaya yang telah disusun sedemikian rupa untuk melatih pola pikir dan keterampilan peserta didik berdasarkan pengalamannya sendiri.

2. Keefektifan Pembelajaran

Pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Banyak faktor atau komponen yang dibutuhkan untuk mencapai keefektifan pembelajaran. Guru tidak


(33)

membimbing peserta didik untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalamannya. Selain itu, guru juga sangat berperan penting dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dikelola secara tepat menghasilkan pembelajaran yang efektif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Belajar efektif dan pembelajar efektif menurut Watkins, Carnell & Lodge (2007 : 19) dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2. Belajar Efektif dan Pembelajar Efektif Effective Learning is . . . An effective learner . . . An activity of construction

Handled with (or in the context of) others

Driven by learner

The monitoring and review of the effectiveness of approaches and strategies for the goals and context.

Is active and strategic Is skill in collaboration

Takes responsibility for their learning Understands her/his learning and plans, monitors and reflects on their learning

Berdasarkan tabel di atas, pembelajaran efektif merupakan suatu kegiatan konstruksi atau membangun pengetahuan peserta didik, adanya interaksi dengan orang lain atau bekerjasama dalam belajar, adanya dorongan atau motivasi dari peserta didik, adanya pematauan dan peninjauan efektivitas, adanya pendekatan dan strategi untuk mencapai konteks dan tujuan belajar. Pembelajar atau peserta didik yang efektif merupakan peserta didik yang aktif dan memiliki strategi, keterampilan bekerjasama, bertanggung jawab terhadap pembelajaran, memahami pembelajaran dan rencana pembelajaran, mampu memonitor dan merefleksikan pembelajaran yang telah didapatkan.


(34)

Pembelajaran efektif dapat ditinjau dari berbagai hal. Menurut Nana Sudjana (2004: 35), suatu pembelajaran efektif dapat ditinjau dari segi proses dan hasilnya. Selain itu, pembelajaran yang efektif harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik. Capel, Leask, & Turner ( 1995: 12) mengatakan bahwa:

Effective teaching occurs where learning experience structured by the teacher matches the needs of the learner i.e. tasks develop the individual pupil’s knowledge, skills, attitudes and/or understanding in such a way that the pupil is applying past knowledge as appropriate and laying the foundation for the next stage of learning.

Arti dari pendapat tersebut adalah pembelajaran yang efektif terjadi dimana pengalaman belajar terstruktur oleh guru sesuai dengan kebutuhan peserta didik. dengan kata lain tugas mengembangkan pengetahuan individu peserta didik, keterampilan, sikap dan pemahaman sehingga peserta didik dapat menerapkan pengetahuannya dimasa lalu untuk pembelajaran berikutnya.

Menurut Kemp, Morrison & Ross (1994: 228), “measurement of effectiveness can be accertained from the scor, rating of project and performance, and records ofobservations of learner’s behavior”. Pendapat tersebut menyatakan bahwa pengukuran keefektifan dapat diketahui melalui skor tes, penilaian hasil kerja dan kinerja, dan catatan pengamatan terhadap tingkah laku peserta didik.

Kriteria keefektifan pembelajaran yang digunakan adalah indeks keefektifan. Kemp, Morrison,& Ross (1994: 289) mengatakan bahwa “ the percentage may be considered as an effectiveness index representing: (a) the percentage of learners reaching a preset level of mastery (satisfying each objective) and, (b) the average percentage of objectives satisfied by all learners”.


(35)

didik pada setiap tujuan pembelajaran dan rata-rata pencapaian tujuan oleh semua peserta didik. Persentase level penguasaan ini ditentukan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, keefektifan pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan peserta didik yang diukur dengan tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Pada penelitian ini, keefektifan dapat dilihat melalui pengukuran skor tes prestasi belajar, dan skor motivasi belajar peserta didik pada pembelajaran matematika.

3. Motivasi Belajar

Motivasi sangat penting dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan, tanpa adanya motivasi tidak mungkin seseorang dapat mencapai suatu tujuan. Hal ini diperkuat oleh Abdul Majid (2013: 264) yang menyatakan bahwa seorang siswa tidak dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi dalam dirinya. Selanjutnya Abdul Majid (2013: 264) menambahkan bahwa tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar.

Menurut Arends (2015: 142),“motivation is usually defined as the process that stimulate our behavior or arouse us to take action”. Motivasi didefinisikan sebagai proses yang merangsang perilaku kita atau membangkitkan kita untuk melakukan sesuatu. Senada dengan pendapat tersebut, Byrnes (2008: 99) mengatakan bahwa “motivation is a construct used to explain the initiation, direction, and intensity of an individual’s behavior; it has a lot to do with


(36)

whatever students engage or disengage in classroom activity”. Motivasi merupakan konstruksi yang digunakan untuk menjelaskan inisiasi, arah, dan intensitas perilaku individu, motivasi memiliki banyak keterkaitan dengan keterlibatan atau ketidak terlibatan peserta didik dalam kegiatan di kelas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan sesuatu yang merangsang perilaku atau upaya peserta didik dalam kegiatan belajar.

Motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri individu sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari luar individu. Menurut Marsh, Clarke, & Pittaway (2014: 40), “Intrinsic motivation refers to motivation without any apparent external reward”. Selanjutnya Marsh, Clarke, & Pittaway menambahkan bahwa“Intrinsic motivation can be capitalized on by using innovative teaching”. Maksud dari pernyataan diatas adalah motivasi intrinsik mengacu pada motivasi yang berasal dari diri sendiri tanpa adanya penghargaan dari luar dan dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan pengajaran inovatif.

Motivasi ekstrinsik menurut Marsh, Clarke, & Pittaway (2014: 41), “Extrinsic motivation is experience by students when they receive a reward or avoid punishment”. Motivasi ekstrinsik adalah pengalaman peserta didik ketika mereka menerima hadiah atau menghindari hukuman. Senada dengan pendapat tersebut Eggen & Kauchak (2012:48) mengatakan bahwa “extrinsically motivated learners study hard for a test because they believe studying will lead to high test


(37)

because they want to understand the content and view learning as worthwhile in itself”. Maksud pernyataan di atas adalah motivasi ekstrinsik merupakan motivasi peserta didik untuk belajar dengan sungguh-sungguh karena mereka meyakini bahwa dengan belajar akan mendapatkan nilai tes yang tinggi atau pujian dari guru, motivasi instrinsik merupakan motivasi peserta didik untuk belajar karena mereka menginginkan untuk memahami isi dari hal yang dipelajari dan melihat bahwa belajar sangat bermanfaat bagi dirinya sendiri.

Motivasi belajar memiliki berbagai efek positif bagi perkembangan kemampuan peserta didik. Efek motivasi belajar menurut Ormrod (2003: 368) adalah sebagai berikut:

Motivation direct behavior toward particular goals, motivation lead to increased effort and energy, motivation increases initiation of, and persistence in activities, motivation enhances cognitive processing, motivation determines what consequences are reinforching, motivation leads to improved performance.

Maksud dari pernyataan tersebut adalah motivasi merupakan perilaku dalam mencapai tujuan, meningkatkan usaha dan energi, motivasi meningkatkan inisisasi dan ketekunan dalam kegiatan, motivasi meningkatkan proses kognitif, motivasi menentukan hal yang memperkuat konsekuensi, motivasi mengarah ke perbaikan kerja.

Motivasi belajar peserta didik dapat diketahui melalui ciri-ciri motivasi dan indeks motivasi belajar. Ciri-ciri motivasi belajar menurut Sardiman A.M. (2011: 83) adalah sebagai berikut.

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya)


(38)

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam- macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu) g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

h. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

Adapun indeks motivasi belajar menurut Schunk, Pintrich, & Meece (2010: 12) yang disajikan pada tabel 3 sebagai berikut ini.

Tabel 3. Indeks Motivasi Belajar

Indeks Hubungan dengan Motivasi

Pemilihan tugas Kebebasan dalam pemilihan tugas

menunjukkan motivasi untuk melakukan tugas tersebut

Upaya Berusaha dengan sungguh-sungguh

terutama pada tugas yang sulit merupakan indikasi motivasi belajar

Ketekunan Bekerja dalam waktu yang

lama-terutama ketika seseorang menemukan kendala-dikaitkan dengan motivasi yang lebih tinggi

Prestasi Pilihan, usaha, dan ketekunan

merupakan hal yang dapat meraih prestasi

Berdasarkan ciri-ciri dan indeks motivasi belajar, aspek dan indikator motivasi belajar yang akan diukur pada penelitian ini disusun dalam tabel 5 berikut ini.

Tabel 4. Apek dan Indikator Motivasi Belajar

Aspek Indikator

1. Ketekunan 1.1 Dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama 1.2 Tidak pernah berhenti sebelum selesai

2. Keuletan 2.1 Tidak lekas putus asa


(39)

4. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil dari proses pembelajaran yang telah dilalui. Penilaian prestasi belajar digunakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan perserta didik terhadap pembelajaran dan dapat digunakan sebagai acuan evaluasi pembelajaran.

M. Hosnan (2014: 158) mengatakan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan perilaku baik peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap, maupun peningkatan keterampilan yang dialami siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran. Prestasi belajar peserta didik dapat dioptimalkan dengan berbagai cara misalnya dengan meningkatkan motivasi untuk mengembangkan kompetensi peserta didik, berkerja sama, dan berupaya lebih giat lagi. Hal ini diperkuat oleh Johnson & Johnson (2002: 8) yang mengatakan bahwa prestasi belajar berkembang berdasarkan tiga hubungan, sebagai berikut:

Achievement related behavior (ability to communicated, cooperative, perform certain activities and solve complex problem), achievement related products (writing themes or product report, art product, craft product), achievement related attitude and disposition (periode in the work, desire to improve continually one’s competencies, commitment to quality, internal locus of control, self-esteem)

Prestasi berhubungan dengan tingkah laku (kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama, melakukan kegiatan tertentu dan memecahkan masalah yang kompleks), prestasi berhubungan dengan hasil (hasil tulisan atau laporan, hasil seni, hasil kerajinan), prestasi terkait sikap dan keadaan (periode dalam pekerjaan, keinginan untuk meningkatkan kompetensi seseorang secara terus menerus, komitmen terhadap kualitas, pengendalian diri, harga diri).


