PERSPEKTIF SISTEM: MODEL PINCUS- MINAHAN

64 Berikut ini 15 pertanyaan yang berguna dalam menuntun kajian sistem masalah: 1. Apa masalahnya secara khusus? 2. Bagaimana klien memandang masalah? 3. Siapa yang terlibat dalam sistem masalah? 4. Bagaimana para partisipan terlibat dalam sistem masalah? 5. Apa yang menyebabkan masalah? 6. Dimana terjadinya perilaku problematik? 7. Kapan perilaku problematik terjadi? 8. Bagaimana frekuensi, intensitas dan durasi perilaku problematic? 9. Bagaimana sejarah perilaku problematik? 10. Apa yang diinginkan klien? 11. Bagaimana klien mencoba mengatasi masalah? 12. Apa keterampilan yang klien butuhkan untuk mengatasi masalah? 13. Apa sumber-sumber eksternal yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah? 14. Apa sumber, keterampilan dan kekuatan klien? 15. Apa cara yang direkomendasikan untuk mengatasi masalah?

E. PERSPEKTIF SISTEM: MODEL PINCUS- MINAHAN

Perspektif sistem berusaha melihat lebih jauh permasalahan yang ditunjukkan klien untuk mengkaji kompleksitas dan antar hubungan permasalahan. Melalui analisis system suatu kasus, banyak sasaran dan strategi intervensi efektif dapat 65 diidentifikasi. Suatu sistem secara regular berinteraksi atau kelompok dari item yang saling berkaitan yang membentuk suatu keseluruhan. Suatu system pelayanan sosial terdiri dari kelompok pekerja sosial, supervisor, klien, advisory, dan kelompok lainnya, serta siapapun yang berinteraksi untuk menangani persoalan kesejahteraan sosial dalam masyarakat. Banyak model memberi bantuan bagi pekerja sosial untuk memahami bagaimana teori sistem dan analisis sistem. Model sistem yang paling sering dipublikasikan dalam literatur pekerjaan sosial adalah pendekatan Pincus-Minahan 1973. Dalam tahun 1973, Allen Pincus dan Minahan menulis Social Work Practice: Model dan Methode, yang merupakan perintis utama dalam penerapan analisis sistem pada praktek pekerjaan sosial. Asumsi dasarnya adalah, bahwa terdapat common core inti pokok mengenai keahlian dan konsep yang begitu esensial dalam praktek pekerjaan sosial, yaitu melihat fakta berdasarkan interpretasi teoritis dari teori sistem. Secara teoritis Pincus dan Minahan menyatakan bahwa terdapat empat sistem dasar dalam praktek pekerjaan sosial : sistem pelaksana perubahan a change agent system, sistem klien a client system, sistem sasaran a target system dan sistem kegiatan an action system. Sistem pelaksana perubahan the change agent system adalah sekumpulan profesional yang secara khusus bekerja untuk menciptakan perubahan secara terencana. Juga yang merupakan bagian dari sistem pelaksana perubahan adalah adanya organisasi yang mempekerjakan agen perubahan tersebut. Pincus and Minahan, 1973, p.54. Istilah organisasi pelaksana adalah penting sebagaimana pandangan Pincus dan Minahan sepadan dengan penghargaannya dibayar sesuai kemampuannya secara perorangan sebagai agen perubahan. Seorang agen perubahan 66 dengan demikian, adalah seorang profesional yang secara khsusus dipekerjakan dalam rangka perubahan berencana. Sistem Klien The Client System adalah sejumlah orang yang sepakat atau meminta pelayanan kepada agen perubahan, dan yang bekerja berdasarkan kesepakatan atau kontrak dengan egen perubahan Pincus dan Minahan, 1973, p. 56. Klien dengan demikian dipergunakan dengan penuh kesadaran daripada yang sering diperlakukan oleh pekerja sosial, menghindari kemungkinan dari “melalukan sesuatu” terhadap orang atau organisasi tanpa sepengahuan atau kesepakatan mereka. Sistem sasaran The Target System adalah sekumpulan orang, badan-badan, dan atau organisasi praktek yang memerlukan perubahan melalui pengukuran tertentu dalam upaya mencapai tujuan melalui agen perubahan Pincus and Minahan, 1973, p. 59. Misalkan, melalui penganalisaan perubahan sistem sasaran dapat terukur efektivitasnya dan memberikan suatu mekanisme pertanggungjawaban. Batasan sistem terakhir adalah sistem kegiatan The Action System. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan dengan siapa saja pekerja sosial bekerja dalam upayanya memenuhi tugasnya dan mencapai tujuan perubahan yang diharapkan Pincus dan Minahan, 1973. p. 61. Salah satunya mungkin akan melibatkan sejumlah sistem kegiatan dengan aspek yang berbeda dari upaya perubahan terencana untuk melengkapi keseluruhan rencana perubahan dari pelaksana agen perubahan. Konsep dari metode dan tujuan hasil juga dipergunakan untuk lebih jauh lagi membedakan bagaimana sistem kegiatan dan sistem sasaran dikembangkan dan 67 didayagunakan. Keempat sistem ini digambarkan secara visual, dan lebih jauh lagi dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1: Elaborasi dari sistem klien, sistem pelaksana perubahan, sistem sasaran, dan sistem kegiatan menurut model Pincuss-Minahan . Perlu dipahami bahwa sistem tersebut bukan satu- satunya yang eksklusif, tetapi mungkin dan berjalan secara tumpang tindih dalam beberapa kasus tertentu. Ketumpangtindihan ini terilustrasikan pada Gambar -2 Penentuan Tujuan Sistem Klien Evaluasi Hasil Penerapan reassessment Penentuan strategi metode Tujuan Sistem Pelaksana Perubahan Penentuan Tujuan hasil Tampilan Masalah Assessment data Sistem Sasaran Sistem 68 Gambar 2: Contoh gabungan dan tumpangtindihnya beragam sistem dalam model Pincuss-Minahan Klien yang juga sebagai Sistem Sasaran Sasaran yang berada di luar Sistem Klien dan Sistem Kegiatan Sasaran yang merupakan bagian dari Sistem Pelaksana-Agen Kegiatan Sasaran sebagai bagian dari Sistem Kegiatan Membantu seorang klien membicarakan masalah perkawinannya Mencarikan sebuah penginapan yang sewanya meringankan klien Meyakinkan Direktur lembaga Anda untuk mendukung kebijakan yang akan diambil Mendidik seorang ibu pengasuh anak bagaimana menghadapi anak yang nakal bermasalah Contoh Kasus : Analisis Sistem terhadap Permasalahan Sikap Contoh kasus berikut menggambarkan bagaimana penggunaan model Pincuss-Minahan dalam menganalisa suatu kasus. Ridwan Toniawan adalah seorang pekerja sosial yang berada dalam seting suatu sekolah. Dia memperoleh klien hasil pengalihan referral dari seorang guru. Pak Pandi, yang mempunyai murid bernama Jojo Heriawan, seorang anak yang duduk di kelas tiga, yang tidak ada semangat jika berada di kelasnya tidak mematuhi perintah gurunya, tidak mendengarkan, dan tidak mengerjakan tugas-tugasnya. Gurunya meminta bantuan. kepada Pak. Ridwan untuk melakukan bimbingan kepada muridnya agar mampu 69 memperbaiki sikap-sikapnya. Sebuah pengalihan wewenang referral yang cukup sederhana, dan dengan salah satu masalahnya adalah masalah motivasi dan atau sikap-sikap. Sejumlah bimbingan konseling akan bermanfaat, tentunya akan memerlukan waktu tertentu, yang seringkali metode ini digunakan oleh pekerja sosial dalam mengintervensi kasus seperti ini. Secara implisit anggapan dasarnya adalah bahwa teridentifikasi terdapat suatu masalah pelajar, dan mengatasi masalahnya dengan mengubah perilaku pelajar tersebut. Walau begitu, jika tidak menganalisis permasalahan ini secara penuh, mungkin bisa menimbulkan penyimpangan “masalah” dalam situasi tersebut. Dalam