64
Berikut ini 15 pertanyaan yang berguna dalam menuntun kajian sistem masalah:
1. Apa masalahnya secara khusus? 2. Bagaimana klien memandang masalah?
3. Siapa yang terlibat dalam sistem masalah? 4. Bagaimana para partisipan terlibat dalam sistem
masalah? 5. Apa yang menyebabkan masalah?
6. Dimana terjadinya perilaku problematik? 7. Kapan perilaku problematik terjadi?
8. Bagaimana frekuensi, intensitas dan durasi perilaku
problematic? 9. Bagaimana sejarah perilaku problematik?
10. Apa yang diinginkan klien? 11. Bagaimana klien mencoba mengatasi masalah?
12. Apa keterampilan yang klien butuhkan untuk
mengatasi masalah? 13. Apa sumber-sumber eksternal yang dibutuhkan untuk
mengatasi masalah? 14. Apa sumber, keterampilan dan kekuatan klien?
15. Apa cara yang direkomendasikan untuk mengatasi masalah?
E. PERSPEKTIF SISTEM: MODEL PINCUS- MINAHAN
Perspektif sistem berusaha melihat lebih jauh permasalahan yang ditunjukkan klien untuk mengkaji kompleksitas dan
antar hubungan permasalahan. Melalui analisis system suatu kasus, banyak sasaran dan strategi intervensi efektif dapat
65
diidentifikasi. Suatu sistem secara regular berinteraksi atau kelompok dari item yang saling berkaitan yang membentuk
suatu keseluruhan. Suatu system pelayanan sosial terdiri dari kelompok pekerja sosial, supervisor, klien, advisory, dan
kelompok lainnya, serta siapapun yang berinteraksi untuk menangani persoalan kesejahteraan sosial dalam masyarakat.
Banyak model memberi bantuan bagi pekerja sosial untuk memahami bagaimana teori sistem dan analisis sistem. Model
sistem yang paling sering dipublikasikan dalam literatur pekerjaan sosial adalah pendekatan Pincus-Minahan 1973.
Dalam tahun 1973, Allen Pincus dan Minahan menulis
Social Work Practice: Model dan Methode, yang merupakan
perintis utama dalam penerapan analisis sistem pada praktek pekerjaan sosial. Asumsi dasarnya adalah, bahwa terdapat
common core inti pokok mengenai keahlian dan konsep yang
begitu esensial dalam praktek pekerjaan sosial, yaitu melihat fakta berdasarkan interpretasi teoritis dari teori sistem.
Secara teoritis Pincus dan Minahan menyatakan bahwa terdapat empat sistem dasar dalam praktek pekerjaan sosial :
sistem pelaksana perubahan a change agent system, sistem klien a client system, sistem sasaran a target system dan
sistem kegiatan an action system. Sistem pelaksana perubahan the change agent system adalah sekumpulan profesional yang
secara khusus bekerja untuk menciptakan perubahan secara terencana. Juga yang merupakan bagian dari sistem pelaksana
perubahan adalah adanya organisasi yang mempekerjakan agen perubahan tersebut. Pincus and Minahan, 1973, p.54.
Istilah organisasi pelaksana adalah penting sebagaimana pandangan
Pincus dan
Minahan sepadan
dengan penghargaannya dibayar sesuai kemampuannya secara
perorangan sebagai agen perubahan. Seorang agen perubahan
66
dengan demikian, adalah seorang profesional yang secara khsusus dipekerjakan dalam rangka perubahan berencana.
Sistem Klien The Client System adalah sejumlah orang yang sepakat atau meminta pelayanan kepada agen
perubahan, dan yang bekerja berdasarkan kesepakatan atau kontrak dengan egen perubahan Pincus dan Minahan, 1973,
p. 56. Klien dengan demikian dipergunakan dengan penuh kesadaran daripada yang sering diperlakukan oleh pekerja
sosial, menghindari kemungkinan dari “melalukan sesuatu” terhadap orang atau organisasi tanpa sepengahuan atau
kesepakatan mereka.
Sistem sasaran The Target System adalah sekumpulan orang, badan-badan, dan atau organisasi praktek yang
memerlukan perubahan melalui pengukuran tertentu dalam upaya mencapai tujuan melalui agen perubahan Pincus and
Minahan, 1973, p. 59. Misalkan, melalui penganalisaan perubahan sistem sasaran dapat terukur efektivitasnya dan
memberikan suatu mekanisme pertanggungjawaban.
