Jenis Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Subyek Penelitian Metode dan Alat Pengumpulan Data

46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah penelitian komparatif. Penelitian komparatif adalah penelitian yang berbentuk perbandingan dari dua sampel atau lebih Hadi, 2001. Penelitian ini disebut penelitian komparatif karena penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan dengan cara membandingkan tingkat kemandirian belajar ditinjau dari gaya kelekatan yang dialami oleh anak TK.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu: Variabel bebas Independent Variable: Gaya Kelekatan. Variabel tergantung Dependent Variable: Kemandirian Belajar.

C. Definisi Operasional

1. Kemandirian Belajar Pengertian kemandirian belajar menurut Abas 2007 merupakan keadaan atau kondisi aktivitas belajar dengan kemampuan sendiri, tanpa selalu bergantung pada orang lain Dimana aktivitas belajar ini yang dilaksanakan di sekolah.. Ciri-ciri anak yang mampu belajar secara mandiri berdasarkan komponen- komponen kemandirian menurut Nashori adalah: a. Bebas Pada anak TK, aspek ini ditunjukkan dengan adanya kesempatan kepada anak untuk melakukan eksplorasi dan aktivitas yang diinginkan secara bebas. b. Mempunyai Inisiatif Pada anak TK, apsek ini dapat ditunjukkan dengan adanya kemauan untuk bertanya pada guru, adanya inisiatif untuk bermain bersama temannya tanpa harus disuruh. c. Gigih dan ulet Pada anak TK, aspek ini dapat ditunjukkan dengan kemampuan dia untuk mengerjakan tugas yang diebrikan oleh guru dengan tekun, berusaha menyelseaikan tugas yang sulit. d. Percaya pada diri sendiri Pada anak TK, aspek ini dapat ditunjukkan dengan kemauan anak untuk mengekspresikan dirinya misal: dengan bernyanyi di depan kelas, berani menjadi pemimpin bagi teman-temannya. e. Pengendalian diri Pada anak TK, aspek ini dapat terlihat dengan adanya kepatuhan anak terhadap perintah guru, adanya kemauan anak untuk bekerja sama dan berbagi dengan teman-temannya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kemandirian belajar dalam penelitian ini akan diungkap dalam lima komponen yang telah dijelaskan diatas dan diukur dengan menggunakan skala rating kemandirian belajar yang diisi oleh guru wali kelas. Data yang diperoleh berasal dari jawaban yang diberikan oleh guru. Semakin tinggi skor total kemandirian belajar anak maka semakin tinggi pula tingkat kemandirian belajarnya. Sebaliknya, semakin rendah skor total kemandirian belajar anak, semakin rendah pula tingkat kemandirian belajar anak.

2. Gaya Kelekatan

Yang dimaksud dengan gaya kelekatan adalah suatu bentuk ikatan yang bersifat emosional dan terjadi secara intens terus menerus dan timbal balik resiprokal antara bayianak dengan pengasuh orang tua. Gaya kelekatan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala pelaporan orang tua Parent report scale. Pengaktegorian gaya kelekatan yang dialami oleh anak, berdasarkan skor Z terbesar. Skala kelekatan ini akan diberikan pada orang tua atau pengasuh. Skala kelekatan ini disusun dengan mengacu pada teori C. Wenar dan P. Kerig 2000 tentang macam-macam gaya kelekatan, dimana dalam penelitian ini ada 3 macam gaya kelekatan yang akan diteliti yaitu gaya kelekatan aman, kelekatan menghindar serta kelekatan cemas. Aspek dasar yang melandasi ketiga macam gaya kelekatan ini adalah aspek pengasuhan dan situasi barustrange situation yang meliputi: perpisahan, pertemuan, eksplorasi, dan karakteristik umum PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pembedaan ketiga gaya kelekatan dilakukan berdasarkan pada kedua aspek tersebut yaitu pengasuhan dan situasi baru. Adapun penerapan kedua aspek tersebut dalam masing-masing gaya kelekatan dijelaskan sebagai berikut: a. Kelekatan Aman 1 Pengasuhan Pengasuh sensitif dan responsif terhadap kebutuhan anak, serta memberikan perhatian dan kasih sayang yang tepat, hangat dan konsisten kepada anak. 2 Situasi Baru a Perpisahan Anak yang secure mungkin atau tidak mungkin merasa terganggu dengan adanya perpisahan. Mereka akan menjadi terbatas dalam mengeksplorasi lingkungan ketika pengasuh tidak ada bersamanya. b Pertemuan kembali Anak yang secure mampu memiliki kemampuan untuk menerima kembali dan menyambut positif pengasuh, serta menjadi nyaman. c Eksplorasi Anak yang secure mampu mengeksplorasi lingkungan secara bebas dan percaya diri dengan adanya pengawasan dari pengasuh. d Karakteristik Umum Anak yang secure mengembangkan citra diri positif, memiliki rasa aman, percaya diri serta memiliki ekspresi emosi. b. Kelekatan Menghindar 1 Pengasuhan Pengasuh dalam memberikan pengasuhan cenderung menjaga jarak dengan anak, bahkan cenderung mengabaikan kebutuhan anak, memperlihatkan sikap memusuhi serta sering meninggalkan anak, dan juga terkadang mengabaikan kontak mata dengan anak. 2 Situasi Baru a Perpisahan Anak yang avoidant jarang menunjukkan kesedihan atau kecemasan ketika terjadi perpisahan dengan pengasuhnya. b Pertemuan Kembali Anak yang avoidant cenderung mengabaikan atau menghindari pengasuh ketika terjadi pertemuan c Eksplorasi Dalam mengekplorasi lingkungan, anak yang avoidant cenderung terlihat asyik sendiri, dan mengabaikan kontak dengan orang lain. d Karakteristik Umum Anak yang avoidant akan mengembangkan diri sebagai anak yang bebas dan suka menentang c. Kelekatan Cemas 1 Pengasuhan pengasuh kurang tepat dalam memberi respon, unpredictabillity tidak dapat ditebak. Di satu sisi dia terlalu dekat dan cemas terhadap kebutuhan bayi sehingga dia akan terlalu mencampuri semua hal mengenai kebutuhan anak, namun disisi lain dia tidak terlibat dengan anak. 2 Situasi Baru a Perpisahan Anak yang anxious merasa sangat terganggu dengan adanya perpisahan. Mereka menunjukkan kecemasan dan kesedihan ketika ditinggalkan pengasuh. b Pertemuan Kembali Anak akan menunjukkan tingkah laku ambivalen, di satu sisi dia tidak ingin berpisah dengan pengasuhnya namun ketika didekati akan marah dan menjauhkan pengasuh. c Eksplorasi Dalam mengeksplorasi lingkungan, anak yang anxious memiliki kemampuan eksplorasi yang terbataskurang. d Karakteristik Umum Anak yang anxious mengembangkan citra diri sebagai orang yang tidak percaya diri serta terlalu asyik dengan pengasuh. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Data yang diperoleh dalam skala ini berasal dari hasil respon yang diberikan orang tua. Skor yang diperoleh dari skala gaya kelekatan yang diberikan akan menggambarkan gaya kelekatan apa yang dialami olehnya. Pengkategorian ini berdasarkan pada skor Z terbesar yang diperoleh subyek pada tiap kategori gaya kelekatan yang ada.

D. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini berjumlah 130 orang. Adapun karakteristik dari subyek penelitian ini yaitu: 1. Anak-anak yang duduk di Taman Kanak-kanak kelas A Hal ini disesuaikan dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk meneliti kemandirian belajar pada anak TK. Dipilih Kelas TK A, karena pada kelas ini anak-anak mulai memasuki lingkungan yang baru. 2. Berada pada rentang usia 4-5 tahun. Alasan diambil usia 4-5 tahun karena secara umum anak-anak yang duduk di taman kanak-kanak berada pada rentang usia itu. Selain itu juga, pada usia ini anak mulai belajar memasuki lingkungan yang baru. Dalam penelitian ini jenis kelamin subyek tidak dibedakan karena tidak ada pengkategorian subyek berdasarkan jenis kelamin.