(40)

Pengukuran prestasi sangat penting untuk memastikan pencapaian peningkatan kemampuan matematika peserta didik. Hal ini senada dengan pendapat Johnson & Johnson (2002: 17),” measures of achievement that confirm improved student mathematical performance are very important”.Prestasi belajar matematika lebih menekankan kepada aspek kognitif peserta didik. Pengukuran prestasi belajar peserta didik dilakukan dengan tes yang telah terstandar atau sesuai dengan indikator kompetensi dasar.

5. Pembelajaran Kooperatif a. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana peserta didik belajar dalam kelompok kecil. Eggen & Kauchak (2012: 123) menjelaskan bahwa “group work and cooperative learning consist of students working together in group small enough so that everyone can participate in clearly assigned task”. Kerja kelompok dan pembelajaran kooperatif terdiri dari peserta didik bekerja sama dalam kelompok kecil sehingga semua anggota dapat berpartisipasi dalam tugas yang ditetapkan. Selanjutnya Eggen & Kauchak menambahkan bahwa“cooperative learning is a group of teaching strategies that provide structured roles for students while emphasizing student-student interaction”. Pembelajaran kooperatif adalah sekelompok strategi pengajaran yang menyediakan peran yang terstruktur bagi peserta didik dengan menekankan


(41)

and / or required to work together on a common task, and they must coordinate their efforts to complete the task”. Maksud pernyataan tersebut adalah peserta didik dalam situasi pembelajaran kooperatif, mendukung atau dituntut bekerjasama dalam tugas bersama dan peserta didik harus mengkoordinasikan usaha mereka dalam menyelesaikan tugas.

Penyelesaian tugas melalui kerjasama dalam kelompok memungkinkan peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan baru. Hal ini diperkuat oleh Daryanto & Mulyo Rahardjo (2012: 229) yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab peserta didik akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan (contructing) dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagai pengetahuan serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran. Selain model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, pembelajaran kooperatif lebih baik dalam memenuhi kebutuhan akademik peserta didik disbanding dengan belajar individu. Barbara (1998 :77) menyatakan bahwa “most culturally diverse learners find that cooperative learning activities attend to their academic needs far better than do individual learning activities”. Maksud dari pernyataan tersebut adalah berdasarkan keragaman budaya peserta didik ditemukan bahwa aktivitas pembelajaran kooperatif memerhatikan kebutuhan akademik peserta didik jauh lebih baik dibandingkan dengan kegiatan belajar individu.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan menekankan kerjasama antar


(42)

peserta didik dalam kelompok kecil untuk saling mendukung selama proses pembelajaran serta memaksimalkan tujuan pembelajaran.

Selain pendapat tersebut Arends (2015: 371) mengatakan bahwa “the cooperative learning model was developed to achieve at least three important instructional goals: academic achievement, tolerance and acceptance of diversity, and social skill development”. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, pengembangan keterampilan sosial. Selanjutnya Eggen & Kauchak (2012:124) menambahkan bahwa “Groupwork, cooperative learning, and discussions can increase student motivation by capitalizing on the motivation effects of social interaction and involvement”. Kerjasama tim, pembelajaran kooperatif, dan diskusi dapat meningkatkan motivasi peserta didik dengan memanfaatkan efek dari interaksi dan keterlibatan sosial.

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan prestasi akademik, toleransi, keterampilan sosial, dan motivasi peserta didik.

b. Karakteristik dan Tahapan Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Arends (2015: 371) adalah sebagai berikut:

1) Students work in teams to master learning outcomes

2) Teams are normally made up of students of mixed ability levels 3) Whenever possible, teams include a racial, cultural, and gender mix 4) Reward system are oriented to the group as well as the individual


(43)

mungkin, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan jenis kelamin; sistem penghargaannya berorientasi kelompok maupun individu.

Menurut Arends (2015: 21) terdapat enam fase atau langkah utama yang terlibat dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Enam langkah utama pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut.

Tabel 5. Sintaksis Model Cooperative Learning

Fase Perilaku Guru

1 Mempresentasikan tujuan dan establishing set

Guru menjelaskan tujuan-tujuan pelajaran dan rangkaian pembelajaran.

2 Mempresentasikan informasi Guru mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal atau dengan teks.

3 Mengorganisasikan peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Guru menjelaskan kepada peserta didik tata cara membentuk tim-tim belajar dan membantu kelompok untuk melakukan transmisi yang efisien.