Batasan sistem terakhir adalah sistem kegiatan The Action System.
Istilah ini dipakai untuk menggambarkan dengan siapa saja pekerja sosial bekerja dalam upayanya
memenuhi tugasnya dan mencapai tujuan perubahan yang diharapkan Pincus dan Minahan, 1973. p. 61. Salah satunya
mungkin akan melibatkan sejumlah sistem kegiatan dengan aspek yang berbeda dari upaya perubahan terencana untuk
melengkapi keseluruhan rencana perubahan dari pelaksana agen perubahan. Konsep dari metode dan tujuan hasil juga
dipergunakan untuk lebih jauh lagi membedakan bagaimana sistem kegiatan dan sistem sasaran dikembangkan dan
67
didayagunakan. Keempat sistem ini digambarkan secara visual, dan lebih jauh lagi dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1: Elaborasi dari sistem klien, sistem pelaksana perubahan,
sistem sasaran, dan sistem kegiatan menurut model Pincuss-Minahan
.
Perlu dipahami bahwa sistem tersebut bukan satu- satunya yang eksklusif, tetapi mungkin dan berjalan secara
tumpang tindih
dalam beberapa
kasus tertentu.
Ketumpangtindihan ini terilustrasikan pada Gambar -2
Penentuan Tujuan
Sistem Klien
Evaluasi Hasil
Penerapan reassessment
Penentuan strategi
metode Tujuan
Sistem Pelaksana
Perubahan Penentuan
Tujuan hasil Tampilan
Masalah Assessment
data Sistem Sasaran
Sistem
68
Gambar 2: Contoh gabungan dan tumpangtindihnya beragam sistem dalam
model Pincuss-Minahan Klien yang juga
sebagai Sistem Sasaran
Sasaran yang berada di luar
Sistem Klien dan Sistem Kegiatan
Sasaran yang merupakan
bagian dari Sistem
Pelaksana-Agen Kegiatan
Sasaran sebagai bagian dari
Sistem Kegiatan
Membantu seorang klien
membicarakan masalah
perkawinannya Mencarikan
sebuah penginapan
yang sewanya meringankan
klien Meyakinkan
Direktur lembaga Anda
untuk mendukung
kebijakan yang akan diambil
Mendidik seorang ibu
pengasuh anak bagaimana
menghadapi anak yang nakal
bermasalah
Contoh Kasus : Analisis Sistem terhadap Permasalahan Sikap
Contoh kasus
berikut menggambarkan
bagaimana penggunaan model Pincuss-Minahan dalam menganalisa
suatu kasus. Ridwan Toniawan adalah seorang pekerja sosial yang
berada dalam seting suatu sekolah. Dia memperoleh klien hasil pengalihan referral dari seorang guru. Pak Pandi, yang
mempunyai murid bernama Jojo Heriawan, seorang anak yang duduk di kelas tiga, yang tidak ada semangat jika berada
di kelasnya tidak mematuhi perintah gurunya, tidak mendengarkan, dan tidak mengerjakan tugas-tugasnya.
Gurunya meminta bantuan. kepada Pak. Ridwan untuk melakukan bimbingan kepada muridnya agar mampu
69
memperbaiki sikap-sikapnya. Sebuah pengalihan wewenang referral yang cukup sederhana, dan dengan salah satu
masalahnya adalah masalah motivasi dan atau sikap-sikap. Sejumlah bimbingan konseling akan bermanfaat, tentunya
akan memerlukan waktu tertentu, yang seringkali metode ini digunakan oleh pekerja sosial dalam mengintervensi kasus
seperti ini. Secara implisit anggapan dasarnya adalah bahwa teridentifikasi terdapat suatu masalah pelajar, dan mengatasi
masalahnya dengan mengubah perilaku pelajar tersebut. Walau begitu, jika tidak menganalisis permasalahan ini secara
penuh, mungkin bisa menimbulkan penyimpangan “masalah” dalam situasi tersebut.
