Morfologi S. serrata Bioekologi Kepiting Bakau

abdomen tereduksi menjadi tipis, rata dan terlipat di bawah cefalotoraks, karena itu kepiting dinamakan brachyura atau ekor pendek Garth Abbott 1980. Tabel 1 Karakteristik jenis kepiting bakau Scylla spp. menurut Keenan et al. 1998. No Jenis Pola poligon dan warna Ciri morfologisfaktor pembeda 1 Scylla serrata Pola poligon dan warna Duri pada dahi Duri pada bagian luar cheliped Chela dan kaki-kakinya memiliki pola poligon yang sempurna untuk kedua jenis kelamin dan pada abdomen betina. Warna bervariasi dari unggu, hijau sampai hitam kecoklatan. Tinggi, sempit, dan agak tumpul, dasar cekungan lembah diantara dua duri membulat. Sepasang duri tajam pada carpus dan. dua duri tajam pada propodus di bagian tepi atas, di belakang dactilus. 2 Scylla tranquebarica Pola poligon dan warna Duri pada dahi Duri pada bagian luar cheliped Chela dan dua pasang kaki jalan pertama berpola poligon samar-samar, serta dua pasang kaki yang lain mempunyai pola yang lebih jelas. Pola poligon bervariasi terdapat pada abdomen betina dan tidak ada pada abdomen jantan. Warna bervariasi mirip dengan S. serrata. Duri pada dahi agak tinggi, tumpul, dan lembah antara dua duri membulat. Sepasang duri tajam pada carpus dan. dua duri tajam pada propodus di bagian tepi atas, di belakang dactilus. 3 Scylla paramamosain Pola poligon dan warna Duri pada dahi Duri pada bagian luar cheliped Chela dan kaki-kakinya berpola poligon yang samar-samar untuk kedua jenis kelamin. Warna bervariasi dari ungu, hijau sampai coklat kehitaman tergantung habitat. Agak tinggi, berbentuk segitiga dengan tepian yang bergaris lurus dan lembah antara dua duri berbentuk siku 2 duri tengah lebih tinggi. Pada dewasa tidak ada duri pada bagian luar carpus, tetapi dengan 1 duri tumpul kecil pada juvenile dan propodus mempunyai sepasang duri agak tajam berukuran sedang pada bagian tepi atas, di belakang dactylus, diikuti dengan gerigi ke arah posterior.. 4 Scylla Olivaceae Pola poligon dan warna Duri pada dahi Duri pada bagian luar cheliped Chela dan kaki-kakinya tanpa pola poligon yang jelas untuk kedua jenis kelamin. Warna bervariasi dari oranye kemerahan, coklat sampai coklat kehitaman tergantung habitat. Rendah, membulat dengan lembah yang dangkal diantaranya. Umumnya pada dewasa tidak ada duri pada carpus pada betina ada, tetapi dengan 1 duri kecil tumpul pada tepi luar pada juvenile. Sedangkan propodus dengan sepasang duri tumpul di bagian atas belakang dactylus, dimana juvenile dan kepiting muda berduri, duri bagian dalam lebih besar daripada nyang luar. Kepiting bakau ditutupi oleh karapas yaitu kulit yang terdiri atas khitin bercampur bahan kapur yang telah mengeras. Karapas berbentuk bulat pipih, dilengkapi dengan sembilan duri pada sisi kiri dan kanan. Empat duri yang lain terdapat diantara kedua matanya. Mempunyai sepasang kaki jalan yang bentuknya besar disebut capit yang berfungsi untuk memegang, tiga pasang kaki jalan dan sepasang kaki renang berbentuk bulat telur dan pipih seperti alat pendayung Motoh dalam Karim 1998 . Untuk membedakan kepiting jantan dan betina dapat dilakukan dengan mengamati ruas-ruas abdomennya. Kepiting jantan ruas abdomennya sempit, sedangkan pada betina lebih