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan skala. Observasi dilakukan untuk mengetahui kemandirian belajar anak di sekolah, sedangkan penskalaan diberikan untuk mengukur gaya kelekatan. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti Hadi, 2004. Observasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilakukan oleh guru. Achenbach Mc-Conagughy dalam Wenar Kerig, 2000, menjelaskan bahwa peneliti jarang memiliki waktu atau personil yang terlatih untuk melakukan observasi secara akurat. Konsekuensinya, mereka bisa mempercayakan pada orang lain misalnya guru atau orang tua. Menurut Hadi 2004, dalam keadaan tertentu peneliti dapat bekerja sama dengan orang-orang yang dipandang memiliki kompetensi untuk mengadakan penilaian terhadap obyek atau gejala yang hendak diteliti. Guru, misalnya, adalah orang yang sudah cukup lama bergaul dengan murid-muridnya sehinga guru dapat diminta jasanya untuk menilai keadaan murid-muridnya. Pencatatan hasil observasi bersifat kuantitatif, dimana pencatatan dilakukan menggunakan skala rating Rating Scale. Menurut Kerlinger 1990, terdapat pengamatan perilaku menurut ingatan atau perilaku menurut cerapan. Dalam mengukur perilaku menurut ingatan, pengamat biasanya dibekali dengan suatu sistem pengamatan dalam wujud suatu skala. Salah satu skala yang mudah digunakan untuk mengukur perilaku aktual maupun perilaku menurut ingatan dan cerapan adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI skala nilai jenjang rating scale. Skala rating merupakan skala yang digunakan untuk mengevaluasi aspek perilaku yang lebih luas dan untuk mengukur pengaruhnya. Dalam skala rating juga memperbolehkan peneliti untuk mengevaluasi kualitas dan kesatuan dalam tingkah laku anak yang mungkin tidak dapat diamati dengan sistem koding yang detail dan obyektif. Sattler, 2002. Untuk alat pengumpulan data dalam variabel gaya kelekatan menggunakan skala pelaporan orang tua parent report scale. Skala pelaporan orang tua adalah skala yang disusun untuk mengungkap perilaku anak dimana pelaporan diberikan oleh orang tua. Hal ini disebabkan karena anak-anak belum bisa mengevaluai perilaku yang dilakukannya Wenar Kerig, 2000. 1. Skala Tingkat Kemandirian Belajar. Penilaian tingkat kemandirian belajar anak dilakukan dengan menggunakan skala rating. Skala ini memuat aitem-aitem mengenai aspek- aspek kemandirian belajar anak ketika di sekolah. Skala kemandirian belajar ini akan diberikan kepada guru pembimbing. Alasan diberikan pada guru, karena guru dianggap sebagai pihak yang mendampingi anak ketika berada di sekolah sehingga mengetahui mengenai perilaku anak di sekolah. Dalam skala ini terdiri dari berbagai pernyataan dengan tiap-tiap aitem terdiri dari empat pilihan yaitu SL Selalu, S Sering, JR Jarang, dan TP Tidak Pernah dimana pernyataan-pernyataan dalam skala ini bersifat favorable dan unfavorable. Guru diminta memberi jawaban yang sesuai dengan keadaan anak ketika berada di sekolah dengan cara memilih satu dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI empat tingkatan pernyataan jawaban. Tingkatan kesesuaian ini diberi nilai 1 sampai 4. Pemberian skor tergantung pada sifat pernyataan. Untuk pernyataan favorable, skor bergerak antara 4-1. Sedangkan untuk pernyataan unfavorable, skor bergerak antara 1-4. Skor untuk tiap-tiap aitem dijumlahkan sehingga diperoleh skor total. Semakin tinggi skor totalnya, maka menunjukkan bahwa anak memilliki kemandirian belajar yang tinggi. Sebaliknya, semakin rendah skor totalnya maka kemandirian belajar anak juga rendah. Aitem-aitem dalam skala tingkat kemandirian belajar ini dengan mengacu pada komponen-kompenen kemandirian yang dijelaskan oleh Nashori 1996. Tabel I1: Penjelasan Mengenai Komponen Skala Kemandirian Belajar sebelum uji coba Jumlah item no Komponen kemandirian belajar F UF jumlah 1 Bebas 16, 24, 25,40 10, 17, 30,36 8 2 Inisiatif 3, 15, 19, 34 7, 18, 28, 35 8 3 Gigih dan ulet 4, 14, 32, 33 9, 21, 26, 37 8 4 Percaya diri 2, 5, 12, 38 8, 22, 27, 29 8 5 Pengendalian diri 1, 11, 20,39 6, 13, 23, 31 8 Total jumlah 20 20 40 2. Skala Gaya Kelekatan Gaya kelekatan yang diungkap adalah gaya kelekatan aman, cemas dan menghindar. Adapaun skala gaya kelekatan yang digunakan ini berbentuk skala pelaporan orang tua, dimana aitem-aitem yang disusun memuat mengenai aspek-aspek kelekatan yaitu pengauhan dan situasi baru meliputi perpisahan, pertemuan kembali, eksplorasi dan karakteristik umum. Skala gaya kelekatan ini akan diberikan kepada orang tua subyek. Alasan dipilih orang tua, karena untuk hal ini orang tua dianggap yang paling berperan dan paling mengetahui mengenai interaksi yang terjalin dengan anaknya. Orang tua diminta untuk memberi jawaban yang sesuai dengan keadaan si anak ketika berada di rumah dengan cara memilih satu dari empat tingkatan pernyataan jawaban yang terdiri dari SS Sangat Sesuai, S Sesuai, TS Tidak Sesuai, dan STS Sangat Tidak Sesuai. Tingkatan kesesuaian ini diberi nilai 1 sampai 4. Pengkategorian gaya kelekatan anak berdasarkan Z skor terbesar pada tiap kategori gaya kelekatan yang ada. Skala gaya kelekatan ini hanya menggunakan aitem-aitem favorable karena aitem gaya kelekatan cemas dan kelekatan menghindar sifatnya negatif, sehingga apabila dibuat aitem unfavorabelnya ada kemungkinan akan bersifat positif yang justru mengarahkan pada gaya kelekatan aman. Begitu pula halnya dengan gaya kelekatan aman, apabila dibuat aitem unfavorable ada kemungkinan mengarahkan pada gaya kelekatan cemas atau menghindar. Hal ini akan menimbulkan kekaburan pada apa yang hendak diukur dari skala PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tersebut, sehingga akhirnya hanya akan digunakan aitem yang sifatnya favorable. Aitem-aitem dalam skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek kelekatan dari teori yang disusun oleh C. Wenar dan P. Kerig 2000. Tabel III: Penjelasan Mengenai Komponen Skala Gaya Kelekatan Sebelum uji coba Gaya Kelekatan No Aspek Kelekatan Secure Anxious Avoidant Jumlah 1 Pengasuhan 1, 12, 13, 18, 19,33, 41 5, 14, 15, 20, 21, 28, 32 9, 16, 17, 23, 30, 36, 42 21 2 Situasi baru: a Perpisahan b Pertemuan kembali c Eksplorasi d Karakteristik umum 2, 34 3, 26 4, 31 39,45 6, 25 7, 35 8, 40 22, 43 10, 24 11, 44 27, 37 29, 38 6 6 6 6 Jumlah 15 15 15 45

F. Prosedur Penelitian

Dokumen yang terkait

Perbedaan Konsep Diri Akademis Ditinjau Dari Gaya Kelekatan Siswa

0 46 124

PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL REMAJA DITINJAU DARI GAYA KELEKATAN DENGAN TEMAN SEBAYA

1 10 75

RISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA DITINJAU DARI KELEKATAN ORANGTUA-ANAK DAN KELEKATAN TEMAN SEBAYA Risiko Penyalahgunaan Napza Ditinjau Dari Kelekatan Orangtua-Anak Dan Kelekatan Teman Sebaya.

3 8 16

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERHITUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR ANAK PADA ANAK TK KELOMPOK B TK AISIYAH DESA Perbedaan Kemampuan Berhitung Ditinjau Dari Gaya Belajar Anak Pada Anak Tk Kelompok B Tk Aisiyah Desa Kaligentong, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali

0 4 12

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERHITUNG DITINJAU DARI GAYA BELAJAR ANAK PADA ANAK TK KELOMPOK B TK AISIYAH DESA KALIGENTONG, Perbedaan Kemampuan Berhitung Ditinjau Dari Gaya Belajar Anak Pada Anak Tk Kelompok B Tk Aisiyah Desa Kaligentong, Kecamatan Ampel, Kabup

0 3 14

PENDAHULUAN Perbedaan Kemampuan Berhitung Ditinjau Dari Gaya Belajar Anak Pada Anak Tk Kelompok B Tk Aisiyah Desa Kaligentong, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali Tahun 2012/2013.

0 2 10

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR.

0 0 10

PERBEDAAN KEMANDIRIAN BELAJAR DITINJAU DARI PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA Perbedaan Kemandirian Belajar Ditinjau Dari Persepsi anak Terhadap Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Sulung dan Anak Bungsu.

0 1 14

Perbedaan kemandirian belajar pada anak TK ditinjau dari gaya kelekatan - USD Repository

0 0 214

PERBEDAAN TINGKAT KELEKATAN ANAK DENGAN IBU DITINJAU DARI JENIS TEMPERAMEN ANAK

1 1 135