Dalam menggunakan analisa sistem sebagai suatu pendekatan terhadap masalah tersebut, Pak. Ridwan pertama-
tama akan mengurai permasalahan yang ada, dan kemudian menentukan siapa kliennya dalam situasi tersebut. Terlebih
dahulu saat sebelum menjabarkan tentang apa yang menjadi seorang klien, hanya ada seorang guru dan kebetulan sama-
sama bekerja dalam suatu organisasi sehingga Pak. Pak Pandi dapat menjadi seorang klien pada saat ini. Jojo dan atau
Ibunya mungkin menjadi klien potensial saat mendatang. lihat Gambar 3.
Bagian selanjutnya dari menganalilis kasus ini adalah me-netapkan secara jelas sasarannya targets. Kembali ke
Gambar 4, bagian ini melibatkan analisis melalui penyidikan dan asses-sment terhadap data, dan men-gembangkan segala
kemungkinan atau hasil yang diharapkan sesuai dengan sasaran targets yang telah ditentukan sebelum-nya.
70
Gambar 3: Tahap pertama dari pendekatan sistem analisis terhadap kasus Jojo
Tampilan permasalahan
Jojo, seorang anak kelas tiga adalah:
a. tidak memperhatikan pengarahan gurunya
b. tidak mendengarkan c. tidak menyelesaikan tugas
pekerjaan rumahnya
Sistem Klien Aktual :
Gurunya Pak Pandi meminta pertolongan, mengharapkan bantuan., dan telah mempunyai
perjanjian sebe-lumnya dengan sistem sekolah mengenai penyediaan pekerja sosial untuk
memperoleh bantuan.nya. Sistem sekolah yang mempekerjakan Pak. Ridwan adalah juga klien.
Potensial:
Jojo dan atau keluarganya membutuh-kan atau me-merlukan bantuan. di masa depan. Mereka
juga mung-kin di masa mendatang perlu mendapatkan bantuan.. Saat ini, mereka belum
bersepakat untuk memperolah bantuan.
Sistem Agen Perubahan
a. Pekerja sosial sekolah, Pak. Ridwan b. Sistem sekolah yang mempekerjakan Pak.
Ridwan. Catatan: Tambahan terhadap sistem pelaksana
perubahan mungkin terus bertambah saat pendekatan analisis berkembang terus.
71
Gambar 4: Assesmen data dalam kasus Jojo.
Pekerja sosial, mencari pengembangan sasaran sistem. Dia memulai dengan mengumpulkan data berikut:
Perilaku siswa di kelas lebih komplikatif daripada yang pernah dilaporkan. Siswa seringkali diremeh-kan oleh gurunya dan
seringkali tidak dipedulikan jika dia meminta pertolongan. Pengamatan selan-juPak.ya terhadap Jojo menunjukkan bahwa
dikelas-nya banyak siswa juga memperlihatkan perilaku yang tidak sesuai. Gurunya, Pak Pandi, kelihatan-nya mengalami
kesulitan dalam mengendalikan kelasnya. Perbincangan dengan Pak Pandi menunjukkan bahwa dia memilki pola komentar yang
negatif terhadap siswa yang berpendapatan-rendah.
Kehadiran siswa di kelas juga titik perhatian pokok. Selama lebih dari dua tahun Jojo dirata-rata kurang lebih 25 tidak hadir.
Sebelumnya, dia juga tidak melengkapi tugas-tugas pekerjaan rumahnya, dia tidak mengikuti petunjuk, mengacau, dan tidak
berhubungan baik dengan teman sekelasnya.
Berdasarkan pembicaraan dengan ibunya Jojo, yang telah cerai, Pak. Ridwan menemukan suatu pola ketidakhadiran dari dua anak
dalam keluarga tersebut, secara umum menjumpai suatu situasi rumah yang merefleksikan permasalahan ekonomi, disorganisasi
keluarga, dan diragukan akan pen-getahuan keterampilan berperan sebagai orang-tua. Dalam diskusi dengan guru-guru
lainnya yang pernah mengajar Jojo, dan sekolah lainnya yang mengetahui keluarga tersebut, pekerja sosial memperoleh
permasalahan
berkaitan dengan
kunjungan rumah
dari pengawasan-keorangtuaan, termasuk dugaan bahwa ibunya Jojo,
Ny. Gudel, yang kecanduan minuman keras dan sering tidak berada di rumah.