besar. Perut kepiting betina berbentuk lonceng stupa sedangkan jantan berbentuk tugu. Perbedaan lain adalah pleopod yang terletak dibawah abdomen, dimana pada kepiting jantan yaitu pleopod berfungsi sebagai alat kopulasi, sedangkan pada betina sebagai tempat melekatnya telur Moosa et al. 1985. Ciri-ciri umum dari genus Scylla adalah memiliki karapas berbentuk menyerupai segi enam, agak bulat atau oval, ukuran chela kanan lebih panjang daripada chela kiri, pasangan kaki terakhir berbentuk pipih dan diadaptasikan untuk berenang, sisi anteroteral karapas berduri sembilan buah dengan ukuran yang hampir sama, jarak antar ruang rongga mata orbital luas, bagian depan Gambar 2 Kepiting betina dan kepiting jantan. A. S. serrata betina dewasa kelamin B. S. serrata jantan moulting Foto: Phelan Grubert 2007 A B mempunyai enam buah duri, serta memiliki ruas propodus cheliped yang menggembung. Pasangan kaki pejalan yang terakhir pleopod V berbentuk memipih pada ruas terakhirnya propodus dan daktilus. Capit pleopod I mempunyai bagian propodus menggembung dengan permukaan yang licin Gambar 3. Selanjutnya Siahainenia 2008 yang memodifikasi dari Keenan 1998 menambahkan bahwa kriteria klasifikasi S. serrata dewasa adalah warna bervariasi dari ungu sampai hijau dan coklat kehitaman. Pola poligonal terlihat jelas pada hampir semua bagian tubuh. Duri pada bagian dahi karapas lebar, tinggi dan agak tumpul, berbentuk segitiga. Empat duri yang di tengah berukuran panjang hampir sama sehingga terlihat rata. Terdapat dua duri yang tajam pada propodus dan dua duri yang tajam pada carpus. Gambar 3 Morfologi Scylla serrata. Foto: Pratiwi Wijaya 2010 Berbagai jenis krustasea hidup di mangrove menggali tanah sampai permukaan air sebagai adaptasi terhadap pasang surut perairan dan juga terhadap predator. Jenis-jenis Portunidae seperti S. serrata dapat menggali lubang hingga 5 meter keluar dari sisi tebing sungai masuk ke mangrove. Lubang yang digali bervariasi fungsinya, bergantung pada spesiesnya, yaitu sebagai tempat menghindar dari predator, tempat menampung air, sumber bahan pakan organik, sebagai rumah atau daerah teritorial dalam berpasangan dan kawin, tempat karapas kaki jalan I kaki jalan II kaki jalan III basis ischium kaki renang daktilus propondus karpus merus mata antene pertahanan, dan tempat mengerami telur atau anaknya. Dengan adanya kaki perenang menyerupai dayung, jenis S. serrata memiliki kemampuan berenang yang cepat yang bertujuan untuk proteksi diri dari predator dan menangkap mangsa Kasry 1996. Pada saat larva, jenis S. serrata dan kebanyakan jenis kepiting lainnya hidup sebagai plankton, berenang-renang bebas, terbawa arus, dan setelah dewasa hidup di dasar perairan . Kepiting bakau dewasa merupakan salah satu dari biota yang hidup pada kisaran kadar garam yang luas euryhaline dan memiliki kapasitas untuk menyesuaikan diri adaptasi yang cukup tinggi. Kepiting bakau juga memiliki kemampuan untuk bergerak dan beradaptasi pada daerah teresterial serta pada tambak yang cukup tersedia cukup pakan bagi kelangsungan hidupnya. Kemampuan tersebut berbeda dengan organisme lain, karena kepiting bakau memiliki vaskularisasi dinding ruang insang untuk memudahkan menyesuaikan diri dengan habitatnya.

2.1.3 Daur hidup Scylla serrata

Scylla serrata merupakan jenis biota yang melakukan ruaya selama daur hidupnya, sehingga pada setiap tahapan hidupnya S. serrata menempati habitat yang berbeda sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Organisme, jarang yang secara acak menyebar di sepanjang lingkungan Condit et al.; Bertnes et al.; dalam Webley et al. 2009. Pada hewan, distribusi yang tidak acak ini dibangkitkan oleh mekanisme pilihan tempat tinggal. Kematian, merupakan salah satu mekanisme yang mungkin terjadi. Hewan yang rekruit secara acak, dan sebagian mati di tempat yang tidak nyaman, namun akan bertahan hidup di tempat lain akan menyebar secara tidak acak dan berasosiasi dengan habitat yang sesuai Crowe Underwood dalam Webley 2009. Pemahaman akan biologi S. serrata dan ekologi lingkungannya diperlukan agar dapat mengelola sumberdaya S. serrata dengan benar. Pada kondisi lingkungan yang memungkinkan, kepiting dapat bertahan hidup hingga mencapai umur 3-4 tahun dan mencapai ukuran lebar karapas maksimum lebih dari 200 mm Perrine; Heasman dalam Bonine et al. 2008. Scylla serrata betina matang pada ukuran lebar karapas antara 80-120 mm Hill; A B Heasman et al. dalam Bonine et al. 2008. Sedangkan S. serrata jantan matang secara fisiologis ketika lebar karapas berukuran 90-110 mm, namun tidak cukup berhasil bersaing untuk pemijahan sebelum dewasa secara morfologis yaitu dari ukuran capit dengan lebar karapas 140-160 mm Perrine; Heasman dalam Bonine et al . 2008. Scylla serrata menunjukkan sifat seksualitas dimorfisme, dimana kepiting jantan cenderung menjadi lebih berat dibanding kepiting betina pada lebar karapas yang sama Chakrabarti dalam Bonine et al. 2008; Siahainenia 2008. Di wilayah tropis, reproduksi S. serrata berlangsung sepanjang tahun, dengan puncaknya pada musim hujan Le Vay 2001. Scylla serrata melangsungkan perkawinan di perairan mangrove dan secara berangsur-angsur sesuai dengan perkembangan telurnya, kepiting betina akan beruaya berenang ke laut dan memijah, sementara kepiting jantan tetap di perairan hutan bakau atau muara sungai Hill 1975. Kasry 1996 menyatakan bahwa kepiting betina yang telah beruaya ke perairan laut akan berusaha mencari perairan yang kondisinya cocok untuk tempat melakukan pemijahan, khususnya terhadap suhu dan salinitas air laut. Peristiwa pemijahan S. serrata terjadi pada periode bulan-bulan tertentu, terutama awal tahun. Jarak yang ditempuh dalam beruaya untuk memijah tidak lebih dari satu kilometer ke arah laut menjauhi pantai. Motoh 1979 menyatakan bahwa perkembangan kepiting bakau S. serrata mulai dari telur hingga mencapai dewasa mengalami beberapa tingkat perkembangan, yaitu: stadia zoea, stadia megalopa, stadia kepiting muda juvenil, dan stadia kepiting dewasa. Sekitar 12 hari setelah pemijahan, telur menetas, dan melalui fase larva yang disebut dengan zoea, yaitu sebagai larva tingkat I Zoea I dan terus menerus berganti kulit, sambil terbawa arus perairan pantai, hingga mencapai Zoea V. Proses ini memerlukan waktu minimal 18 hari Warner 1977. Kemudian berganti kulit menjadi megalopa yang bentuk tubuhnya sudah mirip dengan kepiting dewasa kecuali masih memiliki bagian ekor yang panjang. Tahap megalopa berlangsung antara 7-9 hari Phelan Grubert 2007. Pada tingkat megalopa ini, kepiting mulai beruaya pada dasar perairan berlumpur menuju perairan pantai, dan biasanya pertama kali memasuki perairan