Pembahasan ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

S2 ada 1 guru; S3 ada 1 guru. Sedangkan deskripsi data tentang persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP diperoleh hasil sebagai berikut: untuk kriteria sangat positif sebanyak 25 responden, positif sebanyak 119 responden, cukup positif sebanyak 51 responden dan negatif sebanyak 2 responden. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara umum persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP adalah positif. Deskripsi data tingkat pendidikan menunjukkan hasil bahwa guru sebagian besar berpendidikan S1, yang artinya guru sebagian besar telah menempuh pendidikan formal yang tinggi yang dicapai untuk melakukan tugas profesinya sebagai seorang guru. Semakin tinggi tingkat pendidikan guru maka akan semakin tinggi keinginan untuk mengembangkan profesinya, seperti melakukan penelitian, membuat karya tulis, menulis buku dan sebagainya. Pada umumya guru dengan tingkat pendidikan yang tinggi memiliki wawasan yang luas dan pengetahuan yang tinggi. Wawasan dan pengetahuan memiliki hubungan dengan kreatifitas seorang guru dalam memilih dan mengemas proses pembelajarannya. Guru dengan tingkat pendidikan S1 akan memiliki kecerdasan, keterampilan, pengetahuan yang lebih tinggi dan wawasan yang lebih luas dibandingkan guru yang berpendidikan D1, D2 atau D3. Sedangkan hasil deskripsi data tentang persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP secara umum terkategorikan positif. Hal tersebut terlihat dari dukungan guru untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI lebih meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan, menyusun kalender pendidikan dalam KTSP, membuat silabus, membuat jenis soal berdasarkan kompetensi dasar yang telah dirumuskan mampu membuat dan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran secara logis dan sistematis. Adanya kurikulum yang disusun dengan langkah–langkah yang jelas sesuai dengan tujuan yang diharapkan untuk memadukan kepentingan warga sekolah. Adanya visi yang jelas untuk memudahkan dala m penyusunan KTSP. Adanya kebebasan bagi sekolah untuk menentukan mata pelajaran beserta alokasi waktu dan berpedoman pada Standar Isi; menyelenggarakan mata pelajaran muatan lokal; mengarahkan peserta didik memiliki keterampilan yang mendukung keunggulan lokal dan global. Semakin luas wawasan dan semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki seorang guru maka keinginan untuk mengembangkan profesi, prestasi, kepribadian, kecerdasan dan keterampilan yang berbeda ini ternyata membuat persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP berbeda pula. Guru yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi dan guru yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah mempunyai persepsi yang berbeda terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Namun, hasil penelitian membuktikan bahwa secara umum persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP adalah positif. Hal tersebut karena sebagian besar responden penelitian berpendidikan S1. Adanya perbedaan persepsi guru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP salah satunya adalah karena tingkat pendidikan yang berbeda–beda. Paul Suparno 2002:100 menuliskan bahwa untuk menjadi seorang guru yang baik, maka seorang guru haruslah berubah menjadi guru otonom. Guru otonom adalah pemikir dan perancang bahan pelajaran yang kritis dan analitis, serta memiliki daya kreativitas tinggi dan berperilaku inovatif. Tingkat pendidikan bagi guru agar bisa menjadi guru yang otonom adalah minimal berpendidikan S1 untuk guru SD dan SMP, serta S2 untuk guru SMU. Seorang guru dengan latar pendidikan S1 akan memiliki pengetahuan dan kemampuan yang lebih, kritis dan analitis, serta memiliki daya kreativitas tinggi dan lebih dapat berperilaku inovatif jika dibandingkan dengan guru yang berlatar pendidikan D1, D2 atau D3. Dalam memandang KTSP, guru dengan latar belakang S1 akan memiliki kemampuan beradaptasi yang lebih baik mengingat pengetahuan yang dimilikinya lebih daripada guru dengan latar belakang pendidikan yang lebih rendah. Sehingga guru dengan latar pendidikan D1, D2 atau D3 harus menempuh pendidikan kembali supaya dapat menambah pengetahuan, wawasan, kreativitas dalam memilih dan mengemas proses pembelajaran, memiliki daya kreativitas tinggi dan berperilaku inovatif. Sehingga para guru tersebut memiliki kualitas pendidikan yang baik yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah dan dapat menjadi guru yang otonom. Hal ini didukung oleh pernyataan Yudi Jaenudin http:www.appidi.or.id_detail.php?id=54 bahwa komponen tenaga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kependidikan atau guru merupakan salah satu faktor yang sangat esensi dalam menentukan kualitas peserta didik dan peningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Oleh karenanya peningkatan kualitas guru dan kinerja guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran perlu ditingkatkan. 2. Persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP ditinjau dari status kepegawaian Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP ditinjau dari status kepegawaian. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa pada taraf signifikan α =5 atau = 0,05 dan dk = 3-1 2-1 = 2, tampak bahwa χ 2 tabel = 5,99 lebih kecil dari χ 2 hitung = 7,89236906, artinya terdapat perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari status kepegawaian guru. Sedangkan hasil pengujian koefisien kontingensi menunjukkan bahwa terdapat derajat hubungan yang rendah antara status kepegawaian guru dengan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan. Hal ini ditunjukkan dengan membandingkan nilai C = 0,196264 dan C maks. = 0,7071 yang diperoleh hasil 0,278. Berdasarkan deskripsi data tentang status kepegawaian diperoleh hasil sebaai berikut: GTY, ada sebanyak 42 guru; PNS atau guru negeri, ada sebanyak 109 guru; GTT, ada sebanyak 31 guru; Guru Honorer, ada sebanyak 15 guru. Sedangkan deskripsi data tentang persepsi guru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP diperoleh hasil sebagai berikut: untuk kriteria sangat positif ada sebanyak 26 responden, positif ada sebanyak 117 responden, cukup positif ada sebanyak 52 responden dan negatif ada sebanyak 2 responden. Hasi tersebut menunjukkan bahwa secara umum persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP adalah positif. Deskripsi data tentang status kepegawaian menunjukkan bahwa guru sebagian besar berstatus guru negeri. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru sebagian besar bekerja di sekolah swasta atau yayasan tetapi tetap digaji oleh negara. Guru dengan status guru tetap yayasan akan memiliki totalitas yang tinggi, dan menjalankan tugas dengan sungguh – sungguh karena mempunyai tugas yang lebih berat dibandingkan guru PNS atau guru negeri. Hal tersebut karena guru tetap yayasan memiliki ikatan batin dan tanggung jawab yang kuat terhadap yayasan, sedangkan guru PNS atau guru negeri tugasnya lebih ringan karena status kepegawaiannya sudah jelas, ada kenaikan pangkat yang berkala dan guru negeri juga dijamin oleh pemerintah. Sedangkan hasil deskripsi data tentang persepsi guru terhadap Kurikulu Tingkat Satuan Pendidikan KTSP secara umum terkategorikan positif. Hal tersebut terlihat dari dukungan guru untuk lebih meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan, menyusun kalender pendidikan dalam KTSP, membuat silabus, membuat jenis soal berdasarkan kompetensi dasar yang telah dirumuskan mampu membuat dan mengembangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI rencana pelaksanaan pembelajaran secara logis dan sistematis. Adanya kurikulum yang disusun dengan langkah–langkah yang jelas sesuai denga n tujuan yang diharapkan untuk memadukan kepentingan warga sekolah. Adanya visi yang jelas untuk memudahkan dalam penyusunan KTSP. Adanya kebebasan bagi sekolah untuk menentukan mata pelajaran beserta alokasi waktu dan berpedoman pada Standar Isi; menyelenggarakan mata pelajaran muatan lokal; mengarahkan peserta didik memiliki keterampilan yang mendukung keunggulan lokal dan global. Guru yang bekerja di sekolah swasta atau yayasan mempunyai status kepegawaian yang berbeda – beda. Ada guru yang berstatus gur u tetap yayasan, ada guru yang berstatus PNS atau guru negeri, ada guru yang status kepegawaiannya masih menjadi guru tidak tetap yayasan dan ada juga guru yang masih berstatus sebagai guru honorer. Dengan adanya perbedaan status kepegawaian ternyata membuat persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP berbeda –beda pula. Guru dengan status guru tetap yayasan berpersepsi positif terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Demikian juga persepsi guru yang berstatus PNS terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP cenderung positif daripada guru yang berstatus masih menjadi guru tidak tetap yayasan dan guru honorer. Sehingga guru dengan status guru tidak tetap yayasan dan guru honorer termotivasi untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan supaya mendapatkan pengakuan sebagai tenaga profesional dan dapat diangkat menjadi guru tetap yayasan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP ditinjau dari Lama Menjalani Profesi Guru Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP ditinjau dari lama menjalani profesi guru. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa pada taraf signifikan α =5 atau = 0,05 dan dk = 3-1 3-1 = 4, tampak bahwa χ 2 tabel = 9,48 lebih kecil dari χ 2 hitung = 25,8230896, artinya terdapat perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari lama menjalaniprofesi guru. Sedangkan hasil pengujian koefisien kontingensi menunjukkan bahwa terdapat derajat hubungan yang sedang antara lama menjalani profesi guru dengan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan. Hal ini ditunjukkan dengan membandingkan nilai C = 0,340427 dan C maks. = 0,816 yang diperoleh hasil 0,417. Berdasarkan deskripsi data tentang lama menjalani profesi guru diperoleh hasil sebagai berikut: 1–5 tahun, ada sebanyak 35 guru; 6–10 tahun, ada sebanyak 22 guru; 11–15 tahun, ada sebanyak 42 guru; 15 tahun, ada sebanyak 98 guru. Sedangkan deskripsi data tentang persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP diperoleh hasil sebagai berikut: untuk kriteria sangat positif ada sebanyak 26 responden, positif ada sebanyak 117 responden, cukup positif ada sebanyak 52 responden dan negatif ada sebanyak 2 responden. Hasil PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tersebut menujukkan bahwa secara umum persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP adalah positif. Deskripsi data tentang lama menjalani profesi guru menunjukkan hasil bahwa guru sebagian besar telah menjalani profesi guru selama lebih dari 15 tahun. Guru yang telah menjalani profesi guru selama lebih dari 15 tahun akan mempunyai pengalaman mengajar, kemampuan mengelola kelas dan mengevaluasi kelas dengan lebih baik dibandingkan guru yang belum lama menjalani profesinya sebagai seorang guru. Sedangkan hasil deskripsi data tentang persepsi guru terhadap Kurikulu Tingkat Satuan Pendidikan KTSP secara umum terkategorikan positif. Hal tersebut terlihat dari dukungan guru untuk lebih meningkatkan kecerdasan dan pengetahuan, menyusun kalender pendidikan dalam KTSP, membuat silabus, membuat jenis soal berdasarkan kompetensi dasar yang telah dirumuskan mampu membuat dan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran secara logis dan sistematis. Adanya kurikulum yang disusun dengan langkah–langkah yang jelas sesuai dengan tujuan yang diharapkan untuk memadukan kepentingan warga sekolah. Adanya visi yang jelas untuk memudahkan dalam penyusunan KTSP. Adanya kebebasan bagi sekolah untuk menentukan mata pelajaran beserta alokasi waktu dan berpedoman pada Standar Isi; menyelenggarakan mata pelajaran muatan lokal; mengarahkan peserta did ik memiliki keterampilan yang mendukung keunggulan lokal dan global. Semakin lama guru menjalani profesinya maka akan memiliki kualitas mengajar yang lebih baik. Guru tersebut akan memiliki pengalaman mengajar, kemampuan mengelola kelas dan mengevaluasi kelas dengan lebih baik. Selain itu juga harus didukung oleh pengetahuan dan wawasan yang luas pula. Sedangkan guru yang belum lama menjalani profesinya, meskipun pengalaman mengajarnya kurang namun guru tersebut memiliki kemampuan lain, misalnya kemampuan mengoperasikan komputer, pemanfaatan internet, metode pengajaran baru dan sebagainya. Dengan adanya perbedaan lama menjalani profesi guru ternyata membuat persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan KTSP berbeda. Perbedaan itu disebabkan oleh adanya pola pikir yang berbeda pula yang disebabkan oleh pembentukan karakter atas diri guru selama menjalani profesinya. Hasil penelitian juga membuktikan bahawa secara umum guru berpersepsi positif terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Hal tersebut karena guru sebagian besar telah menjalani profesi guru selama lebih dari 15 tahun. Adanya perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan KTSP jika ditinjau dari lama menjalani profesi guru salah satunya adalah karena guru yang telah menjalani profesinya selama lebih dari 15 tahun memiliki pengalaman mengajar, kemampuan mengajar, mampu mengelola kelas dan mengevaluasi kelas dengan lebih baik dibandingkan guru yang belum lama menjalani profesinya sebagai seorang guru. Hal tersebut karena PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI profesionalitas seorang guru dipengaruhi pula oleh lama guru tersebut menjalani profesinya. Semakin lama seorang guru menjalani profesinya maka semakin terasah pula kemampuannya dan akan memiliki kualitas mengajar yang lebih baik. 104