4 Membantu kerja tim dan pembelajaran

Guru membantu tim-tim belajar selama mereka mengerjakan tugasnya.

5 Menguji materi belajar Guru menguji pengetahuan peserta didik tentang berbagai materi

belajar atau kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

6. Pembelajaran Kooperatif tipeStudent Team Achievement Division(STAD) Pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dikembangkan pertama kali oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins. Slavin (2010: 143) mengatakan bahwa STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif paling sederhana dan merupakan model paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru


(44)

menggunakan pendekatan kooperatif. Selain itu, Slavin (2005: 12) mengatakan bahwa STAD paling sesuai untuk mengajarkan bidang studi yang sudah terdefinisi dengan jelas, seperti matematika.

STAD merupakan strategi pembelajaran kooperatif yang memberikan kemampuan ganda dalam tim konsep pembelajaran dan keterampilan. Pendapat ini dikemukakan oleh Eggen & Kauchak (2012: 123), “Student Team Achievement Division (STAD) is a cooperative learning strategy that provides multi-ability teams with practice in learning concepts and skill”.

Gagasan utama dari metode STAD adalah memotivasi peserta didik untuk dapat saling mendukung sehingga meningkatkan motivasi dan prestasi peserta didik . Hal ini diperkuat oleh pendapat Isjoni (2013: 51) yang mengatakan bahwa STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Arends & Kilcher (2010:317) menambahkan bahwa “STAD involves students working together in groups and groups that compete each other”. Maksud dari pernyataan di atas adalah STAD melibatkan peserta didik bekerja bersama dalam kelompok dan saling bersaing antar kelompok. Kerjasama dalam kelompok dan persaingan antar kelompok memungkinkan peserta didik termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi.


(45)

1) Presentasi Kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas.

2) Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnis. Fungsi utama dari tim ni adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.

3) Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode pembelajaran, para siswa mengerjakan kuis. Dalam pengerjaan kuis, siswa tidak diperbolehkan untuk bekerja sama. Tiap siswa bertanggung jawab secara individual menyelesaikan kuis yang telah diberikan.

4) Skor Kemajuan Individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka lebih giat dan memberikan kinerja ynag lebih baik daripada sebelumnya.Tiap siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut, selanjutnya siswa siswa mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis individual.

5) Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran dengan pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 peserta didik untuk saling memotivasi dan bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai prestasi yang maksimal. Tahapan presentasi kelas memungkinkan peserta didik untuk tertarik dengan materi yang akan dipelajari sehingga dapat memacu motivasi belajar peserta didik. Kerja sama dalam kelompok mengakibatkan peserta didik untuk saling membantu dalam menyelesaikan tugas sehingga meningkatkan motivasi belajar, serta belajar dalam kelompok heterogen terjadi proses bertukar ide lebih yang lebih bervariasi sehingga meningkatkan pengetahuan peserta didik. Tahapan


(46)

penilaian kuis individu dan penghargaan bagi kelompok memungkinkan peserta didik lebih bertanggung jawab sehingga termotivasi dalam belajar serta pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar.

Penentuan poin kemajuan individu berdasarkan skor kuis menurut Slavin (2010: 159) disajikan dalam tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6. Penentuan Poin Kemajuan Individu

Skor Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 10-1 poin dibawah skor awal

Skor awal sampai 10 poin diatas skor awal Lebih dari 10 poin diatas skor awal atau kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal)

5 10 20 30

Penghargaan kelompok terdiri dari tiga kriteria yaitu tim baik, tim sangat baik dan tim super berdasarkan skor rata-rata kelompok. Tabel 7 merupakan kriteria penghargaan kelompok disajikan sebagai berikut ini.

Tabel 7. Kriteria Penghargaan Kelompok Kriteria (Rata-rata Tim) Penghargaan

15 20 25

Tim Baik

Tim Sangat Baik Tim Super

7. Pembelajaran Kooperatiftipe Think-Pair- Share(TPS)

Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman, dkk di Universitas Maryland pada tahun 1985. Pembelajaran TPS merupakan pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk belajar


(47)

bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain, mengoptimalkan partisipasi siswa, dan bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Menurut Abdul Majid (2013: 191), Think-Pair-Share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi waktu lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Prosedur memberi kesempatan untuk berpikir secara mandiri dan kerja sama dengan pasangannya akan memiliki kesempatan yang lebih besar dalam berpartisipasi menyelesaikan permasalahan. Partisipasi yang positif atau aktif dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik serta prestasi belajar peserta didik.

Menurut Eggen & Kauchak (2012: 97), think-pair-share merupakan pembelajaran yang efektif dikarenakan tiga alasan sebagai berikut:

1) It elicits responses from everyone in the class and puts all students in cognitively active roles.

2) Because each member of the pair is expected to participate, it reduces the likelihood of “free rides”, which can be a problem when using group work.