menggunakan analisa sistem sebagai suatu pendekatan terhadap masalah tersebut, Pak. Ridwan pertama- tama akan mengurai permasalahan yang ada, dan kemudian menentukan siapa kliennya dalam situasi tersebut. Terlebih dahulu saat sebelum menjabarkan tentang apa yang menjadi seorang klien, hanya ada seorang guru dan kebetulan sama- sama bekerja dalam suatu organisasi sehingga Pak. Pak Pandi dapat menjadi seorang klien pada saat ini. Jojo dan atau Ibunya mungkin menjadi klien potensial saat mendatang. lihat Gambar 3. Bagian selanjutnya dari menganalilis kasus ini adalah me-netapkan secara jelas sasarannya targets. Kembali ke Gambar 4, bagian ini melibatkan analisis melalui penyidikan dan asses-sment terhadap data, dan men-gembangkan segala kemungkinan atau hasil yang diharapkan sesuai dengan sasaran targets yang telah ditentukan sebelum-nya. 70 Gambar 3: Tahap pertama dari pendekatan sistem analisis terhadap kasus Jojo Tampilan permasalahan Jojo, seorang anak kelas tiga adalah: a. tidak memperhatikan pengarahan gurunya b. tidak mendengarkan c. tidak menyelesaikan tugas pekerjaan rumahnya Sistem Klien Aktual : Gurunya Pak Pandi meminta pertolongan, mengharapkan bantuan., dan telah mempunyai perjanjian sebe-lumnya dengan sistem sekolah mengenai penyediaan pekerja sosial untuk memperoleh bantuan.nya. Sistem sekolah yang mempekerjakan Pak. Ridwan adalah juga klien. Potensial: Jojo dan atau keluarganya membutuh-kan atau me-merlukan bantuan. di masa depan. Mereka juga mung-kin di masa mendatang perlu mendapatkan bantuan.. Saat ini, mereka belum bersepakat untuk memperolah bantuan. Sistem Agen Perubahan a. Pekerja sosial sekolah, Pak. Ridwan b. Sistem sekolah yang mempekerjakan Pak. Ridwan. Catatan: Tambahan terhadap sistem pelaksana perubahan mungkin terus bertambah saat pendekatan analisis berkembang terus. 71 Gambar 4: Assesmen data dalam kasus Jojo. Pekerja sosial, mencari pengembangan sasaran sistem. Dia memulai dengan mengumpulkan data berikut: Perilaku siswa di kelas lebih komplikatif daripada yang pernah dilaporkan. Siswa seringkali diremeh-kan oleh gurunya dan seringkali tidak dipedulikan jika dia meminta pertolongan. Pengamatan selan-juPak.ya terhadap Jojo menunjukkan bahwa dikelas-nya banyak siswa juga memperlihatkan perilaku yang tidak sesuai. Gurunya, Pak Pandi, kelihatan-nya mengalami kesulitan dalam mengendalikan kelasnya. Perbincangan dengan Pak Pandi menunjukkan bahwa dia memilki pola komentar yang negatif terhadap siswa yang berpendapatan-rendah. Kehadiran siswa di kelas juga titik perhatian pokok. Selama lebih dari dua tahun Jojo dirata-rata kurang lebih 25 tidak hadir. Sebelumnya, dia juga tidak melengkapi tugas-tugas pekerjaan rumahnya, dia tidak mengikuti petunjuk, mengacau, dan tidak berhubungan baik dengan teman sekelasnya. Berdasarkan pembicaraan dengan ibunya Jojo, yang telah cerai, Pak. Ridwan menemukan suatu pola ketidakhadiran dari dua anak dalam keluarga tersebut, secara umum menjumpai suatu situasi rumah yang merefleksikan permasalahan ekonomi, disorganisasi keluarga, dan diragukan akan pen-getahuan keterampilan berperan sebagai orang-tua. Dalam diskusi dengan guru-guru lainnya yang pernah mengajar Jojo, dan sekolah lainnya yang mengetahui keluarga tersebut, pekerja sosial memperoleh permasalahan berkaitan dengan kunjungan rumah dari pengawasan-keorangtuaan, termasuk dugaan bahwa ibunya Jojo, Ny. Gudel, yang kecanduan minuman keras dan sering tidak berada di rumah. 