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab V, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP ditinjau dari tingkat pendidikan. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan χ 2 tabel = 3,84 lebih kecil dari χ 2 hitung = 17,9498706. 2. Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP ditinjau dari status kepegawaian. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan χ 2 tabel = 5,99 lebih kecil dari χ 2 hitung = 7,89236906. 3. Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP ditinjau dari lama menjalani profesi guru. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan χ 2 tabel = 9,48 lebih kecil dari χ 2 hitung = 25,8230896

B. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuesioner. Keterbatasan dana dan jumlah responden atau guru- guru SD, SMP dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta sangat banyak, maka penulis hanya mengambil sampel untuk diteliti sebanyak 237 dari 10 sekolah. 2. Penulis tidak dapat menelusuri kejujuran dan keseriusan responden dalam mengisi kuesioner. Adanya kemungkinan bahwa responden tidak jujur dan serius dalam mengisi kuesioner karena beberapa alasan. Sehingga hasil penelitian ini tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat disampaikan penulis sebagai berikut: 1. Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa tingkat pendidikan guru sebagian besar adalah S1 menunjukkan bahwa guru sebagian besar telah menempuh pendidikan yang tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan guru maka semakin tinggi pula pengetahuan dan keinginan untuk memperluas wawasan seperti mengikuti seminar, program pelatihan dan sebagainya. Selain hal tersebut guru juga mempnyai keinginan untuk mengembangkan profesi guru seperti melakukan penelitian, menulis buku, membuat karya tulis dan sebagainya. Sesuai dengan peraturan ataupun undang - undang guru diwajibkan untuk memiliki kualifikasi akademik yang dapat diperoleh dengan program sarjana, maka yayasan seharusnya dapat memberikan kemudahan bagi guru yang belum menempuh pedidikan sampaidengan S1, misalnya dengan memberikan keringanan biaya studi.

Dokumen yang terkait

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari pengalaman mengajar, tingkat pendidikan dan jenjang pendidikan : studi kasus guru-guru SD, SMP, SMA Pangudiluhur Kotamadya Yogyakarta.

1 9 161

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani profesi guru : studi kasus pada guru-guru di Yayasan Kanisius Yogyakarta.

0 19 203

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari masa kerja, jenjang pendidikan, status guru dan golongan jabatan guru.

0 4 181

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari masa kerja, jenjang pendidikan, status guru dan golongan jabatan guru - USD Repository

0 0 179

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

0 0 184

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

0 0 208

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

0 0 201

PERSEPSI GURU TERHADAP SERTIFIKASI DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS GURU, DAN MASA KERJA GURU

0 0 104

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI PENGALAMAN MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN DAN JENJANG PENDIDIKAN

0 1 159

PERSEPSI GURU SMA TERHADAP PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG TERBUKA BAGI SARJANA NON-KEPENDIDIKAN DITINJAU DARI STATUS KEPEGAWAIAN, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN MASA KERJA

0 0 160