72 Gambar 5:
Penentuan. sasaran dan tujuan hasil dalam kasus Jojo Penentuan.
tujuan-tujuan hasil
Penentuan. Sasaran
Tujuan-tujuan ini mewakili tujuan-tujuan
yang terjadi
dalam kasus
Jojo, dan
berkaitan dengan
tiga permasalahan
yang telah
diidentifikasi dalam tahap asesmen data dalam Gambar
4. Identifikasi sasaran-sasaran ini
terfokus pada
upaya-upaya perubahan
Memperbaiki pengendalian
dan sikap guru kelasnya terhadap siswanya.
Sasaran: Pak. Pandi, Guru Sikapnya
terhadap siswa
berpendapatan rendah Kelemahan mengendalikan kelas
Memperbaiki perilaku Jojo, kehadirannya, dan hubungan
sosial dengan teman-teman sekelasnya.
Sasaran: Jojo Gudel Sikap dan perilakunya yang tidak
sesuai di sekolah Ketidakserasinya
hubungan dengan teaman-temannya
Sering bolos sekolah
Memperbaiki stabilitas
terhadap situasi rumahnya Jojo.
Sasaran: Keluarga Gudel Kesulitan keuangan
Kekurangterampilnya Ny. Gudel dan pengawasan terhadap anak-
anaknya Kemungkinan penganiayaan akibat
pengaruh alkohol oleh Ny. Gudel.
73
Berdasarkan fase assessment of data, tujuan-tujuan hasil harus dibangun. Kemudian sasa-ran ditentukan untuk
melengkapi tujuan hasil tersebut. Proses ini terdiagram pada Gambar 5.
Pada saat ini tujuan dan hasil telah diidentifikasi dan sekarang perlu mengembangkan suatu sistem tindakan.
Bagian pertama dari proses ini, sebagaimana terlihat dalam Gambar 1, adalah dengan menentukan metode atau strategi
tujuan. Tujuan-tujuan ini diperlukan untuk menghubungkan sasaran
dan seharusnya
secara terindivualisasi
mempertemukan kebutuhan dengan sasaran penduduk. Analisis sistem secara sungguh-sungguh memerlukan strategi
intervensi yang diterapkan bukan berdasarkan pada suatu teknik-teknik tervaforit pekerja sosial, tetapi berdasar pada
efektivitas pemenuhan kebutuhan bagi kliennya. Sebagai contoh, seorang pekerja sosial mungkin berkeinginan untuk
menggunakan keterampilan intervensi kelompok kecil yang ia kuasai sangat mahir menggunakannya, tetapi keterampilan
tersebut
hanya bisa dipakai
ketika analisis sistem
mengusulkannya sebagai suatu pendekatan yang terbaik untuk mencapai sasaran dan pada akhirnya untuk memenuhi
tujuan-tujuan. Gambar 6 memperlihatkan perkembangan dari methodes goals
sebagai langkah awal dalam mengembangkan suatu sistem kegiatan.
Sekarang konsistensi hasil-tujuan, sasaran-sasaran, dan metode-metode telah dikembangkan, langkah selanjutnya
penerapan analisis
sistem adalah
merencanakan implementation stage
tahap penerapan dari sistem kegiatan lihat Gambar 1. Seringkali pekerja sosial menggunakan
penilaiannya judgement sepraktis dan selaik mungkin pada waktu-waktu tertentu. Selanjutnya juga, pekerja sosial dapat
74
memprioritaskan kebutuhan berdasarkan yang paling dibutuhkan dan segera disampaikan kepada klien-kliennya.
Tentu saja, pekerja sosial harus juga mempersiapkan untuk menilai kembali sasaran metode methode goals sebagai
intervensi progress, dengan mengamati tingkat kemungkinan harapan hasil yang diinginkan. Mungkin juga terdapat
perubahan dalam diri klien dan sistem pelaksana perubahan yang cukup lama. Dalam kasus ini sistem pelaksana
perubahan sekarang termasuk tidak hanya pekerja sosial sekolah, pimpinan sekolah kepala sekolah, menunjukkan
guru-guru jika itu berkaitan dengan gaya mengajarnya, guru BP sekolah, dan pekerja sosial dari Dinas Sosial
KabupatenKota yang membantu keuangan, pelatihan manajemen anak, dan pelayanan perlindungan. Ditambahkan
juga, klien-klien potensial seperti halnya Jojo dan Ibunya yang mungkin akan menjadi klien aktual selama fase
penerapan dari sistem kegiatan.