72 Gambar 5: Penentuan. sasaran dan tujuan hasil dalam kasus Jojo Penentuan. tujuan-tujuan hasil Penentuan. Sasaran Tujuan-tujuan ini mewakili tujuan-tujuan yang terjadi dalam kasus Jojo, dan berkaitan dengan tiga permasalahan yang telah diidentifikasi dalam tahap asesmen data dalam Gambar 4. Identifikasi sasaran-sasaran ini terfokus pada upaya-upaya perubahan Memperbaiki pengendalian dan sikap guru kelasnya terhadap siswanya. Sasaran: Pak. Pandi, Guru Sikapnya terhadap siswa berpendapatan rendah Kelemahan mengendalikan kelas Memperbaiki perilaku Jojo, kehadirannya, dan hubungan sosial dengan teman-teman sekelasnya. Sasaran: Jojo Gudel Sikap dan perilakunya yang tidak sesuai di sekolah Ketidakserasinya hubungan dengan teaman-temannya Sering bolos sekolah Memperbaiki stabilitas terhadap situasi rumahnya Jojo. Sasaran: Keluarga Gudel Kesulitan keuangan Kekurangterampilnya Ny. Gudel dan pengawasan terhadap anak- anaknya Kemungkinan penganiayaan akibat pengaruh alkohol oleh Ny. Gudel. 73 Berdasarkan fase assessment of data, tujuan-tujuan hasil harus dibangun. Kemudian sasa-ran ditentukan untuk melengkapi tujuan hasil tersebut. Proses ini terdiagram pada Gambar 5. Pada saat ini tujuan dan hasil telah diidentifikasi dan sekarang perlu mengembangkan suatu sistem tindakan. Bagian pertama dari proses ini, sebagaimana terlihat dalam Gambar 1, adalah dengan menentukan metode atau strategi tujuan. Tujuan-tujuan ini diperlukan untuk menghubungkan sasaran dan seharusnya secara terindivualisasi mempertemukan kebutuhan dengan sasaran penduduk. Analisis sistem secara sungguh-sungguh memerlukan strategi intervensi yang diterapkan bukan berdasarkan pada suatu teknik-teknik tervaforit pekerja sosial, tetapi berdasar pada efektivitas pemenuhan kebutuhan bagi kliennya. Sebagai contoh, seorang pekerja sosial mungkin berkeinginan untuk menggunakan keterampilan intervensi kelompok kecil yang ia kuasai sangat mahir menggunakannya, tetapi keterampilan tersebut hanya bisa dipakai ketika analisis sistem mengusulkannya sebagai suatu pendekatan yang terbaik untuk mencapai sasaran dan pada akhirnya untuk memenuhi tujuan-tujuan. Gambar 6 memperlihatkan perkembangan dari methodes goals sebagai langkah awal dalam mengembangkan suatu sistem kegiatan. Sekarang konsistensi hasil-tujuan, sasaran-sasaran, dan metode-metode telah dikembangkan, langkah selanjutnya penerapan analisis sistem adalah merencanakan implementation stage tahap penerapan dari sistem kegiatan lihat Gambar 1. Seringkali pekerja sosial menggunakan penilaiannya judgement sepraktis dan selaik mungkin pada waktu-waktu tertentu. Selanjutnya juga, pekerja sosial dapat 74 memprioritaskan kebutuhan berdasarkan yang paling dibutuhkan dan segera disampaikan kepada klien-kliennya. Tentu saja, pekerja sosial harus juga mempersiapkan untuk menilai kembali sasaran metode methode goals sebagai intervensi progress, dengan mengamati tingkat kemungkinan harapan hasil yang diinginkan. Mungkin juga terdapat perubahan dalam diri klien dan sistem pelaksana perubahan yang cukup lama. Dalam kasus ini sistem pelaksana perubahan sekarang termasuk tidak hanya pekerja sosial sekolah, pimpinan sekolah kepala sekolah, menunjukkan guru-guru jika itu berkaitan dengan gaya mengajarnya, guru BP sekolah, dan pekerja sosial dari Dinas Sosial KabupatenKota yang membantu keuangan, pelatihan manajemen anak, dan pelayanan perlindungan. Ditambahkan juga, klien-klien potensial seperti halnya Jojo dan Ibunya yang mungkin akan menjadi klien aktual selama fase penerapan dari sistem kegiatan. Gambar 6: Penentuan. tujuan strategimetode dalam kasus Jojo A. Sasaran: Pak. Pandi, seorang guru kelas tiga Pekerja sosial akan mendiskusikan masalah mengenai sikap Pak. Pandi terhadap siswa yang berpendapatan rendah melaui prinsip sekolah tersebut, dan memberitahukan bahwa prinsip tsb membantu dengan menyediakan supervisi penilik pendidikan dalam wilayah tersebut; bahwa, dengan pengaturan suatu sesi pelatihan pelayanan bagi guru-guru tentang : a efek destruktifnya pada siswa berpendapatan rendah yang timbul dari sikap guru yang negatif, dan b keuntungan yang diperoleh dengan bersikap tidak menilai non-judgemental terhadap siswa oleh para guru. Pekerja sosial juga akan 75 menyatakan bahwa prinsip tersebut akan membantu Pak Pandi untuk bersikap bijak thd penugasan perorangan bagi siswanya sehingga dia dapat memahami secara lebih baik perbedaan- perbedaan siswanya, dan dapat memberikan kegiatan akademik sesuai dengan tingkatannya. Pekerja sosial akan membicarakan persoalan manajemen ruang kelas dengan Pak Pandi, dan memberikan secara material strategi penguatan perilaku positif dan negatif. Pekerja sosial juga dengan Pak Pandi akan menggali manfaat dari pengembangan beberapa tipe sistem peringkat siswa sehingga Jojo dan berpotensi dari siswa lainnya dapat bekerja sesuai sasaran setiap harinya. Akhirnya, pekerja sosial akan mengkonsultasikannya dengan guru secara periodik permasalahan perilaku dalam kelas, pemecahan masalah terhadap situasi tersebut, dan memberikan saran teknik-teknik yang lebih efektif untuk mengendalikan perilaku siswa yang disraptif mengacau. B. Sasaran: Jojo Heriawan Pekerja sosial akan memberkan bimbingan dukungan kepada Jojo mengenai permalahan pengembangan dengan cara yang lebih konstruktif, mengembang tujuan-tujuannya sebagai pelajar, dan membangun rasa tanggungjawab atas tindakannya. Perlunya bimbingan sokongan adalah bukti dalam rangka membangun kehangatan hub. dengan Jojo, membantu Jojo mengembangkan keterampilan mengatasi masalah secara lebih efektif, dan menampilkan suatu model peranan positif sebagai orang dewasa. Pekerja sosial akan bicara kepada guru BP bimbingan dan penyuluhan sekolah mengenai kemungkinan Jojo bergabung dalam kelompok kecil yang dipimpinnya, atau bergabung di kemudian hari. Ini akan membantu Jojo memperbaiki hubungan sosial dengan siswa lainnya. Selajutnya, pekerja sosial akan berbicara dengan guru BP perlunya 76 mengembangkan sebuah program kelas bimbingan yang diarahkan dalam rangka memperbaiki hubungan antara manusia. Pekerja sosial akan mengalihkan permasalahan ferkuensi ketidakhadiran kpd unit pelayanan perlindungan Dinas Pelayanan Sosial Kota, sebagai suatu kasus kemangkiran atau pembolosan yang tak tertangani. Pengalihan ini akan membawa perubahan sumber-sumber dari lembaga lain untuk membantu seluruh kesulitan keluarga-keluarga. Pengalihan ini juga memberikan suatu cara bagi Dinas Pela-yanan Sosial Kota untuk menjangkau keluarga yang mengalami kesulitian. C. Sasaran: Keluarga Heriawan Pekerja Sosial akan mengatakan Pelayanan Perlindungan mengenai kesulitan ekonomi keluarga, dan meminta Pela-yanan Perlidungan untuk menyelidiki apakah keluarga ter-sebut laik memperoleh keseluruhan bantuan keuangan, dan apakah bimbingan keuangan diperlukan untuk men-yusun anggaran sumber-sumber keluarga secara lebih baik. Pekerja sosial, setelah menilai secara serius mengenai kesulitan manajemen keluarga, akan merujuk hal ini ke-pada Dinas Pelayanan Sosia Kota. Secara realistis, ke-sulitan ini akan melibatkan pekerja pelayanan perlin-dungan peling sebagai manajer kasus yang telah me-nerima rujukan