9
BAB II LANDASAN
TEORI
A. ANAK PRA SEKOLAH
1. Pengertian Anak Pra Sekolah
Salah satu bentuk pendidikan pra sekolah adalah taman kanak-kanak. Oleh karena itu, anak-anak yang duduk di bangku taman kanak-kanak
sering juga disebut dengan anak usia pra sekolah dan bukan anak sekolah. Karena pendidikan di taman kanak-kanak merupakan persiapan bagi anak-
anak untuk memasuki sekolah. Dalam Peraturan pemerintah no. 27 tahun 1990, yang dimaksud dengan anak pra sekolah adalah peserta didik yang
berada pada jalur pendidikan pra sekolah. Pada umumnya anak yang berada dalam pendidikan pra sekolah terutama taman kanak-kanak berada pada
usia 4-6 tahun, sehingga dalam tahap perkembangan berada dalam masa awal anak-anak.
Usia pra sekolah merupakan usia transisi antara masa bayi dan masa sekolah. Pada masa ini, anak sudah mulai mempunyai otonomi, tidak
sepenuhnya tergantung pada otang tua, tetapi masih belum bisa dilepas untuk sepenuhnya belajar formal di sekolah.
Zaporozhets dan Elkonin dalam Suprapti, 1999 menggolongkan anak usia pra sekolah menurut tiga kategori: usia pra sekolah awal 3-4 tahun,
usia pra sekolah menengah 5 tahun dan usia pra sekolah akhir 6-7 tahun. Sedangkan menurut Piaget, anak-anak usia 2-7 tahun dikategorikan ke
dalam tahapan pra operasional dalam perkembangan kognitif. Akan tetapi, usia dalam suatu perkembangan tidak harus dilihat sebagai suatu prediktor
yang pasti, melainkan sebagai gambaran kasar atau umum yang variasinya amat ditentukan oleh karakteristik khusus dari individu anak.
Menurut Sujiono dalam Hartono, 2005, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh orang tua sebelum memasukkan anaknya ke dalam
pendidikan TK. Faktor-faktor tersebut antara lain: a. Kesiapan Fisik
Aspek fisik meliputi motorik halus dan motorik kasar. Pada motorik kasar, dapat terlihat misalnya dengan mampu menggerakan seluruh
anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan-gerakan seperti berlari, memanjat, naik-turun tangga, mlempar bola, bahkan melakukan dua
gerakan sekaligus misalnya melompat sambil melempar bola. Aktivitas belajar di TK memang banyak mengandalkan motorik kasar. Oleh karena
itu, apabila anak aktif bergerak justru yang diharapkan. Semua aspek fisik yang menjadi bagian motorik anak, selanjutnya harus dikembangkan di
TK. Motorik halus akan sejalan dengan pembelajaran yang diberikan di TK. Anak akan belajar menggunting, melipat, memasukkan bola, serta
memilih biji-bijian. Itu semua akan berjalan bila ditunjang dengan fisik yang bagus.
b. Kesiapan Sosial Di TK, anak berkumpul bersama teman-teman yang baru dikenalnya.
Dia akan berusaha menyesuaikan diri dalam lingkungan sekolah yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
baru. Anak pun akan mengenal aturan-aturan baru hidup bersama dan menyimak “pelajaran” dari guru-guru sambil belajar bersama teman-
temannya. Dengan begitu, kesiapan sosial dilihat dari kemampuan anak untuk menghadapi orang asing, berani memasuki lingkungan baru dan
tidak ragu diajak berkomunikasi. c. Kesiapan Kognitif
Salah satu bentuk kesiapan kognitif anak dapat ditunjukkan dengan kemampuan bahasa anak karena di TK anak diharapkan mampu
memahami instruksi yang diberikan oleh guru. Anak pun diharapkan mampu menyampaikan pendapat, perasaan serta isi pikirannya meski
belum runtut. Dengan demikian, anak juga harus mempunyai perbendaharaan kosakata yang cukup untuk anak seusianya.
d. Kesiapan Emosional Kesiapan emosional yang paling penting adalah menyangkut
kemandirian. Setidaknya anak ketika berada di kelas, dia sudah duduk di bangku sendiri, tidak tergantung pada siapa-siapa, dan mau mengikuti
perintah. Kesiapan emosional lainnya ditunjukkan dengan kesiapan anak menerima situasi baru.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan anak pra sekolah adalah anak yang menjadi peserta didik
dalam jalur pendidikan pra sekolah. Faktor-faktor yang harus dimiliki anak ketika mulai memasuki Taman Kanak-kanak adalah kesiapan fisik,
kesiapan sosial, kesiapan kognitif dan kesiapan emosional. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Ciri-ciri Anak Pra Sekolah