Gambar 6: Penentuan. tujuan strategimetode dalam kasus Jojo
A. Sasaran: Pak. Pandi, seorang guru kelas tiga Pekerja sosial akan mendiskusikan masalah mengenai sikap
Pak. Pandi terhadap siswa yang berpendapatan rendah melaui prinsip sekolah tersebut, dan memberitahukan bahwa prinsip
tsb membantu dengan menyediakan supervisi penilik pendidikan dalam wilayah tersebut; bahwa, dengan pengaturan
suatu sesi pelatihan pelayanan bagi guru-guru tentang : a efek destruktifnya pada siswa berpendapatan rendah yang timbul
dari sikap guru yang negatif, dan b keuntungan yang diperoleh dengan bersikap tidak menilai non-judgemental
terhadap siswa oleh para guru. Pekerja sosial juga akan
75 menyatakan bahwa prinsip tersebut akan membantu Pak Pandi
untuk bersikap bijak thd penugasan perorangan bagi siswanya sehingga dia dapat memahami secara lebih baik perbedaan-
perbedaan siswanya, dan dapat memberikan kegiatan akademik sesuai dengan tingkatannya.
Pekerja sosial akan membicarakan persoalan manajemen ruang kelas dengan Pak Pandi, dan memberikan secara material
strategi penguatan perilaku positif dan negatif. Pekerja sosial juga dengan Pak Pandi akan menggali manfaat dari
pengembangan beberapa tipe sistem peringkat siswa sehingga Jojo dan berpotensi dari siswa lainnya dapat bekerja sesuai
sasaran setiap harinya. Akhirnya, pekerja sosial akan mengkonsultasikannya
dengan guru
secara periodik
permasalahan perilaku dalam kelas, pemecahan masalah terhadap situasi tersebut, dan memberikan saran teknik-teknik
yang lebih efektif untuk mengendalikan perilaku siswa yang disraptif mengacau.
B. Sasaran: Jojo Heriawan Pekerja sosial akan memberkan bimbingan dukungan kepada
Jojo mengenai permalahan pengembangan dengan cara yang lebih konstruktif, mengembang tujuan-tujuannya sebagai
pelajar, dan membangun rasa tanggungjawab atas tindakannya. Perlunya bimbingan sokongan adalah bukti dalam rangka
membangun kehangatan hub. dengan Jojo, membantu Jojo mengembangkan keterampilan mengatasi masalah secara lebih
efektif, dan menampilkan suatu model peranan positif sebagai orang dewasa.
Pekerja sosial akan bicara kepada guru BP bimbingan dan penyuluhan sekolah mengenai kemungkinan Jojo bergabung
dalam kelompok kecil yang dipimpinnya, atau bergabung di kemudian hari. Ini akan membantu Jojo memperbaiki
hubungan sosial dengan siswa lainnya. Selajutnya, pekerja sosial
akan berbicara
dengan guru
BP perlunya
76 mengembangkan sebuah program kelas bimbingan yang
diarahkan dalam rangka memperbaiki hubungan antara manusia.
Pekerja sosial akan mengalihkan permasalahan ferkuensi ketidakhadiran kpd unit pelayanan perlindungan Dinas
Pelayanan Sosial Kota, sebagai suatu kasus kemangkiran atau pembolosan yang tak tertangani. Pengalihan ini akan membawa
perubahan sumber-sumber dari lembaga lain untuk membantu seluruh kesulitan keluarga-keluarga. Pengalihan ini juga
memberikan suatu cara bagi Dinas Pela-yanan Sosial Kota untuk menjangkau keluarga yang mengalami kesulitian.
C. Sasaran: Keluarga Heriawan Pekerja Sosial akan mengatakan Pelayanan Perlindungan
mengenai kesulitan ekonomi keluarga, dan meminta Pela-yanan Perlidungan untuk menyelidiki apakah keluarga ter-sebut laik
memperoleh keseluruhan bantuan keuangan, dan apakah bimbingan keuangan diperlukan untuk men-yusun anggaran
sumber-sumber keluarga secara lebih baik.