masalah pembolosan dan bantuan ke-uangan. Pekerja Pelayanan Perlindungan mungkin akan meminta pekarja sosial lainnya untuk memberikan pela-yanan tertentu kepada keluarga tersebut, seperti melibat-kan ibu-ibu dalam kegiatan Pelatihan Efektivitas Orangtua. Dalam keluarga ini adalah penting bhw pengaturan waktu yang melibatkan beberapa pekerja sosial tidak menjadi faktor yang menyibukkan keluarga. Pekerja sosial sekolah, bekerja sama dengan Ny. Heriawan dan pekerja sosial 77 dari Dinas Pelayanan Sosial kota akan mengembangkan rencana penanganan untuk membantu Ny. Heriawan mem- perbaiki pengetahuannya mengenai perkembangan dan praktik perilaku pemelirahaan anak. Rencana ini meliputi bimbingan perseorangan, mengikuti kegiatan kelompok orangtua, atau mendemostrasikan praktek keperilakuan melalui pemodelan. Pekerja sosial akan menyelidiki dugaan penganiayaan akibat kecanduan minuman keras, dan kemudian memu-tuskan apakah mengalihkan Ny. Heriawan untuk meng-asesmen peaniayaan akibat kecanduan minuman keras dan obat-obatan lainnya yang disediakan oleh Dinas Palayanan Sosial Kota. Sejak Ny. Heriawan juga agak kelihatan tertekan dan kehabisan energi, sebuah rujukan dokter jiwa perlu dipikirkan di masa datang. Selanjutnya, karena masalah kecanduan alkohol juga bukan satu-satunya masalah, disarankan bahwa Dinas Palayanan Sosial Kota perlu membantu Ny. Heriawan menemukan pekerjaan atau memperoleh latihan kerja. Juga nampaknya Ny. heriawan perlu mendapatkan dukungan baik konseling perorangan atau kelompok untuk membantu keinginanya sebagai orang tua tunggal. Perlu dicatat bahwa pembentukan sistem kegiatan yang melibatkan badan-badan sosial lain dan profesional- profesional lainnya yang menjadi suatu kunci tujuan pekerjaan sosial adalah mempertahankan proses tersebut tetap berlangsung. Seringkali pengalihan yang dilakukan pekerja sosial sebagai pendamping an advocater kliennya dan tujuan hasil kegiatan dari analisis sistem. Seringkali terjadi perlu memulaimengulang kembali sasaran tujuan ke yang lain dan menemukan cara untuk memotivasi kembali agen-agen pelaksana perubahan yang lain saat bertemu “roadblocks” hambatan. Dalam faktanya, memonitor kemajuan 78 seharusnya ada sebagai suatu penerapan pendekatan analisis sistem yang akan terdiri dari suatu kelompok bekerja bersama dan dengan demikian diperlukan koordinasi dan pengaturan. Juga penting sekali untuk mengevaluasi dan memantapkan upaya-upaya perubahan setelah menentukan jangka waktu tertentu. Evaluasi ini sebaiknya berupaya mencari ukuran mengenai hasil yang dapat dicapai dari sistem sasaran yang akan makin memperlengkapkan. Tidak semua kasus sekompleks yang satu ini, atau melibatkan sejumlah sasaran dan sistem kegiatan seperti ini. Kasus seperti bisa saja ada, dan asesmen dan strateginya dikembangkan sesuai dengan gambaran tadi. bagamanapun banyak, dan mungkin sangat banyak kasus-kasus pekerjaan sosial yang komplikati. Sebagaimana disebutkan, analisa sistem dapat membantu pekerja sosial memamhami kompleksitas permasalahan yang dihadapi. Analisis sistem dapat diterapkan secara virtual oleh seluruh pekerja sosial. Sayangnya, kemampuan penerapannya saat ini sedang dipertanyakan. Khususnya berkaitan dengan kemampuan penerapannya untuk pekerjaan sosial klinis. Kebutuhannya ini bukanlah kasus, untuk suatu pemahaman tentang aspek- aspek keunikan dari analisis sistem dan keteramplan klinis dapat mendemostrasikan gabungan pemanfaatan teknik yang sangat efektif.

F. BEBERAPA MODEL ASSESSMENT LAINNYA DALAM PRAKTEK PEKERJAAN SOSIAL: