Perikanan tangkap kepiting bakau dapat ditingkatkan melalui perbaikan habitat dan restoking Cholik 1999, sedangkan budidaya kepiting bakau dapat
dilakukan di tambak air payau atau di kurungan tancap di dalam area mangrove Ikhwanuddin Oakley 1999. Namun menurut Genodepa 1999, sistem tambak
tidak mengkonservasi dan mengelola lingkungan alami kepiting bakau, karena tambak dikembangkan dengan membuka bersih area bakau, yang merupakan
habitat alami kepiting bakau. Sedangkan sistem kurungan tancap lebih bersifat ramah lingkungan karena tidak mengkonversi mangrove dan mengijinkan kepiting
hidup dalam lingkungan alaminya Ikhwanuddin Oakley 1999; Genodepa 1999; Johnston Keenan 1999. Beberapa teknologi yang mendukung kegiatan
budidaya kepiting bakau, yaitu: pembenihan, pembesaran, penggemukan, produksi kepiting bertelur, dan produksi kepiting lunaksoka.
Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut, maka beberapa pertanyaan yang muncul adalah:
1. Pada area hutan mangrove bagian mana saja di TNK yang dapat dimanfaatkan sumberdaya kepitingnya untuk suatu pemanfaatan yang
berkelanjutan? 2. Apakah sumberdaya kepiting di TNK sudah mengalami penurunan saat ini
dibandingkan waktu yang lalu? 3. Seberapa besar daya dukung sumberdaya di zona pemanfaatan TNK bagi
populasi kepiting untuk penangkapan maupun budidaya pembesaran? 4. Bagaimana bentuk pengelolaan yang mampu menjamin keberlanjutan
pemanfaatan sumberdaya kepiting dan sekaligus menjaga kelestarian hutan mangrove di TNK sebagai habitat bagi kepiting tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi status bioekologi sumberdaya S. serrata meliputi;
sebaran ukuran, parameter pertumbuhan, pola distribusi spasial dan temporal, serta laju eksploitasinya di hutan mangrove TNK.
2. Melakukan kajian daya dukung lingkungan bagi sumberdaya S. serrata di ekosistem mangrove TNK.
3. Membuat rekomendasi pengelolaan sumberdaya kepiting bakau di kawasan konservasi mangrove untuk menjamin keberlanjutan
pemanfaatannya dan sekaligus menjaga kelestarian hutan mangrove di TNK.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang menjadi dasar pengembangan disertasi ini adalah: Jika pemanfaatan sumberdaya kepiting bakau di zona pemanfaatan hutan
mangrove TNK dioptimalkan sesuai daya dukung lingkungannya melalui sylvofishery, maka akan membentuk model pengelolaan ekosistem mangrove
yang lestari, yang diindikasikan dengan adanya penurunan laju kerusakan ekosistem mangrove.
1.5 Kerangka Pendekatan Penelitian
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan kepiting bakau di habitat hutan mangrove TNK adalah ancaman penurunan populasi kepiting bakau akibat
eksploitasi hutan mangrove oleh masyarakat. Sementara itu, diduga pemanfaatan kepiting bakau di TNK masih di bawah potensi yang ada, sedangkan disisi lain,
TNK sebagai kawasan konservasi tidak boleh ditebangdikurangi keutuhan kawasannya.
Pemanfaatan sumberdaya yang ada dalam kawasan taman nasional pada dasarnya diperbolehkan pasal 26, 27, 28 dan 30 UU No. 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Salah satu jenis sumberdaya hayati yang dapat dimanfaatkan dari kawasan mangrove TNK adalah
kepiting bakau S. serrata. Kepiting bakau dimanfaatkan dengan cara penangkapan kepiting dewasa
di alam dan penangkapan kepiting muda untuk budidaya pembesaran kepiting. Namun dalam pemanfaatan sumberdaya ini perlu diperhatikan kelangsungan
populasi dan daya dukungnya, oleh karena itu perlu kajian dalam pemanfaatan sumberdaya kepiting tersebut.
Dalam pemanfaatan sumberdaya kepiting di ekosistem mangrove TNK, terkait aspek ekologi, ekonomi, dan sosial budaya. Sehingga diperlukan
pendekatan sistem, agar ketiga aspek tersebut dapat dikaji secara menyeluruh. Untuk memperoleh data dan informasi tentang aspek bioekologi kepiting bakau
perlu dilakukan beberapa pendekatan. Data dan informasi tentang tipe dan karakteristik habitat kepiting bakau diperoleh dengan melakukan klasifikasi
wilayah zona berdasarkan karakter-karakter khusus yang dimiliki tiap zona. Selanjutnya pada tiap zona dilakukan pengamatan dan analisa parameter biofisik
dan kimia lingkungan, meliputi: parameter fisik-kimia substrat dan perairan, karakteristik vegetasi mangrove, produksi serasah mangrove dan kelimpahan
organisme makrozoobenthos sebagai pakan alami kepiting bakau. Untuk mengetahui status bioekologi kepiting bakau dilakukan kajian
tentang kelimpahan, sebaran ukuran, pola distribusi spasial dan temporal, pola pertumbuhan, serta laju eksploitasi kepiting bakau. Data untuk kajian status
bioekologi kepiting bakau diperoleh dari data primer dan data sekunder. Kajian mengenai daya dukung lingkungan dilakukan dengan pendekatan indeks
kesesuaian habitat Habitat Suitability IndexHSI. HSI menggambarkan kesesuaian habitat yang diberikan oleh kombinasi interaksi dari semua variabel
lingkungan kunci pada spesies S. serrata, berdasarkan hipotesa hubungan spesies- habitat. Alur pendekatan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
1.6 Kebaruan Penelitian