Penentuan Jumlah Unit Responden

Jumlah unit sampel untuk responden petambak dan nelayan ikan ditentukan berdasarkan persamaan estimasi proporsi sebagai berikut Cochran dalam Nazir 2003: ............................................................................ 1 Keterangan : n = jumlah unit sampel yang diinginkan, N = jumlah total jenis responden, D = B 2 p 4 B adalah bound of error = 0,10 , dan estimator dari proporsi populasi = 0,1. Selanjutnya, pemilihan responden yang diambil sebagai obyek penelitian ditentukan secara random sampling, untuk mengurangi subyektivitas. Responden nelayan kepiting bakau, pedagang pengumpul kepiting bakau, dan pengambil kebijakan, pemilihan responden sebagai obyek penelitian dilakukan secara sensus, karena jumlah unit sampelnya kurang dari 25 orang. Prosedur penentuan jumlah dan pemilihan responden dapat dilihat pada diagram Gambar 13. Gambar 13 Bagan alir penentuan jumlah dan jenis responden. Stratified Proporsional Random Sampling n 5 =30 n 3 = 7 n 1 = 15 Pedagang pengumpul kepiting bakau Nelayan kepiting bakau Data Sosial Ekonomi n 4 = 17 Jenis Responden Jumlah responden sampel Sensus Pemilihan responden 47 23 N 4 = 32 N 5 = 160 N 2 =1 N 1 =15 Ukuran Sampel Sensus Purposive Sampling Nelayan lain petambak Pengambil kebijakan N 3 =7 n 2 = 1

B. Analisis Pemanfaatan Sumberdaya

Scylla serrata Untuk mengetahui mata rantai sistem pemanfaatan sumberdaya S. serrata di kawasan mangrove TN Kutai dilakukan penelusuran dengan melakukan wawancara pada pengguna S. serrata. Responden yang digunakan dalam wawancara ini adalah responden nelayan yang sama dengan yang digunakan untuk kuisioner sosial ekonomi. Sebagai data pendukung dilakukan penelusuran pada instansi-instansi yang terkait dengan sistem pemanfaatan S. serrata, antara lain Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Kutai Timur dan Balai Karantina Ikan Kelas I Sepinggan Balikpapan.

i. Pengumpulan Data Budidaya Pembesaran S. serrata

Budidaya pembesaran kepiting bakau yang akan dianalisis adalah budidaya yang menggunakan metode sylvofishery, yaitu dengan cara membesarkan kepiting bakau dalam karamba tancap dalam kawasan hutan mangrove. Lokasi untuk pembangunan kurungan tancap dipilih di dalam area rawa mangrove yang berada pada kisaran pasang surut air laut, sehingga penggantian air dalam kurungan dapat dilakukan setiap hari dengan mengikuti mekanisme pasang surut air laut . Dimensi dari kurungan tancap adalah 10 m x 20 m 200 m 2 Di dalam kurungan tancap, digali saluran keliling dengan ukuran lebar antara 0.6-0.9 m dan dalam 0.8 m. Suatu saluran kecil lebar 0.3 m dan dalam 0.3 m dibangun menyeberang dalam kurungan tancap itu. Tanah galian dari saluran dan tinggi jaring adalah 2.5 meter untuk mencegah pemangsa predator dan untuk mencegah kepiting melarikan diri. Jaring yang digunakan bermata jaring 1.25 inchi. Jaring didukung oleh tonggak pada tiap interval 3 meter. Tinggi tonggak 3 meter dengan 0.6 meter ditancapkan dalam tanah. Untuk penggunaan waring sebagai pagar, pada bagian bawah waring tetap perlu ditancapkan papan sedalam ± 0.6 meter untuk mencegah kepiting melarikan diri dengan menggali lubang dalam lumpur. Untuk mencegah masuknya hamapredator, pada bagian luar dari jaring pagar dibuat pagar keliling dari bahan bambu yang dibelah. Tinggi pagar bambu minimal sepanjang ukuran biawak terbesar, yaitu ± 1 meter. keliling ditimbunkan di kaki pagar untuk membangun suatu jembatan. Saluran keliling dihubungkan kepada inletoutlet yang mengalir keluar kurungan tancap. Sketsa pelaksanaan budidaya pembesaran kepiting bakau tersebut disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 Sketsa sylvofishery pembesaran kepiting bakau. Kepiting yang digunakan untuk stok benih pada budidaya ini dikumpulkan dari penangkapan alam. Kepiting yang digunakan adalah kepiting yang berukuran lebar karapas ± 60-80 mm. Berdasarkan hasil penelitian Triño 2002 tingkat padat penebaran 1.5 ekorm 2 memberikan hasil tingkat survival yang paling tinggi dan pertambahan berat yang tidak berbeda nyata dibandingkan kepadatan 0.5 ekorm 2 , sehingga pada penelitian ini akan dilakukan padat penebaran sebanyak 1.5 ekorm 2 ii. Pengumpulan Data Penangkapan

S. serrata

, atau 300 ekorkurungan. Analisis budidaya dilakukan dengan menghitung pertumbuhan kepiting bakau, dan tingkat kelulushidupan survival rate . Data yang dikumpulkan dari nelayan berupa hasil tangkapan harian, ukuran, jenis kelamin, lokasi tangkapan, jenis alat tangkap, lama upaya menangkap, dan harga jual kepiting bakau.