Pekerja sosial, setelah menilai secara serius mengenai kesulitan manajemen keluarga, akan merujuk hal ini ke-pada Dinas
Pelayanan Sosia Kota. Secara realistis, ke-sulitan ini akan melibatkan pekerja pelayanan perlin-dungan peling sebagai
manajer kasus yang telah me-nerima rujukan masalah pembolosan dan bantuan ke-uangan. Pekerja Pelayanan
Perlindungan mungkin akan meminta pekarja sosial lainnya untuk memberikan pela-yanan tertentu kepada keluarga
tersebut, seperti melibat-kan ibu-ibu dalam kegiatan Pelatihan Efektivitas Orangtua. Dalam keluarga ini adalah penting bhw
pengaturan waktu yang melibatkan beberapa pekerja sosial tidak menjadi faktor yang menyibukkan keluarga. Pekerja sosial
sekolah, bekerja sama dengan Ny. Heriawan dan pekerja sosial
77 dari Dinas Pelayanan Sosial kota akan mengembangkan
rencana penanganan untuk membantu Ny. Heriawan mem- perbaiki pengetahuannya mengenai perkembangan dan praktik
perilaku pemelirahaan anak. Rencana ini meliputi bimbingan perseorangan, mengikuti kegiatan kelompok orangtua, atau
mendemostrasikan praktek keperilakuan melalui pemodelan.
Pekerja sosial akan menyelidiki dugaan penganiayaan akibat kecanduan minuman keras, dan kemudian memu-tuskan
apakah mengalihkan Ny. Heriawan untuk meng-asesmen peaniayaan akibat kecanduan minuman keras dan obat-obatan
lainnya yang disediakan oleh Dinas Palayanan Sosial Kota. Sejak Ny. Heriawan juga agak kelihatan tertekan dan kehabisan
energi, sebuah rujukan dokter jiwa perlu dipikirkan di masa datang. Selanjutnya, karena masalah kecanduan alkohol juga
bukan satu-satunya masalah, disarankan bahwa Dinas Palayanan Sosial Kota perlu membantu Ny. Heriawan
menemukan pekerjaan atau memperoleh latihan kerja. Juga nampaknya Ny. heriawan perlu mendapatkan dukungan baik
konseling perorangan atau kelompok untuk membantu keinginanya sebagai orang tua tunggal.
Perlu dicatat bahwa pembentukan sistem kegiatan yang melibatkan badan-badan sosial lain dan profesional-
profesional lainnya yang menjadi suatu kunci tujuan pekerjaan sosial adalah mempertahankan proses tersebut tetap
berlangsung. Seringkali pengalihan yang dilakukan pekerja sosial sebagai pendamping an advocater kliennya dan tujuan
hasil kegiatan dari analisis sistem. Seringkali terjadi perlu memulaimengulang kembali sasaran tujuan ke yang lain dan
menemukan cara untuk memotivasi kembali agen-agen pelaksana perubahan yang lain saat bertemu “roadblocks”
hambatan.
Dalam faktanya,
memonitor kemajuan
78
seharusnya ada sebagai suatu penerapan pendekatan analisis sistem yang akan terdiri dari suatu kelompok bekerja bersama
dan dengan demikian diperlukan koordinasi dan pengaturan.
Juga penting sekali untuk mengevaluasi dan memantapkan upaya-upaya perubahan setelah menentukan
jangka waktu tertentu. Evaluasi ini sebaiknya berupaya mencari ukuran mengenai hasil yang dapat dicapai dari
sistem sasaran yang akan makin memperlengkapkan.
Tidak semua kasus sekompleks yang satu ini, atau melibatkan sejumlah sasaran dan sistem kegiatan seperti ini.
Kasus seperti bisa saja ada, dan asesmen dan strateginya dikembangkan sesuai dengan gambaran tadi. bagamanapun
banyak, dan mungkin sangat banyak kasus-kasus pekerjaan sosial yang komplikati. Sebagaimana disebutkan, analisa
sistem dapat membantu pekerja sosial memamhami kompleksitas permasalahan yang dihadapi. Analisis sistem
dapat diterapkan secara virtual oleh seluruh pekerja sosial. Sayangnya, kemampuan penerapannya saat ini sedang
dipertanyakan. Khususnya berkaitan dengan kemampuan penerapannya untuk pekerjaan sosial klinis. Kebutuhannya ini
bukanlah kasus, untuk suatu pemahaman tentang aspek- aspek keunikan dari analisis sistem dan keteramplan klinis
dapat mendemostrasikan gabungan pemanfaatan teknik yang sangat efektif.
F. BEBERAPA MODEL ASSESSMENT LAINNYA DALAM PRAKTEK PEKERJAAN SOSIAL: