HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH DI GUGUS IV KECAMATAN PLERET KABUPATEN BANTUL KABUPATEN BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016.

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS IV

SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH DI GUGUS IV KECAMATAN PLERET KABUPATEN BANTUL TAHUN AJARAN

2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Tri Wahyu Arifah Mayasari NIM 12108241104

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

MOTTO

Jika kita tidak disiplin terhadap diri kita sendiri, maka dunia yang akan melakukannya untuk kita.

(William Feather)

A parent’s love is whole no matter how many times divided. (Robert Brault)

Prestasi adalah apa yang mampu anda lakukan. Motivasi menentukan apa yang anda lakukan. Sikap menentukan seberapa baik anda melakukannya


(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada: 1. Keluarga tercinta.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Nusa dan Bangsa Indonesia.


(7)

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS IV

SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH DI GUGUS IV KECAMATAN PLERET KABUPATEN BANTUL KABUPATEN

BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh

Tri Wahyu Arifah Mayasari 12108241104

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui: 1)hubungan kedisiplinan dengan motivasi berprestasi; 2)hubungan dukungan sosial dengan motivasi berprestasi; 3)hubungan antara kedisiplinan dan dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi siswa kelas IV SD/MI di gugus IV Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Tahun Ajaran 2015/2016.

Penelitian merupakan penelitian kuantitatif dan bersifat korelasi. Dari populasi 111 siswa sampel penelitian diambil dengan teknik area probability proportional random sampling sebanyak 89 siswa. Variabel bebas penelitian yaitu kedisiplinan dan dukungan sosial, sedangkan variabel terikat adalah motivasi berprestasi. Instrumen penelitian berupa skala kedisiplinan, dukungan sosial orang tua, dan motivasi berprestasi siswa. Teknik analisis data menggunakan korelasi Product Moment dan korelasi ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1)terdapat hubungan positif dan signifikan antara kedisiplinan dengan motivasi berprestasi siswa. Dibuktikan dengan (rhitung0,633>rtabel0,207); 2)terdapat hubungan positif dan signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi siswa. Dibuktikan dengan (rhitung 0,697>rtabel0,207); 3)terdapat hubungan positif dan signifikan antara kedisiplinan dan dukungan sosial orang tua secara bersama-sama dengan motivasi berprestasi siswa. Dibuktikan dengan harga R=0,765 dan (Fhitung60,613>Ftabel4,88). Hal itu menunjukkan bahwa semakin tinggi kedisiplinan dan dukungan sosial orang tua, semakin tinggi pula motivasi berprestasi siswa.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul “Hubungan antara Kedisiplinan dan Dukungan Sosial Orang Tua dengan Motivasi Berprestasi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah di Gugus IV Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Tahun Ajaran 2015/2016”. Penyusunan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan Skripsi ini mengalami banyak hambatan dan kesulitan, namun semuanya dapat diatasi dengan bantuan dan dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kebijakan dalam penulisan skripsi.

2. Dekan FIP UNY, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. 3. Ketua Jurusan PSD FIP UNY, yang telah mendukung untuk melakukan

penelitian.

4. Dosen Pembimbing Skripsi, Bapak Agung Hastomo, M.Pd., yang telah membimbing penulisan skripsi dengan baik dan penuh perhatian.

5. Dosen Penasehat Akademik, Bapak Drs. T.Wakiman, M.Pd. dan Ibu Unik Ambarwati, M.Pd., yang telah membimbing selama masa pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.

6. Bapak dan Ibu Dosen Progam Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah mendidik selama menuntut ilmu di bangku kuliah Universitas Negeri Yogyakarta.

7. Kepala Sekolah, guru, dan siswa SD Kedungpring, SD Wonolelo, SD Cegokan, SD Muhammadiyah Bojong, dan MI Al-Khoiriyah yang telah membantu dan bekerjasama dalam pelaksanaan penelitian.


(9)

8. Kepala Sekolah, guru, dan siswa SD Srumbung yang telah membantu dan bekerjasama dalam pelaksanaan uji coba instrumen penelitian.

9. Orang tua, keluarga, dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penulisan skripsi.

10.Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Hanya doa yang dapat penulis panjatkan kepada semua pihak yang telah membantu penulis semoga mendapatkan balasan pahala berlipat ganda dari Allah SWT.

Peneliti menyadari dengan segala kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu peneliti mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan peneliti ini dapat bermanfaat sebagai mana mesthinya.

Bantul, 20 April 2016 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ...iii

HALAMAN PENGESAHAN ...iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ...vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ...x

DAFTAR TABEL ...xii

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...5

C. Pembatasan Masalah ...5

D. Rumusan Masalah ...6

E. Tujuan Penelitian ...6

F. Manfaat Penelitian ...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi ...8

1. Pengertian Motivasi Berprestasi ...8

2. Karakteristik Individu dengan Motivasi Berprestasi Tinggi ...9

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi ...11

B. Kedisiplinan ...13

1. Pengertian Kedisiplinan ...14


(11)

3. Aspek-aspek Kedisiplinan ...18

C. Dukungan Sosial Orang Tua ...20

1. Pengertian Dukungan Sosial Orang Tua ...20

2. Sumber-sumber Dukungan Sosial ...21

3. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial ...22

4. Manfaat Dukungan Sosial ...24

D. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar ...25

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...28

F. Hasil Penelitian Yang Relevan ...29

G. Kerangka Pikir ...30

H. Hipotesis ...33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...34

B. Subjek Penelitian ...34

C. Lokasi dan Penelitian ...36

D. Variabel Penelitian ...37

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...37

F. Pengujian Instrumen Penelitian ...42

G. Teknik Analisis Data ...48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...53

1. Deskripsi Responden Penelitian ...53

2. Deskripsi Data ...53

3. Uji Prasyarat Analisis ...65

4. Uji Hipotesis ...68

B. Pembahasan ...72


(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...77 B. Saran ...78 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Sampel Penelitian ...36

Tabel 2. Penilaian Skala untuk Pernyataan Positif ...38

Tabel 3. Penilaian Skala untuk Pernyataan Negatif ...38

Tabel 4. Kisi–kisi Skala Kedisiplinan Siswa ...39

Tabel 5. Penilaian Skala Kedisiplinan Siswa ...40

Tabel 6. Kisi-kisi Skala Dukungan Sosial Orang Tua ...40

Tabel 7. Penilaian Skala Motivasi Berprestasi Siswa ...41

Tabel 8. Kisi-kisi Skala Motivasi Berprestasi Siswa ...42

Tabel 9. Hasil Uji Validitas Skala Kedisiplinan Siswa ...44

Tabel 10. Hasil Uji Validitas Skala Dukungan Sosial Orang Tua...45

Tabel 11. Hasil Uji Validitas Skala Motivasi Berprestasi Siswa ...46

Tabel 12. Interprestasi Nilai r ...47

Tabel 13. Interprestasi Nilai Koefisien Korelasi ...52

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Kedisiplinan ...54

Tabel 15. Frekuensi Kategori Variabel Kedisiplinan Siswa ...55

Tabel 16. Skor Aspek Kedisiplinan Siswa. ...56

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Dukungan Sosial Orang Tua ...58

Tabel 18. Frekuensi Kategori Variabel Dukungan Sosial Orang Tua ...59

Tabel 19. Skor Aspek Dukungan Sosial Orang Tua. ...60

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Motivasi Berprestasi Siswa ...62

Tabel 21. Frekuensi Kategori Variabel Motivasi Berprestasi Siswa ...63

Tabel 22. Skor Indikator Motivasi Berprestasi Siswa ...64


(14)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Alur Kerangka Pikir ...32

Gambar 2. Paradigma Penelitian ...37

Gambar 3. Histogram Variabel Kedisiplinan Siswa ...54

Gambar 4. Histogram Skor Aspek Kedisiplinan Siswa ...56

Gambar 5. Histogram Variabel Dukungan Sosial Orang Tua ...58

Gambar 6. Histogram Skor Aspek Dukungan Sosial Orang Tua ...60

Gambar 7. Histogram Variabel Motivasi Berprestasi Siswa ...62


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Uji Coba Skala Kedisiplinan Siswa ... 84

Lampiran 2. Uji Coba Skala Dukungan Sosial Orang Tua ... 87

Lampiran 3. Uji Coba Skala Motivasi Berprestasi Siswa ... 90

Lampiran 4. Data Hasil Uji Coba Skala Kedisiplinan Siswa ... 93

Lampiran 5. Data Hasil Uji Coba Skala Dukungan Sosial Orang Tua ... 95

Lampiran 6. Data Hasil Uji Coba Skala Motivasi Berprestasi Siswa ... 97

Lampiran 7. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Skala Kedisiplinan Siswa... ... 99

Lampiran 8. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Skala Dukungan Sosial Orang Tua ... 101

Lampiran 9. Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Skala Motivasi Berprestasi Siswa ... 103

Lampiran 10. Skala Kedisiplinan Siswa ... 105

Lampiran 11. Skala Dukungan Sosial Orang Tua ... 109

Lampiran 12. Skala Motivasi Berprestasi Siswa ... 115

Lampiran 13. Data Skala Kedisiplinan Siswa ... 121

Lampiran 14. Data Skala Dukungan Sosial Orang Tua ... 125

Lampiran 15. Data Skala Motivasi Berprestasi Siswa ... 129

Lampiran 16. Analisis Deskriptif ... 133

Lampiran 17. Uji Prasyarat Analisis ... 134

Lampiran 18. Uji Hipotesis ... 136

Lampiran 19. Surat Pernyataan Judgement Instrumen Penelitian ... 138

Lampiran 20. Surat Izin Penelitian ... 139

Lampiran 21. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 142


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk membekali peserta didik dalam rangka sebagai persiapan untuk menuntut ilmu pada jenjang pendidikan yang selanjutnya serta sebagai bekal untuk memenuhi tuntutan kebutuhan ekonomi, budaya, serta pembangunan di dunia nyata. Berdasarkan pengertian tersebut, jelaslah bahwa pendidikan merupakan hal yang cukup krusial keberadaannya.

Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa ada tiga pusat pendidikan yang sangat berperan terhadap proses pendidikan yang terkenal dengan istilah Tripusat Pendidikan. Penjabaran dari Tripusat Pendidikan adalah sebagai berikut; (1) Pendidikan di lingkungan keluarga; (2) Pendidikan di lingkungan sekolah; dan (3) pendidikan di lingkungan masyarakat. Menurut Ki Hadjar Dewantara, alam keluarga adalah pusat pendidikan yang pertama dan yang terpenting, oleh karena sejak timbulnya adab kemanusiaan hingga kini, hidup keluarga itu selalu

mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti dari tiap-tiap manusia. Ki Hadjar juga berpendapat bahwa, alam keluarga itu buat tiap-tiap orang adalah alam pendidikan yang permulaan. Pendidikan disitu pertama kalinya bersifat pendidikan dari orangtua, yang berkedudukan sebagai guru (penuntun), sebagai pengajar dan sebagai pemimpin pekerjaan (pemberi contoh).

Ada banyak faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi siswa, salah satunya adalah lingkungan keluarga yang didalamnya mencakup dukungan sosial


(17)

orang tua. Dukungan sosial yang diberikan orang tua ternyata akan memberikan dampak positif bagi prestasi belajar seorang anak. Dukungan sosial itu sendiri secara umum mengacu pada bantuan yang diberikan pada seseorang oleh orang-orang yang berarti baginya seperti keluarga dan teman-teman. Dukungan sosial yang diberikan orang tua kepada anak secara umum berfungsi untuk memberikan perasaan diterima, diperhatikan, disayangi, dihargai dan dicintai. Dengan adanya hal tersebut anak akan merasa bahagia dan tenang karena ia merasa ada orang lain yang dapat diandalkan bantuannya bila mendapat kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Dukungan sosial juga dapat berfungsi sebagai reward dan dapat mengarahkan serta mendorong seseorang untuk berprestasi.

Bagi siswa, pemberian dukungan sosial dari orang tua merupakan pengalaman berharga yang diperoleh anak terhadap pengembangan motivasi berprestasi, karena interaksi yang terjadi antara orang tua dan anak bersifat tetap. Motivasi berprestasi adalah daya penggerak psikis dalam diri yang dapat menimbulkan kegiatan berprestasi, menjamin kelangsungan kegiatan dan memberikan arah pada kegiatan untuk berprestasi.

Shochib (2000:11) menyatakan bahwa salah satu upaya penting dalam membentuk perilaku anak adalah dengan mengundang anak-anak untuk mengaktifkan diri dengan nilai-nilai moral untuk memiliki dan mengembangkan disiplin diri. Disiplin diri yaitu kesadaran diri akan tugas dan tanggung jawab serta kemampuan seseorang untuk patuh atau taat terhadap peraturan yang berlaku, jadi amat penting disiplin diri sebagai upaya membentuk sikap dan kepribadian anak agar dapat berperilaku bijak dalam menghadapi semua tugas dan


(18)

tanggung jawab mereka, dalam dunia pendidikan khususnya di lingkungan sekolah. Tugas yang diberikan pendidik memiliki tujuan, tujuan pemberian tugas yaitu untuk melatih keterampilan anak dalam memahami konsep-konsep yang telah dipelajari di kelas, namun dalam prakteknya banyak sekali masalah terkait dalam tugas yang diberikan guru, salah satunya masalah yang dihadapi yaitu masih banyak anak yang malas mengerjakan tugas, rendahnya kedisiplinan mengerjakan tugas dipengaruhi kurangnya motivasi berprestasi siswa.

Ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi nampak ingin menyaingi dan mengungguli orang lain, adanya keinginan untuk menyelesaikan tugas-tugas sulit, ingin menguasai, memanipulasi dan mengatur lingkungan untuk menunjang pencapaian prestasi tinggi. Sebaliknya, siswa yang tidak memiliki motivasi tinggi cenderung diam, takut, dan kurang adanya usaha untuk meningkatkan standar prestasi yang dimiliki.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru kelas 4 SDN Wonolelo, orang tua menuntut anak untuk berprestasi saja, tanpa mendukung sepenuhnya dengan memberikan dukungan motivasi pada anak. Orang tua terlalu fokus pada pekerjaan, sehingga belum memberikan dukungan sosial secara langsung pada anak. Akan tetapi Paguyuban Orang Tua(POT) mendukung secara finansial terhadap penyelenggaraan proses pendidikan di sekolah. Terbukti, Paguyuban Orang Tua(POT) siap membantu setiap sekolah melalui dewan sekolah menyampaikan keluhan. Contohnya ketika dewan sekolah menyampaikan bahwa fasilitas MCK di sekolah kurang layak, Paguyuban Orang Tua(POT) langsung tanggap menyediakan fasilitan pembaharuan MCK. Contoh lainnya


(19)

adalah Paguyuban Orang Tua(POT) menyediakan fasilitas satu set air minum berupa galon air mineral, dispenser, serta gelas, untuk setiap kelas, demi mencegah siswa dehidrasi ketika musim kemarau. Bahkan ada salah seorang wali murid yang secara pribadi menyediakan satu set perlengkapan air minum di kelas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas pula, siswa kelas 4 SDN Wonolelo memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi. Apabila guru berhalangan hadir di dalam kelas karena sedang ada kepentingan di luar, maka guru memberikan tugas untuk dikerjakan oleh siswa. Selain itu, untuk menjaga ketertiban siswa saat tidak dibersamai guru di kelas, guru menunjuk salah satu siswa yang bertugas piket pada hari itu, untuk mencatat siswa yang membuat gaduh atau mengganggu ketertiban kelas ketika ditinggal oleh guru. Tindakan guru kelas tersebut menyebabkan siswa mau tidak mau berperilaku tertib agar tidak dicatat petugas piket ke dalam daftar “siswa tidak tertib”. Pernah suatu ketika ada siswa yang mengerjakan PR di sekolah, diadukan oleh siswa lain kepada guru kelas. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa beranggapan bahwa penilaian dari guru itu penting. Akan tetapi, guru kelas tidak terlalu menanggapi aduan karena menurut beliau yang terpenting siswa tertib mengerjakan PR.

Berdasarkan hasil observasi di kelas, perilaku siswa kondusif. Meskipun ramai, tetapi penyebab ramai itu sendiri adalah karena sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Siswa antusias mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru, karena guru selalu memberikan rewa rd/penilaian untuk setiap tugas yang diberikan.


(20)

Berdasarkan pernyataan dukungan orang tua dan kedisiplinan siswa yang diduga memiliki hubungan dengan motivasi berprestasi siswa, maka perlu diketahui hubungan ketiga hal tersebut melalui penelitian hubungan antara kedisiplinan dan dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi siswa kelas IV SD/MI di Gugus IV Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

B.Identifikasi masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kecenderungan orang tua yang selalu menuntut anaknya untuk berprestasi, tetapi hanya mendukung secara finansial proses kegiatan belajar mengajar di sekolah, tanpa memperhatikan pemberian dukungan sosial.

2. Siswa berperilaku tertib saat tidak dibersamai guru di dalam kelas karena takut nama siswa dicantumkan di daftar “siswa tidak tertib”.

3. Siswa disiplin mengerjakan tugas hanya karena guru kelas memberikan penilaian untuk setiap tugas yang diberikan.

4. Motivasi siswa untuk berprestasi timbul karena adanya rewa rd yang diberikan oleh guru.

C.Pembatasan Masalah

Berdasar uraian identifikasi masalah, maka penelitian ini akan dibatasi pada kedisiplinan, dukungan sosial orang tua dan motivasi berprestasi siswa kelas IV SD/MI di Gugus IV Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul.


(21)

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka rumusan masalah yang dapat peneliti ajukan adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana hubungan antara kedisiplinan dengan motivasi berprestasi siswa kelas IV SD/MI di gugus IV Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul?

2. Bagaimana hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi siswa kelas IV SD/MI di gugus IV Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul?

3. Bagaimana hubungan antara kedisiplinan dan dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi siswa kelas IV SD/MI di gugus IV Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Hubungan antara kedisiplinan dengan motivasi berprestasi siswa kelas IV SD/MI di gugus IV Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul.

2. Hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi siswa kelas IV SD/MI di gugus IV Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul.


(22)

3. Hubungan antara kedisiplinan dan dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi siswa kelas IV SD/MI di gugus IV Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat secara teoritis

Diharapkan mampu menambahkan pengetahuan tentang fungsi dan tugas orang tua terhadap anak, yakni pentingnya kedisiplinan dalam diri siswa dan dukungan sosial orang tua dalam meningkatkan motivasi berprestasi anak, serta diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan informasi (IPTEK) khususnya di bidang psikologi pendidikan dan psikologi sosial.

2. Manfaat secara praktis

a. Bagi orang tua penelitian ini dapat memberi informasi mengenai kaitan antara dukungan sosial yang diberikan orang tua dengan motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa.

b. Bagi siswa yang menjadi subjek penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi mengenai kaitan antara kedisiplinan, dukungan sosial orang tua, dan motivasi berprestasi.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A.Motivasi Berprestasi

1. Pengertian Motivasi Berprestasi

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti kekuatan dalam individu yang menyebabkan bertindak atau berbuat. Sofyan dan Uno(2012:1) memaknai motivasi sebagai dorongan dasar di dalam diri manusia yang menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku.

Winardi(2001:6) berpendapat bahwa motivasi adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri manusia, yang dapat dikembangkan oleh diri sendiri maupun oleh kekuatan luar, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau negatif, tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi individu yang bersangkutan. Siagian(1995:137) mengemukakan bahwa motivasi merupakan akibat dari interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya. Karena itulah, terdapat perbedaan kekuatan motivasi yang ditunjukkan seseorang dalam menghadapi situasi tertentu dibandingkan dengan orang lain dalam menghadapi situasi yang sama. Siagian(1995:137) menambahkan bahwa tingkat motivasi berbeda antara seseorang dengan orang lain dan dalam diri seseorang pada waktu yang berlainan.

Slavin(2011:100) mengemukakan bahwa motivasi bukan hanya berperan penting dalam mengupayakan siswa terlibat ke dalam kegiatan akademis, tetapi juga menentukan seberapa banyak informasi dan


(24)

Berdasarkan definisi motivasi menurut beberapa ahli yang dipaparkan di atas, disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan individu untuk melakukan suatu tindakan, yang dikembangkan oleh diri sendiri maupun kekuatan dari luar, untuk mencapai tujuan tertentu.

Hamzah Uno (2010: 30) mengatakan bahwa motif berprestasi yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan sesuatu tugas atau pekerjaan, motif untuk memperoleh kesempurnaan. Motivasi berprestasi mendorong individu untuk berusaha meraih hasil yang terbaik dalam suatu tugas. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2005: 70), “motivasi berprestasi adalah motivasi untuk berkompetisi baik dengan dirinya atau dengan orang lain dalam mencapai prestasi yang tertinggi”.

Selanjutnya diungkapkan pula oleh Hare dan Lamb yang dikutip Djaali (2008:103), bahwa “motivasi berprestasi merupakan motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar kepandaian atau standar keahlian”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan untuk berkompetisi baik dengan diri sendiri maupun orang lain dimana seseorang cenderung untuk berjuang mencapai prestasi sebaik-baiknya.

2. Karakteristik Individu dengan Motivasi Berprestasi Tinggi

Motivasi dalam diri individu tercermin pada perilakunya. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi memiliki karakteristik yang berbeda


(25)

dengan individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Menurut Johnson dan Schwitzgebel & Kalb (Djaali, 2001:109-110), ciri-ciri individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi adalah sebagai berikut.

a. Menyukai tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan.

b. Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar resikonya.

c. Mencari situasi atau pekerjaan di mana ia memperoleh feedback dengan segera dan nyata untuk menentukan baik tidaknya hasil pekerjaannya. d. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain.

e. Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.

f. Tidak tergugah karena sekedar uang, status, dan keinginan lainnya, ia akan tergugah apabila ukuran keberhasilan merupakan lambang prestasi.

Menurut Sardiman A.M. (2007: 102) motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki; tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah orang dewasa, lebih senang bekerja mandiri, dan cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.

Menurut pendapat Heckhausen sebagaimana yang dikutip oleh Djaali (2008: 103-104), menyatakan bahwa seseorang dengan motivasi berprestasi tinggi memiliki tiga komponen standar keunggulan sebagai berikut.

a. Standar keunggulan tugas, yakni standar yang berhubungan dengan pencapaian tugas yang sebaik-baiknya.


(26)

b. Standar keunggulan diri, yaitu standar yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang pernah dicapai.

c. Standar keunggulan siswa lain, yakni standar keunggulan yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang dicapai oleh siswa lain, misal teman sekelas.

Berdasarkan pendapat Johnson dan Schwitzgebel & Kalb, Sardiman A.M., dan Heckhausen, disimpulkan bahwa karakteristik individu dengan motivasi berprestasi tinggi: berusaha unggul; tekun dalam menyelesaikan tugas dengan baik; menyukai tantangan dan menyelesaikan masalah; memilih tugas dengan tingkat resiko menengah; memiliki tanggung jawab pribadi dalam tugas; dan menyukai situasi atau pekerjaan dengan umpan balik yang nyata guna mengetahui hasil kerjanya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Terdapat banyak faktor yang berpengaruh terhadap motivasi berprestasi seseorang, sehingga motivasi berprestasi seseorang dengan seseorang lainnya berbeda-beda. Menurut Reni Akbar-Hawadi (2003: 45), ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi siswa, yaitu:

a. Faktor Individual

Berdasarkan hasil penelitian Harter pada siswa berdasarkan dimensi intrinsik dan ekstrinsik menunjukkan bahwa hanya siswa yang mempersepsikan diri untuk berkompetensi dalam bidang akademis yang


(27)

mampu mengembangkan motivasi intrinsik. Siswa-siswa ini lebih menyukai tugas yang menantang dan selalu berusaha untuk memenuhi rasa ingin tahunya.

b. Faktor Situasional

Kelas yang besar cenderung bersifat formal, penuh persaingan dan kontrol dari guru. Siswa cenderung mengenyampingkan penguasaan bahan pelajaran, dan hanya menekankan pentingnya kemampuan. Peraturan yang ketat di sekolah yang mengarah pada disiplin siswa, lingkungan belajar yang mendukung, Peran guru sebagai motivator dan cara mengajar guru kepada siswa, dan dukungan dari orang tua merupakan hal-hal yang dapat mendorong siswa untuk berprestasi.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Reni Akbar-Hawadi, motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh faktor dalam diri individu, yaitu persepsi untuk berkompetensi dalam bidang akademik, dan faktor dari luar diri individu yang dapat dipengaruhi oleh guru, orang tua, dan lingkungan belajar.

Fernald & Fernald (Lili Garliah & Fatma Kartika Sary Nasution,2005: 39), mengungkapkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang, yaitu:

1. Keluarga dan kebudayaan (family and cultural)

Keluarga merupakan orang-orang terdekat yang dapat mempengaruhi tingkat motivasi berprestasi individu. Kebudayaan di sekitar individu juga mempengaruhi kekuatan motivasi berprestasi.


(28)

2. Konsep diri (self concept)

Apabila individu optimis bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka individu akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut sehingga berpengaruh dalam bertingkah laku.

3. Pengakuan dan prestasi (recognition and achievement)

Individu lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras apabila memperoleh pengakuan atau perhatian dari orang lain.

Berdasarkan kedua teori di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi individu dapat dipengaruhi oleh dua macam faktor, yakni faktor dari dalam diri (internal) dan dari luar diri individu (eksternal). Faktor internal.berupa persepsi diri untuk berkompetensi, dan konsep diri. Faktor eksternal yaitu keluarga dan kebudayaan, pengakuan dan prestasi, serta perilaku orang lain/lingkungan sekitar individu.

B.Kedisiplinan

Sebelum dipaparkan kajian teori mengenai kedisiplinan, dipaparkan terlebih dahulu teori perkembangan moral siswa kelas tinggi sekolah dasar. Dikarenakan perkembangan moral merupakan salah satu bagian dari kedisiplinan. Berikut beberapa teori tentang perkembangan moral.

Masa anak sekolah dasar berkisar pada usia 6 tahun sampai 12 tahun. Syamsudin dkk. (2004: 83) mengemukakan perkembangan moral masa anak usia SD sebagai berikut.


(29)

a. Mulai memperhitungkan keadaan khusus pada waktu pelanggaran moral. Moral tidak lagi bersifat kaku, misal berbohong pada situasi tertentu, dapat dibenarkan.

b. Perkembangan moral berada pada tingkat moralitas konvensional di mana anak mengikuti aturan dan penyesuaian konvensional, menyesuaikan dengan norma kelompok.

Kohlberg (Endang Poerwanti & Nur Widodo, 2002:101-102) mengemukakan bahwa perkembangan moral pada masa ini tidak sekedar pada harapan orang tertentu tetapi mulai ada loyalitas aktif yang membenarkan norma yang berlaku. Tahapan pada masa ini ada dua tahap, sebagai berikut. a. Penyesuaian kelompok atau orientasi menjadi “anak manis”

Penalaran moral anak cenderung terarah pada harapan dari anggota keluarga atau kelompok lain, sehingga perilaku moral adalah perilaku yang dapat menyenangkan atau dapat membantu orang lain. Anak berusaha memenuhi harapan orang tua dan guru, dan anggota kelompok yang lain. b. Orientasi hukum dan ketertiban (la w and order)

Pada tahapan ini anak memperluas penyesuaian diri, dari kelompok keluarga ke dalam kelompok yang lebih abstrak, seperti teman sebaya, se-ide, dan sebagainya. Tekanan diberikan pada aturan yang bersifat tetap yaitu otoritas serta pertahanan norma sosial, sehingga perilaku yang baik ialah melakukan kewajiban, menghormati otoritas dan mematuhi norma sosial.

Bandura (Muhibbin Syah, 2014:158) menambahkan bahwa sebagian besar dari yang dipelajari anak didapat melalui peniruan (imitation) dan


(30)

penyajian contoh perilaku (modeling). Dalam hal ini, siswa mengubah perilakunya sendiri melalui penyaksian cara orang atau sekelompok orang ketika merespon stimulus tertentu. Siswa juga dapat mempelajari respons-respons baru melalui pengamatan terhadap contoh perilaku orang lain, misalnya guru atau orang tua.

Berdasarkan beberapa teori ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan moral siswa Sekolah Dasar berada pada tingkat moralitas konvensional di mana anak mengikuti aturan dan penyesuaian konvensional, menyesuaikan dengan norma kelompok dan cenderung terarah pada harapan dari anggota keluarga atau kelompok lain, sehingga perilaku moral adalah perilaku yang dapat menyenangkan atau dapat membantu orang lain. Anak berusaha memenuhi harapan orang tua dan guru, dan anggota kelompok yang lain.

Setelah dipaparkan mengenai teori perkembangan moral sebagai salah satu bagian dari kedisiplinan, maka berikut ini dipaparkan kajian teori mengenai kedisiplinan.

1. Pengertian Kedisiplinan

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Dalam arti sempit, disiplin diartikan sebagai hukuman, namun sebenarnya disiplin mempunyai arti yang lebih luas dari sekedar hukuman.

Shochib (2000: 2) mengemukakan pribadi yang memiliki dasar-dasar dan mampu mengembangkan kedisiplinan diri berarti memiliki keteraturan diri berdasarkan acuan nilai moral, sedangkan menurut Rasdi Ekosiswoyo &


(31)

Maman Rachman (2002:97) disiplin merupakan kesadaran yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan.

Semiawan (2009: 89) menambahkan bahwa disiplin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh yang dirancang untuk membantu anak agar mampu menghadapi tuntutan dari lingkungan. Disiplin mempunyai empat unsur pokok yaitu : (1) Peraturan sebagai pedoman perilaku, (2) konsistensi dalam peraturan, (3) hukuman untuk pelanggaran peraturan, dan (4) penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan pengertian disiplin ialah kesadaran dalam pengendalian diri seseorang yang berupa keteraturan kondisi atau sikap berdasar acuan nilai moral.

2. Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan

Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin, antara lain:

a. Dari sekolah

1) Tipe kepemimpinan guru atau sekolah yang otoriter yang senantiasa mendiktekan kehendaknya tanpa memperhatikan kedaulatan siswa. Perbuatan seperti itu mengakibatkan siswa menjadi berpura-pura patuh, apatis atau sebaliknya. Hal itu akan menjadikan siswa agresif, yaitu ingin berontak terhadap kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi yang mereka terima.


(32)

2) Guru yang membiarkan siswa berbuat salah, lebih mementingkan mata pelajaran dari pada siswanya.

3) Lingkungan sekolah seperti: hari-hari pertama dan hari-hari akhir sekolah (akan libur atau sesudah libur), pergantian pelajaran, pergantian guru, jadwal yang kaku atau jadwal aktivitas sekolah yang kurang cermat, suasana yang gaduh, dll.

b. Dari keluarga, contohnya :

1) Lingkungan rumah atau keluarga, seperti kurang perhatian, ketidakteraturan, pertengkaran, masa bodoh, tekanan dan sibuk urusannya masing-masing.

2) Lingkungan atau situasi tempat tinggal, seperti lingkungan kriminal, lingkungan bising dan lingkungan minuman keras.

Selain itu menurut Semiawan (2009: 95) ada beberapa faktor lain lagi yang dapat berpengaruh pada pembentukan disiplin individu yaitu:

a. Hubungan emosional yang secara kualitatif dan kondusif sebagai landasan untuk membentuk disiplin.

b. Keteraturan yang konsisten dan berkesinambungan dalam menjalankan berbagai aturan.

c. Keteladanan yang berawal dari perbuatan kecil dalam ketaatan disiplin di rumah, seperti belajar tepat waktu.

d. Lingkungan yang berfungsi untuk pengembangan disiplin, baik lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat.


(33)

e. Ketergantungan dan kewibawaan yang harus dimiliki oleh setiap guru dan orang tua untuk memahami dinamisme perkembangan anak.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli diatas, disimpulkan bahwa kedisiplinan dipengaruhi oleh faktor internal yang berupa kesehatan; kondisi psikologis; sikap konsisten dan kesinambungan terhadap keteraturan, dan faktor eksternal yang berasal dari keluarga terutama orang tua, lingkungan, dan sekolah.

3. Aspek-aspek Kedisiplinan

Aspek-aspek kedisiplinan menurut Emile Durkheim (1990: 25) antara lain:

a. Keinginan akan adanya keteraturan. Keseluruhan tatanan moral bertopang pada keteraturan ini.

b. Pengendalian diri. Seseorang yang disiplin akan memahami bahwa tidak semua keinginannya dapat terpenuhi karena ia harus menyesuaikannya dengan realita yang ada.

Marcal (2006: 45) mengemukakan bahwa aspek disiplin, meliputi: a. Ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan

Peraturan atau tata tertib disusun untuk memberikan arahan terhadap perilaku siswa di sekolah dengan harapan mampu membentuk siswa menjadi pribadi yang baik bukan hanya di dalam sekolah, akan tetapi juga di lingkungan yang lain. Peraturan berisi hal-hal yang harus dilakukan oleh masing-masing siswa dan hal-hal yang tidak


(34)

diperbolehkan sekaligus konsekuensi yang akan didapat oleh siswa ketika melanggar peraturan tersebut.

b. Kesadaran untuk melaksanakan tugas sesuai dengan pedoman

Kesadaran adalah keadaan mengerti yang mengarah kepada pemahaman siswa dalam melaksanakan tugas sesuai pedoman. Pedoman-pedoman yang diberlakukan di sekolah merupakan salah satu upaya untuk membentuk siswa menjadi pribadi yang lebih baik. Oleh karena itu, seharusnya siswa menydari bahwa pedoman-pedoman itu adalah suatu hal yang akan mengantarkannya menuju kebaikan baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

c. Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Siswa merupakan individu-individu yang telah dikenai berbagai peraturan maupun larangan yang berlaku di sekitarnya. Maka ketika ia melakukan ataupun melanggar peraturan yang ada harus disertai dengan tanggung jawab yang berarti ia mau atau siap menanggung resiko dari setiap hal yang diperbuatnya.

d. Kejujuran

Kejujuran berasal dari kata jujur yang berarti lurus hati, tidak berbohong, tidak curang dan tulus; ikhlas.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, disimpulkan bahwa aspek-aspek kedisiplinan meliputi; patuh pada peraturan yang berlaku, kesadaran untuk melaksanakan tugas sesuai pedoman, tanggungjawab, kejujuran serta timbul


(35)

rasa malu, gelisah, dan salah apabila melanggar peraturan. Dalam penelitian ini kedisiplinan yang diteliti adalah kedisiplinan siswa kelas IV (kelas tinggi) di sekolah. Adapun kedisiplinan siswa kelas tinggi di sekolah, dalam kaitannya dengan perkembangan moral berada pada tingkat moralitas konvensional di mana anak mengikuti aturan dan penyesuaian konvensional dengan norma kelompok, sehingga perilaku moral adalah perilaku yang dapat menyenangkan atau dapat membantu orang lain. Anak berusaha memenuhi harapan orang tua dan guru, dan anggota kelompok yang lain.

C.Dukungan Sosial Orang Tua

1. Pengertian Dukungan Sosial Orang Tua

Keluarga, khususnya orang tua, merupakan lembaga pertama dan utama yang berperan penting dalam membekali anak dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.

Menurut Baron & Byrne (2005: 244), dukungan sosial adalah kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diperoleh dari teman atau anggota keluarga. Dukungan sosial dapat diperoleh individu dari orang-orang terdekat, yaitu teman, pasangan, dan keluarga atau orang-orang tua. Dukungan sosial orang tua adalah kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh orang tua kepada anak.

Sarafino dalam Ismudiyati dan Hastjarjo (2003) mengatakan bahwa adanya dukungan sosial berarti adanya penerimaan dari orang tua atau sekelompok orang tua terhadap individu sehingga dalam diri individu


(36)

tersebut muncul persepsi bahwa ia disayangi, diperhatikan, dihargai dan ditolong.

Taylor (2012: 180) mengatakan bahwa dukungan sosial adalah informasi dari orang yang dicintai dan dipedulikan, dihormati dan dihargai, serta bagian dari hubungan dan kewajiban bersama. Dukungan sosial yang diberikan orang terdekat, orang yang dicintai dan dihormati individu akan lebih bermanfaat dibanding dukungan dari orang asing atau yang tidak memiliki hubungan dekat dengan individu.

Berdasarkan pengertian dukungan sosial dari beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan dukungan sosial orang tua adalah suatu pemberian bantuan atau dukungan yang diberikan oleh orangtua kepada anak dalam bentuk kenyamanan, kepedulian, penghargaan, dan bantuan sehingga penerima merasa dihargai dan dicintai.

2. Sumber-sumber Dukungan Sosial

Sumber-sumber dukungan sosial dapat berasal dari orang-orang yang dikasihi, orang terdekat, maupun orang yang dihargai dan dihormati oleh individu. Sarafino dalam Ismudiyati dan Hastjarjo (2003) mengatakan bahwa dukungan sosial dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu suami/istri (pasangan), keluarga, teman, rekan kerja, dokter, atau komunitas. Selain itu, menurut Rietschlin (Taylor, 2012: 180), dukungan sosial dapat berasal dari orang tua, pasangan, keluarga, teman, masyarakat dan komunitas.


(37)

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan di atas, dalam penelitian ini disimpulkan bahwa sumber dukungan sosial meliputi keluarga, teman, dan lingkungan sosial individu.

3. Bentuk-bentuk Dukungan Sosial

Ada lima bentuk dasar dukungan sosial menurut Sarafino(Ismudiyati dan Hastjarjo:2003), yaitu:

a. Dukungan emosional, yaitu berupa ungkapan empati, kepedulian, dan perhatian terhadap individu, sehingga individu yang bersangkutan merasa nyaman, tentram, timbul merasa memiliki, dan dicintai saat mengalami tekanan.

b. Dukungan penghargaan, yaitu berupa penghargaan positif terhadap individu, dorongan/persetujuan terhadap ide individu, dan membandingkan secara positif individu dengan orang lain.

c. Dukungan instrumental, yaitu berupa bantuan langsung dalam bentuk uang, waktu, dan jasa melalui tindakan yang dapat membantu individu.

d. Dukungan informatif, yaitu berupa pemberian nasehat, petunjuk, saran, atau feedback atas apa yang telah dilakukan individu.

e. Dukungan jaringan; memberikan perasaan kepada individu sebagai bagian dari anggota kelompok.

Crider (Miftahun Ni’mah Suseno & Sugiyanto, 2010: 97) menyebutkan 3 bentuk dukungan sosial, yaitu:


(38)

a. Pemberian perhatian afeksi dan pemeliharaan untuk membantu mempertahankan harga diri dan mendukung keyakinan;

b. Bantuan informasi dan bimbingan pemecahan masalah yang praktis; c. Pemberian dorongan berupa penilaian atau feedback.

Orford (Tina Afiatin & Budi Andayani, 2010: 39) menguraikan bahwa ada lima dimensi fungsi dasar dukungan sosial, yaitu:

1) dukungan materi, yaitu dukungan yang berupa bantuan secara nyata (tangible aid) atau dukungan alat (instrumental aid);

2) dukungan emosi, yaitu dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi, dan ekspresi; 3) dukungan penghargaan, yaitu dukungan yang terjadi bila ada ekspresi

penilaian yang positif terhadap individu;

4) dukungan informasi, yaitu pemberian informasi yang diperlukan untuk individu; dan

5) dukungan integritas sosial, yaitu perasaan individu sebagai bagian dari suatu kelompok.

Berdasarkan pendapat Sarafino, Crider dan Orford, disimpulkan bahwa dukungan sosial dapat dibedakan dalam empat bentuk, yakni dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif. Dukungan emosional yakni berupa ungkapan perhatian terhadap individu yang bersangkutan. Dukungan penghargaan yakni ungkapan orang tua dalam bentuk pemberian perhargaan positif kepada individu yang bersangkutan. Bentuk penghargaan positif berupa


(39)

pujian. Dukungan instrumental yakni pemberian bantuan berupa jasa atau finansial. Dukungan informatif mencakup pemberian nasehat/bimbingan/saran yang dibutuhkan individu.

4. Manfaat dukungan sosial

Hasil penelitian Dubow & Tisak (Tina Afiatin & Budi Andayani, 1998: 39) menyatakan bahwa siswa sekolah dasar yang cukup mendapat dukungan sosial dan memiliki ketrampilan pemecahan masalah, memiliki penyesuaian diri yang baik. Dukungan sosial yang dirasakan anak akan membuat anak percaya diri dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan baik.

Menurut Caplan dalam Ismudiyati dan Hastjarjo (2003) melalui didapatkannya dukungan sosial ketika individu mengalamai suatu masalah, individu akan terbantu dalam menggerakan sumber-sumber psikologis untuk melawan stressor, menyediakan bantuan untuk memenuhi kebutuhan mereka, dukungan sosial mempunyai manfaat yang sangat penting mengingat manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang selalu berhubungan dan membutuhkan satu sama lain.

Berdasakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial orang tua sangat membantu individu untuk menggerakan sumber-sumber psikologis, dukungan sosial pada anak-anak sangat diperlukan apalagi saat anak tumbuh kembang dalam proses pembelajaran (sekolah) karena hanya orang tua yang dapat diandalkan dan dipercaya untuk memenuhi semua dukungan dan kebutuhan yang sedang dibutuhkan anak.


(40)

D.Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar

Masa anak sekolah dasar berkisar pada usia 6 tahun sampai 12 tahun. Syamsudin dkk. (2004: 83) menguraikan karakteristik perkembangan masa anak usia SD sebagai berikut.

1. Perkembangan Fisik dan Psikomotorik

a. Tubuh bagian atas lebih lamban berkembang daripada tubuh bagian bawah, bertambah berat karena bertambah jaringan urat daging anak menjadi lebih stabil.

b. Pertumbuhan fisik anak sedikit lambat. c. Hampir tak nampak perbedaan karena seks. d. Kekuatan lemparan dan loncatan anak bertambah.

e. Ada perubahan sifat dalam frekuensi motorik kasar dan halus, gerakan motorik tergantung pada aturan formal yang ditentukan.

2. Perkembangan Kognitif

a. Anak berada pada tahap operasional konkret di mana konsep yang samar dan tidak jelas menjadi konkret dan tertentu.

b. Mempelajari konsep baru dari televisi, radio, media massa, sekolah, film, dll.

c. Memperbaiki konsep yang salah dari yang telah di dapat sebelumnya, termasuk bersumber dari pengalaman pribadi.


(41)

3. Perkembangan Sosial

a. Masa usia berkelompok di mana anak ingin bersama dengan teman bermain, berolahraga, yang dapat memberikan kesenangan.

b. Keinginan yang semakin kuat untuk bersama kelompok, baik laki-laki ataupun perempuan.

c. Timbul tingkah laku sosial dengan cara meniru, belajar model, dan reinforcement dari teman.

d. Faktor yang mempengaruhi, keadaan lingkungan, urutan kelahiran dan besar kecilnya kepekaan pengaruh teman..

4. Perkembangan Moral

c. Mulai memperhitungkan keadaan khusus pada waktu pelanggaran moral. Moral tidak lagi bersifat kaku, misal berbohong pada situasi tertentu, dapat dibenarkan.

d. Perkembangan moral berada pada tingkat moralitas konvensional di mana anak mengikuti aturan dan penyesuaian konvensional, menyesuaikan dengan norma kelompok.

Setiap anak memiliki karakteristik motivasi yang berbeda berdasarkan usianya. Karakteristik motivasi siswa berdasarkan jenjang kelas menurut Ormrod (2009: 126) adalah sebagai berikut.

1. Tingkat Taman Kanak-kanak sampai Kelas 2

a. Perbedaan minat yang cepat, yang sering dipicu oleh pengalaman, fantasi, atau aktivitas yang menghibur.


(42)

b. Mengejar aktivitas yang menarik dan menyenangkan tanpa menghiraukan ekspektasi dan kesuksesan.

c. Munculnya kecenderungan untuk membedakan antara usaha dan kemampuan sebagai penyebab kesuksesan dan kegagalan; kepercayaan bahwa usaha yang tinggi mencirikan kemampuan tinggi. d. Kecenderungan mengatribusikan kesuksesan dengan kerja keras dan

latihan, yang menghasilkan optimisme tentang apa yang dapat diraih. 2. Tingkat Kelas 3 sampai Kelas 5

a. Timbulnya minat yang agak stabil.

b. Meningkatnya fokus pada tujuan performa.

c. Pengakuan bahwa usaha dan kemampuan saling mengimbangi, bahwa orang-orang yang kemampuannya lebih rendah harus bekerja lebih keras agar bisa sukses.

d. Meningkatnya kepercayaan tentang kemampuan bawaan sebagai faktor yang signifikan dan tak dapat dikendalikan, yang memengaruhi pembelajaran dan prestasi.

e. Meningkatnya kesadaran tentang jenis-jenis atribusi yang akan memunculkan reaksi yang positif dari orang lain (misal, “Aku tidak merasa fit selama tes”).

Karakteristik yang dimiliki oleh siswa kelas rendah dengan siswa kelas tinggi berbeda, sehingga diperlukan perlakukan yang berbeda sesuai karakteristik siswa untuk meningkatkan motivasi berprestasi.


(43)

E.Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Motivasi berprestasi siswa

Motivasi berprestasi pada siswa di sekolah dapat diartikan sebagai dorongan untuk melakukan aktivitas tertentu dengan usaha maksimal guna mencapai prestasi sebaik-baiknya. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tergambar dalam karakteristik, yaitu tekun menghadapi tugas, minat terhadap situasi atau pekerjaan dengan umpan balik yang nyata guna mengetahui hasil kerjanya, dapat mempertahankan pendapatnya, dan berusaha berprestasi sebaik mungkin tanpa dorongan orang lain.

2. Kedisiplinan

Kedisiplinan ialah kesadaran dalam pengendalian diri seseorang yang berupa keteraturan kondisi atau sikap berdasar acuan nilai moral. Mengenai kedisiplinan belajar di sekolah, ada dua jenis disiplin yang sangat dominan yakni disiplin dalam hal waktu dan disiplin dalam hal kerja atau perbuatan. Pengukuran kedisiplinan belajar didasarkan pada indikator, yaitu tepat waktu dalam belajar, patuh pada peraturan yang berlaku, dan bertingkah laku sesuai norma yang ada.

3. Dukungan sosial orang tua

Dukungan sosial orang tua merupakan kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diterima anak dari orang tua, terdiri dari aspek dukungan emosional (empati, perhatian, kepedulian); dukungan penghargaan (penghargaan positif dan persetujuan gagasan); dukungan instrumental


(44)

(barang/uang dan tindakan); serta dukungan informatif (nasehat, saran, dan petunjuk).

Orang tua sebagai penanggung jawab dalam suatu keluarga berkewajiban memberikan bimbingan dan pengarahan dalam membantu anak menjalani kehidupan. Orang tua dalam penelitian ini mencakup ayah, ibu, maupun walinya (kakek, nenek, paman, bibi, dan orang dewasa lain yang berperan mengasuh dan membimbing anak dalam kehidupan sehari-sehari).

Disimpulkan bahwa dukungan sosial orang tua adalah pemberian bantuan atau dukungan yang diberikan oleh orangtua kepada anak dalam bentuk kenyamanan, kepedulian, penghargaan, dan bantuan sehingga penerima merasa dihargai dan dicintai.

F. Hasil Penelitian Yang Relevan

1) Penelitian yang dilakukan oleh Fatma Dewi tahun 1997 dengan judul Hubungan antara pola pengasuhan dan dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi anak usia sekolah (Suatu studi terhadap Siswa Kelas V dari 8 Sekolah Dasar di Jakarta Pusat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi anak usia sekolah.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Nestor Verolesa Babaro tahun 2010 dengan judul Dukungan Sosial Orang Tua terhadap Motivasi Berprestasi Siswa Kelas IV SD N di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran


(45)

2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi anak usia sekolah. Hasil penelitian menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment padaprogram SPSS versi 13.0 for Windows, yang diperoleh hasil r = 0,570 dengan signifikansi 0,000 atau p < 0,01 . Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi siswa.

3) Penelitian yang dilakukan oleh Diyah Safitri tahun 2012 dengan judul Pengaruh Kedisiplinan dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 3 Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedisiplinan berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas V SD Muhammadiyah 3 Surakarta, hal ini dibuktikan dengan diperolehnya nilai t> t (3,172 > 2,023) dan ρ-value < 0,05 (0,003 < 0,05).

G.Kerangka Pikir

1. Hubungan Kedisiplinan dengan Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi berkaitan dengan beberapa hal, diantaranya adalah kedisiplinan dan dukungan sosial orang tua. Ketika seorang siswa berdisiplin di sekolah dengan berusaha menata dirinya terbiasa hidup tertib, teratur, mentaati peraturan dan norma yang berlaku di sekolah serta bekerja keras dalam belajar maka potensinya akan berkembang optimal. Siswa yang sudah tertanam kedisiplinan akan mempunyai kesadaran untuk


(46)

tunduk dan mengikuti peraturan serta menjauhi larangan tertentu baik tertulis maupun tidak tertulis yang telah ditetapkan. Maka siswa yang disiplin secara sadar akan tekun menghadapi tugas, sebagaimana kewajiban seorang siswa, dan berusaha berprestasi sebaik mungkin tanpa dorongan orang lain. Oleh karena itu, kedisiplinan siswa di sekolah berhubungan dengan motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa.

2. Hubungan Dukungan Sosial Orang Tua dengan Motivasi Berprestasi Motivasi berprestasi dapat muncul karena adanya dorongan dari luar diri siswa yang diberikan oleh orang tua, guru, maupun masyarakat. Orang tua berperan penting dalam membantu anak menumbuhkan motivasi berprestasi yang tinggi. Orang tua adalah guru pertama bagi anak karena orang tua lah yang pertama kali mendidik dan menanamkan pendidikan kepada anak. Orang tua memiliki potensi dalam membantu pendidikan anak secara lebih efektif. Dorongan orang tua sangat penting dalam mengarahkan tujuan belajar anak. Dukungan yang diberikan orang tua akan mendorong anak untuk melakukan aktivitas belajar dengan baik dan berusaha untuk meraih prestasi yang tinggi. Jika orang tua memberikan dukungan sosial pada anak, maka akan tumbuh motivasi berprestasi dalam diri anak.

3. Hubungan Kedisiplinan dan Dukungan Sosial Orang Tua dengan Motivasi Berprestasi

Orang tua yang memberikan dukungan sosial kepada anaknya, misalnya memperhatikan kepentingan dan kebutuhan anak dalam belajar


(47)

(dukungan emosional), memberikan penghargaan positif atas prestasi anak (dukungan penghargaan), menyediakan atau melengkapi alat penunjang prestasi belajar (dukungan instrumental), dan memberikan arahan apabila anak mengalami kesulitan belajar (dukungan informatif), dapat mendukung meningkatnya motivasi berprestasi dalam diri anak. Begitu pula dengan kedisiplinan siswa di sekolah. kedisiplinan dapat membangun dan melatih kepribadian siswa agar memiliki sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik. Kedua hal tersebut berhubungan dengan motivasi berprestasi siswa yang merupakan dorongan untuk melakukan aktivitas tertentu dengan usaha maksimal guna mencapai prestasi sebaik-baiknya. Dengan demikian, siswa yang mempunyai kedisiplinan serta memperoleh dukungan sosial orang tua yang baik maka akan memiliki motivasi berprestasi yang baik. Berdasarkan uraian di atas, maka secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 01. Alur kerangka pikir hubungan kedisiplinan dan dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi siswa.


(48)

H.Hipotesis

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berfikir, maka pada penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut.

1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kedisiplinan dengan motivasi berprestasi siswa kelas IV SD/MI di Gugus IV Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul tahun ajaran 2015/2016.

2. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi siswa kelas IV SD/MI di Gugus IV Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul tahun ajaran 2015/2016.

3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kedisiplinan dan dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi siswa kelas IV SD/MI di Gugus IV Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul tahun ajaran 2015/2016.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data mengunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau analisis statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Pemahaman akan kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila disertai dengan tabel, grafik, bagan, gambar, atau tampilan lain. (Suharsimi Arikunto, 2006: 12). Penelitian ini menggunakan metode expost facto. Penelitian expost facto adalah penelitian di mana variabel-variabel bebas telah terjadi ketika peneliti mulai dengan pengamatan variabel terikat dalam suatu penelitian. Jadi, penelitian ini adalah penelitian tentang variabel yang kejadiannya sudah terjadi sebelum penelitian dilaksanakan. (Sukardi, 2013: 165).

B.Subjek Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2005: 55). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas IV SD di Gugus


(50)

genap dengan jumlah 111 siswa yang terdiri dari 37 siswa dari SD N Kedungpring, 29 siswa dari SD N Wonolelo, 14 siswa dari SD N Cegokan, 21 siswa dari MI Al-Khoiriyah dan 10 siswa dari SD Muhammadiyah Bojong.

2. Sampel Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 131), sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Rumus untuk menghitung ukuran sample dari populasi yang diketahui jumlahnya, menurut Isaac dan Michael adalah sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2006:136):

Keterangan: S = Ukuran sampel. N = Ukuran populasi. P = Proporsi dalam populasi d = Ketelitian (error)

= Harga tabel chi-kuadrat untuk tertentu

Berdasarkan perhitungan jumlah sampel menggunakan rumus Isaac dan Michael dengan taraf kesalahan 5%, maka didapat ukuran sampel berjumlah 89. Sampel dalam penelitian ini adalah 89 siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul tahun ajaran 2015/2016.


(51)

3. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proportional random sampling, sehingga jumlah anggota sampel yang diambil dari setiap sub-populasi berproporsi sama. Suharsimi Arikunto (2006: 134) menyatakan bahwa, proportional artinya pengambilan sampel tiap kelas ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dari setiap kelas. Random artinya menganggap semua subjek memiliki hak yang sama dalam memperoleh kesempatan untuk dipilih menjadi sampel. Jumlah sampel yang diambil yaitu 89 siswa, dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 01. Sampel Penelitian

Nama Sekolah

Jumlah

Sub-populasi Jumlah Sampel SD Negeri Kedungpring 37 37/111 x 89 = 30 SD Negeri Wonolelo 29 29/111 x 89 = 23 SD Negeri Cegokan 14 14/111 x 89 = 11 SD Muhammadiyah Bojong 10 10/111 x 89 = 8

MI Alkhoiriyah 21 21/111 x 89 = 17

Jumlah 111 89

C.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah di Gugus IV Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul tahun ajaran 2015/2016 pada bulan Maret 2015.


(52)

D.Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau sesuatu yang menjadi titik perhatian dalam suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 118). Penelitian ini melibatkan tiga variabel yaitu variabel bebas (independent variable) yaitu kedisiplinan (X1) dan dukungan sosial orang tua (X2) dan satu variabel terikat (dependent variable) yaitu motivasi berprestasi siswa (Y), dari identifikasi variabel-variabel tersebut dapat dibuat paradigma penelitian, yaitu sebagai berikut:

Gambar 02. Paradigma penelitian dengan dua variabel bebas dan satu variabel terikat

Keterangan :

X1 = Kedisiplinan

X2 = Dukungan Sosial Orang Tua Y = Motivasi berprestasi siswa

E.Metode Pengumpulan Data dan Instrumen

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan skala. Menurut Mahmud (Sudaryono dkk., 2013: 45) skala adalah alat yang disusun dan


(53)

digunakan oleh peneliti untuk mengubah respons tentang suatu variabel kualitatif menjadi data kuantitatif.

Skala yang digunakan yaitu skala Likert, dengan empat pilihan jawaban berupa: selalu, sering, kadang, tidak pernah. Ada tiga skala yang digunakan, yaitu skala kedisiplinan, skala dukungan sosial orang tua dan skala motivasi berprestasi siswa.

1. Skala kedisiplinan

Skala kedisiplinan diisi oleh siswa, untuk mengetahui tingkat kedisiplinan yang dimiliki siswa. Disediakan empat pilihan jawaban dalam skala, yaitu: selalu, sering, kadang, dan tidak pernah. Dalam penelitian ini, Peneliti memodifikasi untuk pengukuran kedisiplinan siswa. Berikut ini aturan skoring yang menganut skala Likert yang telah dimodifikasi:

Tabel 02. Penilaian Skala untuk Pernyataan Positif

Pilihan Skor

Selalu 4

Sering 3

Kadang-kadang 2

Tidak Pernah 1

Tabel 03. Penilaian Skala untuk Pernyataan Negatif

Pilihan Skor

Selalu 1

Sering 2

Kadang-kadang 3

Tidak Pernah 4

Disebut positif apabila pernyataan mendukung nilai variabel, sedangkan disebut negatif apabila pernyataan tidak mendukung nilai


(54)

variabel. Contoh pernyataan positif misalnya: 1) saya menerima hukuman yang diberikan dengan ikhlas; 2) saya mematuhi semua peraturan sekolah; dan sebagainya. Contoh pernyataan negatif misalnya: 1) Saya malas mencatat materi pelajaran; 2) Saya tidak mengerjakan PR; dan sebagainya. Tabel 04. Kisi-kisi Skala Kedisiplinan Siswa

Aspek Indikator Jumlah Nomor Pernyataan

+ -

Patuh pada peraturan yang berlaku

Perilaku sesuai peraturan

3 1, 8, 14 - Kesadaran untuk

melaksanakan tugas sesuai pedoman

Melaksanakan tugas secara mandiri atau tanpa perintah

4 2, 9 15, 20

Mengikuti KBM tanpa paksaan

3 10 3, 16

Tanggung-jawab Bersedia menerima

hukuman 3

11 4, 17 Melaksanakan

kewajiban dengan baik 4

18, 21 5, 12, 13

Kejujuran Berkata jujur 2 6, 22 -

Tidak mengambil sesuatu yang bukan miliknya

4

7, 19 23

Timbul rasa malu, gelisah, dan salah apabila melanggar peraturan

Timbul rasa malu, gelisah, dan salah apabila melanggar peraturan

2

24 25

Jumlah 25 14 11

2. Skala dukungan sosial orang tua

Skala dukungan sosial orang tua diisi oleh siswa, untuk mengetahui tingkat dukungan sosial orang tua yang diterima oleh siswa. Disediakan empat pilihan jawaban dalam skala, yaitu: selalu, sering, kadang, dan tidak pernah. Cara pemberian nilai terhadap jawaban pada butir pernyataan adalah sebagai berikut.


(55)

Tabel 05. Penilaian Skala Dukungan Sosial Orang Tua Pilihan Jawaban Skor

Tidak Pernah 1

Kadang 2

Sering 3

Selalu 4

Nilai skala tinggi ditemui pada subjek yang mempunyai sikap penerimaan positif terhadap pernyataan, sedangkan nilai skala rendah ditemui pada subjek yang mempunyai penerimaan negatif terhadap pernyataan dalam skala.

Skala dukungan sosial dikembangkan berdasarkan teori Sarafino, Crider, dan Orford. Variabel dukungan sosial orang tua dijabarkan menjadi empat aspek yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informatif. Setiap aspek dijabarkan menjadi beberapa indikator, kemudian disusun menjadi butir pernyataan. Ada 31 butir pernyataan dalam skala dukungan sosial orang tua. Rancangan skala dukungan sosial orang tua dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 06. Kisi-kisi Skala Dukungan Sosial Orang Tua

Aspek Indikator Nomor Pernyataan

Dukungan Emosional

a. Empati b. Kepedulian c. Perhatian

1, 2, 3 4, 5 6, 7, 8, 9 Dukungan

Penghargaan

a. Penghargaan positif b. Persetujuan gagasan

10, 11, 12 13, 14, 15 Dukungan

Instrumental

a. Bantuan langsung berupa barang/uang

b. Bantuan langsung berupa tindakan

16, 17, 18 19, 20, 21, 22


(56)

Informatif b. Saran c. Petunjuk

24, 25 26, 27

Jumlah 27 butir

3. Skala motivasi berprestasi siswa

Skala motivasi berprestasi siswa diberikan kepada siswa sebagai responden untuk mengungkap motivasi berprestasi subjek yang dikembangkan berdasarkan teori Johnson dan Schwitzgebel & Kalb, Sardiman A.M., dan Heckhausen. Motivasi berprestasi tinggi diuraikan menjadi enam indikator, yaitu; berusaha unggul, tekun dalam menyelesaikan tugas dengan baik, menyukai tantangan dan menyelesaikan masalah, memilih tugas dengan tingkat resiko menengah, memiliki tanggung jawab pribadi dalam tugas, dan menyukai adanya umpan balik. Enam indikator motivasi berprestasi kemudian disusun menjadi 30 butir pernyataan.

Setiap butir pernyataan disediakan empat pilihan jawaban yaitu: selalu, sering, kadang, dan tidak pernah. Cara pemberian nilai terhadap jawaban pada butir pernyataan disusun sebagai berikut.

Tabel 07. Penilaian Skala Motivasi Berprestasi Siswa Pilihan Jawaban Skor

Tidak Pernah 1

Kadang 2

Sering 3


(57)

Berikut ini rancangan kisi-kisi skala motivasi berprestasi siswa. Tabel 08. Kisi-kisi Skala Motivasi Berprestasi Siswa

Indikator Nomor Pernyataan

Berusaha unggul 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7

Tekun dalam menyelesaikan tugas dengan baik 8, 9, 10, 11 Menyukai tantangan dan menyelesaikan

masalah

12, 13, 14, 15, 16

Memilih tugas dengan tingkat resiko menengah 17, 18, 19

Memiliki tanggung jawab pribadi dalam tugas 20, 21, 22, 23, 24, 25 Menyukai situasi atau pekerjaan dengan umpan

balik yang nyata guna mengetahui hasil kerjanya

26, 27, 28, 29, 30

Jumlah 30 butir

F. Pengujian Instrumen Penelitian

Ada dua kriteria yang harus dipenuhi oleh alat pengumpul data sebelum alat tersebut digunakan, yaitu validitas dan reliabilitas. Sugiyono (2005:267) berpendapat bahwa instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.

1. Validitas

Sugiyono (2005:267) mengemukakan bahwa insrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Dilakukan uji validitas isi melalui analisis rasional untuk mengetahui sejauhmana isi instrumen mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur.


(58)

materi. Hasil pengujian validitas oleh ahli materi menghasilkan beberapa masukan dalam butir pernyataan yang harus diperbaiki. Setelah pengujian konstruksi selesai dari para ahli, maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen yang telah disetujui tersebut selanjutnya diujicobakan sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian. Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan di sekolah dasar dengan karakteristik yang mirip dengan sekolah dasar dalam populasi penelitian. SD Negeri Srumbung dipilih dengan pertimbangan memiliki karakteristik yang hampir sama, yaitu berada di daerah pegunungan.

Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap butir. Bila korelasi tersebut positif dan besarnya 0.30 ke atas maka faktor tersebut merupakan konstrak yang kuat. Untuk menghitung validitas instrumen digunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson (Suharsimi Arikunto, 2006:170) sebagai berikut.

r = nΣxy –(Σx) (Σy) . √{nΣx² –(Σx)²} {nΣy2–(Σy)2} Keterangan :

n = Banyaknya Pasangan data X dan Y Σx = Total Jumlah dari Variabel X

Σy = Total Jumlah dari Variabel Y

Σx2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X Σy2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y


(59)

a. Uji Validitas Skala Kedisiplinan Siswa

Skala berjumlah 25 butir pertanyaan. Berdasarkan data uji coba yang diolah menggunakan bantuan program SPSS setelah dibandingkan dengan harga korelasi (r product moment) 0.361 diperoleh hasil bahwa: terdapat 6 butir pertanyaan yang tidak valid atau gugur untuk digunakan penelitian. Pertanyaan yang gugur yaitu nomor 14, 18, 20, 21, 23, dan 24, sehingga terdapat 19 butir pertanyaan yang valid. Untuk butir yang gugur dihilangkan karena setiap indikator masih terdapat item yang mewakili dan selanjutnya instrumen digunakan untuk pengambilan data. Untuk proses perhitungan dan hasil secara keseluruhan dapat dilihat di lampiran 7.

Tabel 09. Hasil Uji Validitas Skala Kedisiplinan Siswa

Aspek Indikator Nomor Pernyataan

+ - Gugur

Patuh pada peraturan yang berlaku

Perilaku sesuai peraturan 1, 8 - 14

Kesadaran untuk melaksanakan tugas sesuai pedoman

Melaksanakan tugas secara mandiri atau tanpa perintah

2, 9 15 20

Mengikuti KBM tanpa paksaan

10 3, 16 -

Tanggung-jawab Bersedia menerima hukuman

11 4, 17 -

Melaksanakan kewajiban dengan baik

- 5, 12, 13

18, 21

Kejujuran Berkata jujur 6, 22 - -

Tidak mengambil sesuatu yang bukan miliknya

7, 19 - 23

Timbul rasa malu, gelisah, dan salah apabila melanggar peraturan

Timbul rasa malu, gelisah, dan salah apabila melanggar peraturan

- 25 24


(60)

b. Uji Validitas Skala Dukungan Sosial Orang Tua

Skala berjumlah 27 butir pertanyaan. Berdasarkan data uji coba yang diolah menggunakan bantuan program SPSS setelah dibandingkan dengan harga korelasi (r product moment) 0.361 diperoleh hasil bahwa: terdapat 6 butir pertanyaan yang tidak valid atau gugur untuk digunakan penelitian. Pertanyaan yang gugur yaitu nomor 11, 13, 14, 17, 18, dan 25, sehingga terdapat 21 butir pertanyaan yang valid. Untuk butir yang gugur dihilangkan karena setiap indikator masih terdapat item yang mewakili dan selanjutnya instrumen digunakan untuk pengambilan data. Untuk proses perhitungan dan hasil secara keseluruhan dapat dilihat di lampiran 8.

Tabel 10. Hasil Uji Validitas Skala Dukungan Sosial Orang Tua

Aspek Indikator Nomor Pernyataan

Diterima Gugur Dukungan

Emosional

a. Empati b. Kepedulian c. Perhatian

1, 2, 3 4, 5 6, 7, 8, 9

- - - Dukungan

Penghargaan

d. Penghargaan positif e. Persetujuan gagasan

10, 12 15 11 13, 14 Dukungan Instrumental

f. Bantuan langsung berupa barang/uang g. Bantuan langsung

berupa tindakan

16, 17, 18 19, 20, 21, 22 17, 18 - Dukungan Informatif h. Nasehat i. Saran j. Petunjuk 23 24, 25 26, 27 - 25 -


(61)

a. Uji Validitas Skala Motivasi Berprestasi Siswa

Skala berjumlah 30 butir pertanyaan. Berdasarkan data uji coba yang diolah menggunakan bantuan program SPSS setelah dibandingkan dengan harga korelasi (r product moment) 0.361 diperoleh hasil bahwa: terdapat 8 butir pertanyaan yang tidak valid atau gugur untuk digunakan penelitian. Pertanyaan yang gugur yaitu nomor 7, 10, 11, 17, 19, 23, 29, dan 30, sehingga terdapat 22 butir pertanyaan yang valid. Untuk butir yang gugur dihilangkan karena setiap indikator masih terdapat item yang mewakili dan selanjutnya instrumen digunakan untuk pengambilan data. Untuk proses perhitungan dan hasil secara keseluruhan dapat dilihat di lampiran 9.

Tabel 11. Hasil Uji Validitas Skala Motivasi Berprestasi Siswa

Indikator Nomor Pernyataan

Diterima Gugur

Berusaha unggul 1, 2, 3, 4, 5, 6 7

Tekun dalam menyelesaikan tugas dengan baik

8, 9 10, 11

Menyukai tantangan dan menyelesaikan masalah

12, 13, 14, 15, 16 - Memilih tugas dengan tingkat resiko

menengah

18 17, 19

Memiliki tanggung jawab pribadi dalam tugas

20, 21, 22, 24, 25 23 Menyukai situasi atau pekerjaan dengan

umpan balik yang nyata guna mengetahui hasil kerjanya

26, 27, 28, 29, 30


(62)

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan pengujian interna l consistensy, yakni dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu. Rumus Alpha Cronbach digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen (Suharsimi Arikunto, 2006: 196), dengan rumus sebagai berikut:

= reliabilitas instrumen = banyak butir pernyataan = jumlah varian butir

= varian total

Tingkat kehandalan instrumen penelitian dapat diketahui dengan berpedoman pada interprestasi nilai r yang dikemukakan oleh Sugiyono (2005:216) sebagai berikut:

Tabel 12. Interprestasi niai r

Interval koefisien Tingkat hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Harga ri hitung dikonsultasikan dengan harga r tabel untuk taraf kesalahan 1% maupun 5%, agar diketahui bahwa instrumen tersebut


(63)

koefisien reliabilitas 0.857. Hasil uji reliabilitas skala dukungan sosial orang tua diperoleh koefisien reliabilitas 0.866. Hasil uji reliabilitas skala motivasi berprestasi siswa diperoleh koefisien reliabilitas 0.856. Diketahui bahwa rtabel untuk taraf kesalahan 1% = 0,463 dan untuk taraf kesalahan 5% = 0,361. Maka dapat disimpulkan bahwa rhitung > rtabel, sehingga ketiga instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data. Skala motivasi berprestasi siswa, skala kedisiplinan siswa dan skala dukungan sosial orang tua memiliki koefisien Alpha hitung berada pada interval 0,80- 1,00, sehingga tingkat kehandalan instrumen pada kategori sangat kuat. Hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen dapat dilihat pada lampiran 7 sampai lampiran 9.

G.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu statistik inferensial karena teknik statistik ini digunakan untuk menganalisis data sampel yang hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik inferensial yang akan digunakan yakni statistik parametris, karena digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel.

1. Deskripsi data penelitian

Setelah semua data terkumpul maka selanjutnya akan dilakukan pengkategorian skor masing-masing variabel. Pengkategorian dilakukan berdasarkan Mean Ideal (Mi) dan Standar Deviasi Ideal (SDi) yang


(64)

diperoleh. Rumus yang digunakan untuk mencari Mi dan SDi adalah sebagai berikut:

Mi = ½

Sdi =

Data masing-masing variabel akan dikategorikan menjadi tiga golongan dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Tinggi : > Mi + 1 SDi

b. Sedang : Mi – 1 SDi sampai Mi + 1 SDi c. Rendah : < Mi – 1 SDi

2. Uji prasyarat a. Uji normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran masing-masing variabel baik itu variabel bebas (X) maupun variabel terikat (Y) mempunyai distribusi normal atau tidak. Kaidah normalitas: jika nilai signifikansi (p) lebih besar dari 0,05 (taraf signifikansi 5%) maka data berdistribusi normal, sebaliknya jika nilai signifikansi (p) lebih kecil dari 0,05 (taraf signifikansi 5%) maka data tidak berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 16.00 for Windows.

b. Uji linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui sifat hubungan antara data variabel bebas dengan data variabel terikat apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Kedua


(65)

variabel (variabel bebas dan variabel terikat) dinyatakan linear jika f hitung lebih besar dari f tabel serta nilai signifikansi (p) kurang dari 0,05. Uji linearitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Uji F menggunakan bantuan SPSS 16.00 for Windows.

c. Uji multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan antar variabel bebas (X1 dan X2). Jika terdapat hubungan yang cukup tinggi (signifikan), berarti ada aspek yang sama diukur pada variabel bebas (X1 = X2). Hal ini tidak layak digunakan untuk menentukan kontribusi secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat (Y) dalam model regresi. Kriteria yang digunakan adalah: Jika nilai VIF di sekitar angka 1 atau memiliki tolerance mendekati 1, maka dikatakan tidak terdapat masalah multikolinearitas dalam model regresi.

3. Uji hipotesis

Pengujian hipotesis dapat dilakukan jika data penelitian telah memenuhi uji normalitas, uji linearitas, dan uji multikolinearitas. Pengujian hipotesis ini menggunakan analisis yaitu:

a. Korelasi Product Moment

Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis 1 dan 2 yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis Product Moment dari Karl Pearson yang rumusnya tertulis pada halaman 42, digunakan untuk mencari koefisien korelasi yaitu:


(66)

1) Kedisiplinan dengan motivasi berprestasi siswa kelas IV SD/MI di Gugus IV Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul.

2) Dukungan sosial orang tua dengan motivasi berprestasi siswa kelas IV SD/MI di Gugus IV Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul.

b. Korelasi Ganda

Analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah analisis korelasi ganda yang digunakan untuk mencari koefisien korelasi yaitu:

Kedisiplinan dan dukungan sosial orang tua secara bersama-sama dengan motivasi berprestasi siswa kelas IV SD/MI di Gugus IV Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul.

Rumus korelasi ganda (Riduwan dan Akdon, 2007: 128), yaitu:

Keterangan :

Ryx1x2 = koefisien korelasi ganda antara variabel x1dan x2 ryx1 = koefisien korelasi X1 terhadap Y

ryx2 = koefisien korelasi X2 terhadap Y rx1x2 = koefisien korelasi X1 terhadap X2

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel berikut:


(67)

Tabel 13. Interprestasi nilai koefisien korelasi Interval koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat


(68)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

1. Deskripsi Responden Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Gugus IV Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul yang terdiri dari 4 Sekolah Dasar dan 1 Madrasah Ibtidaiyah, yaitu SD Kedungpring, SD Wonolelo, SD Cegokan, SD Muhammadiyah Bojong, dan MI Al-Khoiriyah. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Pleret yang terdiri dari 111 siswa. Responden diambil menggunakan teknik area probabilty proportional random sampling(diambil secara acak berdasarkan proporsi anggota sampel tiap sub-populasi), dengan jumlah sampel 89 siswa.

2. Deskripsi Data

a. Data Variabel Kedisiplinan Siswa

Data pada variabel kedisiplinan siswa diperoleh melalui angket yang bersifat tertutup dengan jumlah item sebanyak 19 butir. Skor yang digunakan dalam angket tersebut adalah 1 sampai 4, sehingga berdasarkan data yang diperoleh dari angket yang disebarkan kepada responden menunjukkan bahwa variabel kedisiplinan diperoleh skor tertinggi sebesar 76 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai (Xmax) sebesar 4 x 19 = 76 dan skor terendah sebesar 43 dari skor terendah yang mungkin dicapai (Xmin) sebesar 1 x 19 = 19.


(69)

Distribusi frekuensi data variabel kedisiplinan siswa ditentukan dengan aturan Sturges (Sudjana, 2002: 47), banyak kelas = 1 + (3.3) log n. Dengan n=89, diperoleh jumlah kelas interval = 7. Distribusi frekuensi data variabel kedisiplinan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Kedisiplinan No. Kelas

Interval frekuensi

Frekuensi relatif (%)

1 43 – 47 1 1,12

2 48 – 52 3 3,38

3 53 – 57 12 13,48

4 58 – 62 17 19,10

5 63 – 67 22 24,72

6 68 – 72 23 25,84

7 73 – 77 11 12,36

Jumlah 89 100

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan histogram sebagai berikut:

Gambar 03. Histogram Variabel Kedisiplinan Siswa


(70)

Diketahui (Xmax) sebesar 4 x 19 = 76 dan (Xmin) sebesar 1 x 19=19 Mean ideal (Mi) = ½( Xmax + Xmin) = ½ (76+19) = 47,5 = 48

Standar Deviasi ideal (SDi) = = (76 - 19) = 9,5 =10 a. Tinggi : > Mi + 1 SDi = >48 + 10 = > 58

b. Sedang : Mi – 1 SDi sampai Mi + 1 SDi = 48 – 10 s/d 48 + 10 = 38 s/d 58

c. Rendah : < Mi – 1 SDi = < 48 - 10 = < 38

Tabel 15. Frekuensi kategori variabel kedisiplinan siswa No. Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori

1 >58 70 78,65 Tinggi

2 38 - 58 19 21,35 Sedang

3 <38 - - Rendah

Jumlah 89 100

Berdasarkan tabel 07 di atas, dapat diketahui kedisiplinan pada kategori sedang sebanyak 19 siswa (21,35%) dan kategori tinggi sebanyak 70 siswa (78,65%), sehingga dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan pada siswa kelas IV Sekolah Dasar di gugus IV Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul dikategorikan dalam kategori tinggi.

Setelah data variabel kedisiplinan dideskripsikan secara keseluruhan, maka selanjutnya data dideskripsikan per aspek untuk mengetahui aspek yang memiliki skor tertinggi dan terendah dalam penelitian ini. Kedisiplinan terbagi dalam lima aspek, yaitu patuh pada peraturan, kesadaran untuk melaksanakan tugas sesuai pedoman, tanggung-jawab,


(71)

kejujuran, serta timbul rasa malu, gelisah, dan salah apabila melanggar peraturan. Berikut adalah skor aspek variabel kedisiplinan siswa.

Tabel 16. Skor Aspek Kedisiplinan Siswa. No.

Aspek Aspek

Skor Aspek Jumlah Item Rata-rata Presentase (%) 1. Patuh pada

peraturan 640 2 320 21,46

2.

Kesadaran untuk melaksanakan tugas sesuai pedoman

1888 6 314,66 21,10

3. Tanggung jawab 1739 6 289,83 19,43

4. Kejujuran 1244 4 311 20,85

5.

Timbul rasa malu, gelisah, dan salah apabila melanggar peraturan

256 1 256 17,16

Total 1491,49 100

Berdasarkan tabel 16, maka persentase skor per aspek kedisiplinan siswa disajikan pada histogram seperti berikut ini.


(72)

Histogram aspek-aspek kedisiplinan menunjukkan bahwa aspek tertinggi kedisiplinan yang dimiliki anak adalah aspek satu, yaitu patuh pada peraturan, sedangkan aspek kedisiplinan terendah yang dimiliki anak adalah aspek lima, yaitu timbul rasa malu, gelisah, dan salah apabila melanggar peraturan.

b. Data Variabel Dukungan Sosial Orang Tua

Data pada variabel dukungan sosial orang tua diperoleh melalui angket yang bersifat tertutup dengan jumlah item sebanyak 19 butir. Skor yang digunakan dalam angket tersebut adalah 1 sampai 4, sehingga berdasarkan data yang diperoleh dari skala yang disebarkan kepada responden menunjukkan bahwa variabel dukungan sosial orang tua diperoleh skor tertinggi sebesar 83 dari skor tertinggi yang mungkin dicapai (Xmax) sebesar 4 x 21 = 84 dan skor terendah sebesar 43 dari skor terendah yang mungkin dicapai (Xmin) sebesar 1 x 21 = 21.

Distribusi frekuensi data variabel dukungan sosial orang tua ditentukan dengan aturan Sturges (Sudjana, 2002: 47), banyak kelas = 1 + (3.3) log n. Dengan n=89, diperoleh jumlah kelas interval = 7. Distribusi frekuensi data dukungan sosial orang tua dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


(73)

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Dukungan Sosial Orang Tua No. Kelas

Interval Frekuensi Frekuensi relatif (%)

1 43 – 48 3 3,37

2 49 – 54 9 10,11

3 55 – 60 9 10,11

4 61 – 66 14 15,73

5 67 – 72 18 20,23

6 73 – 78 21 23,60

7 79 – 84 15 16,85

Jumlah 89 100

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat digambarkan histogram dukungan sosial orang tua sebagai berikut:

Gambar 05. Histogram Variabel Dukungan Sosial Orang Tua

Frekuensi kategori variabel dukungan sosial orang tua diketahui berdasarkan ketentuan sebagai berikut:


(1)

(2)

(3)

147 Lampiran 22. Tabel Statistik


(4)

(5)

(6)