3) It’s easy to plan and implement

Pembelajaran Think-Pair-Share merupakan pembelajaran efektif dikarenakan tiga alasan yaitu: adanya pembelajaran kognitif yang aktif, adanya partisipasi peserta didik dan kerjasama dalam group, mudah direncanakan dan diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran Think Pair Share menurut Arends (2012: 370) sebagai berikut:

Step 1 – Thinking:The teacher poses a question or an issue associated with the lesson and asks students to spend a minute thinking alone about the answer or the issue. Students need to be taugh that talking is not part of thinking time.

Step 2 – Pairing: Next, the teacher asks students to pair off and discuss what they have been thinking about interaction during this period can be sharing answer if a question has been posed or sharing ideas if a specific


(48)

issue was identified. Usually, teachers allow no more than four or five minutes for pairing.

Step 3 – Sharing:In the final step, the teacher asks the pairs to share what they have been talking about with the whole class. It is effective to simply go around the room from pair and continue until about a fourth or a half of the pairs have had a chance to report

Maksud dari pernyataan di atas adalah langkah dalam pembelajaran think pair share yaitu pada tahap pertama adalah berpikir: guru memberikan pertanyaan atau masalah yang terkait dengan mata pelajaran dan meminta peserta didik untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau pemecahan permasalahan selama satu menit. Peserta didik perlu diajarkan bahwa berbicara bukan merupakan bagian dari waktu berpikir; pada tahap kedua adalah berpasangan: guru meminta peserta didik untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah dipikirkan. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan, atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan; pada tahap akhir adalah berbagi: guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Hal ini cukup efektif jika dilakukan dengan cara bergiliran antara pasangan demi pasangan, dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapatkan kesempatan untuk melaporkan.

Berdasarkan definisi yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk mengoptimalkan partisipasi


(49)

8. Pendekatan Saintifik

Pengembangan kurikulum 2013 menekankan kepada pembentukan atau menghasilkan sumber daya manusia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa). Menurut Choirul Mahmudah (2016), salah satu pendekatan yang cocok digunakan dalam kurikulum 2013 adalah saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah metode saintifik.

Implementasi kurikulum menurut M. Hosnan (2014: 34) menyatakan bahwa implementasi Kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Tahapan-tahapan yang dirancang sesuai dengan metode ilmiah dapat melatih peserta didik untuk berpikir secara rasional.

Pendekatan saintifik memiliki karakteristik yang membedakan dengan pendekatan yang lain. Karakteristik dalam pendekatan saintifik yang dikemukakan oleh M. Hosnan (2014: 36), karakteristik pembelajaran saintifik yaitu berpusat pada siswa, melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip, melibatkan proses kognitif yang potensial dalam merangsang


(50)

perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa, dan dapat mengembangkan karakter siswa. Karakteristik pendekatan saintifik sesuai untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global.

Pendekatan saintifik memiliki kriteria khusus dalam proses pembelajarannya. Abdul Majid (2013: 196) menyatakan bahwa kriteria proses pembelajaran saintifik adalah sebagai berikut:

1) Substansi atau materi pembelajaran yang berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu.

2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka serta merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir berdasarkan hipotesis dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespons substansi atau materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung jawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas dan menarik sistem penyajiannya.

Langkah-langkah dalam pembelajaran saintifik dikenal dengan sebutan 5M yaitu mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi dan mengomunikasikan. Langkah-langkah pembelajaran saintifik menurut Permendikbud No 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Menengah adalah sebagai berikut ini.


(51)

a. Mengamati

Kegiatan dalam mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat. Bentuk hasil belajar yang didapatkan adalah perhatian pada waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati.

b. Menanya

Kegiatan yang dilakukan pada langkah menanya adalah membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi. Bentuk hasil belajar yang didapatkan adalah jenis,kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diajukan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik)

c. Mengumpulkan informasi/mencoba

Kegiatan yang dilakukan pada langkah mengumpulkan informasi atau mencoba adalah mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk atau gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari narasumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/menambahi/mengembangkan. Bentuk hasil yang didapatkan adalah juumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrument/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data.


(52)

d. Menalar/mengasosiasi

Kegiatan yang dilakukan pada langkah mengasosiasi adalah mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam menemukan suatu pola, dan menyimpulkan. Bentuk hasil yang didapatkan adalah mengembangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, menyintesis dan argumentasi serta kesimpulan.

e. Mengomunikasikan

Kegiatan pada kegiatan mengomunikasikan adalah menyajikan laporan (bagan, diagram, atau grafik), menyusun laporan tertulis, dan menyajikan laporan (proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan). Bentuk hasil mengomunikasikan adalah menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik,multi media dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk aktif melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan untuk menemukan konsep, prinsip atau hukum.


(53)

9. Pendekatan Saintifik Melalui Model Kooperatif Tipe STAD

Langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) merupakan penggabungan langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik dan model kooperatif tipe STAD. Muhammad Yusuf (2013) mengatakan bahwa Pembelajaran kooperatif tipe STAD-PS (STAD dengan pendekatan saintifik), selain siswa mempunyai kemampuan kerjasama tim dalam kelompok untuk menyelesaikan permasalahan matematika yang diberikan, tanpa ada persaingan, mereka juga dituntut harus mampu memahami materi secara keseluruhan. Selanjutnya Muhammad Yusuf (2013) menambahkan bahwa dengan cara tersebut, siswa dapat terlibat secara proaktif dalam pembelajaran dan siswa akan terlatih menemukan keterkaitan konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

Pembelajaran pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD menekankan pada keaktifan peserta didik dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 orang untuk mengkonstruksi pengetahunannya melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Tahapan pembelajarannya disajikan pada tabel 8 sebagai berikut ini.


(54)

Tabel 8. Tahapan Pembelajaran Pendekatan Saintifik Melalui Model Kooperatif Tipe STAD

No Tahap STAD

Kegiatan

Saintik Keterangan

1. Presentasi Mengamati Peserta didik melakukan pengamatan berupa melihat, mendengar, membaca, mencatat presentasi (memperkenalkan materi yang akan dipelajari secara umum) yang dilakukan oleh guru.

Menanya Peserta didik diberikan kesempatan untuk membuat pertanyaan dari yang bersifat faktual maupun hipotesis mengenai materi yang dipresentasikan secara umum dengan bimbingan guru sampai peserta didik mampu mandiri.

2. Pengorgan isasian Tim (Pembentu kan kelompok kecil yang beranggot akan 4-5 peserta didik dengan kemampu an heterogen)

Mengamati Peserta didik dalam kelompok bekerjasama untuk mengamati permasalahan yang ada dalam LKS. Pengamatan yang dilakukan peserta didik dapat berupa membaca, mengidentifikasi permasalahan, serta mencatat hasil pengamatan anggota kelompok.

Menanya Peserta didik dalam kelompok bekerjasama menyusun pertanyaan yang terkait dengan hasil pengamatan atau identifikasi

Mengumpu lkan informasi/ Mencoba

Peserta didik dalam kelompok bekerjasama mengeksplorasi, melakukan eksperimen atau percobaan untuk menjawab pertanyaan sehingga didapatkan kelengkapan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan.

Mengasosia si/ Menalar

Peserta didik dalam kelompok bekerjasama menalar atau mengolah informasi yang telah dikumpulkan untuk menarik kesimpulan dari penyelesaian masalah.

Mengomun ikasikan

Perwakilan peserta didik mengomunikasikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas kemudian kelompok lain menanggapi atau memberi saran.

3. Kuis Mengamati Peserta didik melakukan pengamatan secara individu pada kuis yang diberikan oleh guru. Pengamatan ini dapat berupa membaca, dan mengidentifikasi permasalahan yang terdapat pada kuis.

Menanya Peserta didik membuat pertanyaan secara individu mengenai hasil pengamatan permasalahan yang terdapat pada kuis.

Mengumpu lkan Informasi/ Mencoba

Peserta didik melakukan eksperimen atau percobaan secara individu untuk menjawab pertanyaan sehingga mendapatkan informasi yang diperlukan guna menyelesaikan permasalahan pada kuis.

Mengasosia si/Menalar

Peserta didik secara individu melakukan kegiatan menalar atau mengolah informasi yang telah didapatkan sahingga dapat menarik kesimpulan permasalahan

Mengomun ikasikan

Perwakilan peserta didik mengomunikasikan hasil pemikirannya tentang penyelesaian permasalahan pada kuis. Peserta didik lain menanggapi dan memberikan saran.


(55)

10. Pendekatan Saintifik Melalui Model Kooperatif Tipe TPS

Pembelajaran pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) merupakan penggabungan langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik dan model kooperatif tipe TPS. Tahapan pembelajarannya disajikan pada tabel 9 sebagai berikut:

Tabel 9. Tahapan Pembelajaran Pendekatan Saintifik Melalui Model Kooperatif Tipe TPS

No Tahap TPS Tahap Saintifik Keterangan 1. Think (Berpikir secara individu)

Mengamati Peserta didik diberikan kesempatan untuk melakukan pengamatan berupa membaca atau mengidentifikasi permasalahan yang terdapat pada LKS secara individu

Menanya Peserta didik menyusun pertanyaan secara individu yang bersifat faktual maupun hipotesis mengenai permasalahan yang terdapat pada LKS

Mengumpulkan informasi/Menc oba

Peserta didik secara individu melakukan eksperimen untuk menjawab pertanyaan yang telah disusun sehingga didapatkan kelengkapan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan.

Menalar/ Mengasosiasi

Peserta didik menalar/mengasosiasi hasil percobaan yang telah dilakukan untuk menarik kesimpulan penyelesaian permasalahan.

2. Pair (Peserta didik berpasang an atau berkelom pok dengan teman sebangku) Mengasosiasi/ Menalar

Peserta didik bersama dengan pasangannya saling bertukar ide mengenai hasil dari tahap Think yang telah dilakukan kemudian bekerjasama untuk menalar atau mengolah informasi yang dikumpukan dan dapat menarik kesimpulan penyelesaian permasalahan.

3. Share Mengomunikasi kan

Perwakilan peserta didik mengomunikasikan hasil diskusi yang telah dilakukan dengan teman sebangku kemudian kelompok lain menanggapi atau memberikan saran.


(56)

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Berikut ini terdapat beberapa penelitian yang relevan untuk memperkuat keterkaitan variabel dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Putri Rahayu S. (2015) menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif teknik TPS efektif ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar matematika, dan model pembelajaran kooperatif teknik TPS lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar matematika.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Kinanti Rejeki (2010) menunjukkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe TPS dan metode kooperatif tipe STAD efektif digunakan ditinjau dari prestasi belajar matematika.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Moh. Supratman (2012) menunjukkan bahwa model cooperative learning tipe STAD efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematika.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Yusuf (2013) menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD-PS efektif ditinjau dari masing-masing motivasi belajar, kemampuan interpersonal, dan prestasi belajar matematika.

C. Kerangka pikir


(57)

model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar matematika peserta didik. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik memberikan kesempatan peserta didik untuk mengkonstruksi pemikirannya atau pengetahuannya melalui pengalamannya sendiri sehingga berpotensi untuk meningkatkan motivasi dan presasi belajar.

Kurikulum 2013 mulai diterapkan pada tahun ajaran 2013/2014 yang menyarankan penggunaan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik berpusat pada peserta didik dengan melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi/menalar, dan mengomunikasikan. Kegiatan pada pendekatan saintifik tersebut dapat mengkonstruksi pemikiran/pengetahuan peserta didik melalui pemikirannya sendiri sehingga dapat meningkatkan prestasi. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang disarankan untuk diterapkan bersama-sama dengan pembelajaran saintifik karena sama-sama menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik dalam model pembelajaran kooperatif bekerjasama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Selama berlangsung proses kerjasama dalam kelompok peserta didik terlibat aktif dalam menyelesaikan tugas bersama sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajar. Pendapat ini diperkuat oleh oleh Isjoni (2013: 13), dalam cooperative learning siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.


(58)

Student Team Achievement Division (STAD) dan Think Pair Share (TPS) merupakan model pembelajaran kooperatif yang sederhana, menekankan pada partisipasi peserta didik, serta dapat diterapkan pada semua tingkatan kelas. STAD merupakan tipe pembelajaran dimana peserta didik bekerja secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang masing-masing anggotanya terdiri dari 4-5 orang dengan struktur peserta didik yang heterogen (memiliki kemampuan akademik yang berbeda-beda). Proses pembelajaran kooperatif tipe STAD meliputi presentasi, perorganisasian tim, kuis, skor kemajuan individu, rekognisi tim / pemberian penghargaan. Think- Pair-Share (TPS) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan secara individu (think), kemudian secara berpasangan bertukar ide untuk mendapatkan penyelesaian dari permasalahan yang diberikan (pair) dan mempresentasikan hasil dari diskusinya (share).

Oleh karena itu, perlu diuji keefektifan pembelajaran saintifik melalui model cooperative learning tipe STAD maupun TPS ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar. Jika dilihat dari proses pembentukan kelompok dan proses pembelajaran yang dilakukan, pembelajaran dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe STAD dirasa lebih unggul untuk menigoptimalkan prestasi dan motivasi belajar peserta didik.


(59)

Dari uraian di atas, kerangka berpikir pada penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk sebagai berikut ini.

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Prestasi dan motivasi penting dalam mencapai tujuan pembelajaran

Perlu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik untuk meningkatkan prestasi dan motivasi belajar

Pembelajaran saintifik sesuai kurikulum 2013 (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosisasi/menalar, mengomunikasikan)

TPS+Saintifik 1. Think (Mengamati,

menanya,

mencoba,mengasosiasi) 2. Pair (mengasosisasi) 3. Share

(mengomunikasikan)

STAD + Saintifik 1. Presentasi (Mengamati,

menanya)

2. Pengelompokan tim (Mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, mengomunikasikan)

3. Kuis (Mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi) 4. Skor Kemajuan Individu 5. Reward

Perlu diuji keefektifannya ditinjau dari motivasi dan prestasi

Prestasi dan motivasi belajar matematika peserta didik masih rendah

Model pembelajaran Kooperatif

STAD TPS Prestasi

Motivasi dan prestasi


(60)

D. Hipotesis Penelitian

1. Pembelajaran saintifik melalui model kooperatif tipe STAD efektif ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar peserta didik.

2. Pembelajaran saintifik melalui model kooperatif tpe TPS efektif ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar peserta didik.

3. Pembelajaran saintifik melalui model kooperatif tipe STAD lebih efektif ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar peserta didik


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian semu atau quasi eksperiment. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dan Think Pair Share (TPS) ditinjau dari motivasi dan prestasi belajar matematika. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menentukan sampel yaitu sampel kelas yang menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan sampel kelas yang menggunakan pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS

2. Memberikan pretest dan angket motivasi sebelum perlakuan untuk kedua sampel

3. Memberikan perlakuan dengan menerapkan pembelajaran pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pembelajaran pendekatan saintifik melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS

4. Memberikan posttest dan angket motivasi setelah perlakuan pada kedua kelas sampel.

5. Menganalisis hasil pretest, posttest, angket motivasi sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelas sampel.


(62)

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah pretest posttest non-equivalent group design. Rancangan pada penelitian ini terdapat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen pertama dan kelompok eksperimen kedua. Kelompok eksperimen pertama adalah kelas pembelajaran dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Kelompok eksperimen kedua adalah kelas pembelajaran dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe Think Pair Share (TPS). Desain dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 10 yang disajikan sebagai berikut:

Tabel 10. Desain Penelitian

Kelas Sebelum

Perlakuan Perlakuan

Setelah Perlakuan

Eksperimen (E1)

Pretest

X1

Posttest

Angket Angket

Eksperimen (E2)

Pretest

X2

Posttest

Angket Angket

Keterangan:

X1 : Pembelajaran saintifik melalui model kooperatif tipe STAD. X2 : Pembelajaran saintifik melalui model kooperatif tipe TPS.

Pretest dalam desain ini digunakan sebagai tolak ukur hasil pencapaian prestasi dan angket sebelum perlakuan sebagai tolak ukur motivasi belajar peserta didik. Pretest dan angket sebelum perlakuan dilakukan untuk mengetahui tingkat kesetaraan kelompok. Setelah perlakuan pada kedua kelompok eksperimen


(63)

selesai, peserta didik diberikan posttest dan angket setelah perlakuan. Angket yang diberikan sebelum dan setelah perlakuan merupakan angket yang sama.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Surakarta di kelas XI pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2016 – 25 Mei 2016 yang disesuaikan dengan jadwal pelajaran matematika pada kelas Akomodasi Perhotelan 1 dan Akomodasi Perhotelan 3. Jadwal pelaksanaan penelitian dapat tertera pada tabel 11 sebagai berikut:

Tabel 11. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Hari, tanggal Waktu Kelas Materi

1. Sabtu, 7 Mei 2016 09.00–10. 45 APH 3 Pretest dan angket 2. Selasa, 10 Mei 2016 09.00–10.45 APH 1 Pretest dan angket 3. Rabu, 11 Mei 2016 07.15–09.00 APH 3 Translasi

4 Rabu, 11 Mei 2016 10.45–12.15 APH 1 Translasi 5. Sabtu, 14 Mei 2016 09.00–10.45 APH 3 Refleksi 6. Selasa, 17 Mei 2016 09.00–10.45 APH 1 Refleksi

7. Rabu, 18 Mei 2016 07.15–09.00 APH 3 Rotasi

8. Rabu, 18 Mei 2016 10.45–12.15 APH 1 Rotasi

9. Sabtu, 21 Mei 2016 09.00–10.45 APH 3 Dilatasi 10. Selasa, 24 Mei 2016 09.00–10.45 APH 1 Dilatasi 11. Rabu, 25 Mei 2016 07.15–09.00 APH 3 Posttest dan angket

12 Rabu, 25 Mei 2016 10.45–12.15 APH 1 Posttest dan angket D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI SMK Negeri 4 Surakarta semester genap tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 384 peserta didik yang terbagi ke dalam 12 kelas. Pengambilan sampel dengan mengambil 2


(1)

(2)

(3)

348

LAMPIRAN 11

(Surat-Surat Terkait Penelitian)

11.1 SK Pembimbing TAS

11.2 Surat Ijin Penelitian


(4)

349 Lampiran 11.1 SK Pembimbing TAS


(5)

350 Lampiran 11.2 Surat Ijin Penelitian


(6)

351


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar biologi siswa antara pembelajaran kooperatif tipe stad dengan metode ekspositori pada konsep ekosistem terintegrasi nilai: penelitian quasi eksperimen di SMA at-Taqwa Tangerang

0 10 192

Peningkatan Hasil Belajar Biologi Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Konsep Jaringan Tumbuhan (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA MA Jamiyyah Islamiyah Pondok Aren Tangerang Tahun Ajaran 2012-2013)

1 6 287

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan student team achievement division(stad) ditinjau dari Gaya belajar dan motivasi berprestasi

0 3 167

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Tems and Division (STAD) dan Think Pair Share (TPS) terhada

0 2 17

Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Eksperimen Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ditinjau dari

0 2 17

Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Division (STAD) Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Aktivitas Senam Lantai.

0 13 44

PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION DAN THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI MTs NEGERI GONDANG SRAGEN TAHUN 2014.

0 0 17

Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Think Pair Share (TPS) Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi

0 0 8

KOMPARASI KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PADA SISWA SMP

0 0 8