APLIKASI PIE DALAM PRAKTEK

82

G. APLIKASI PIE DALAM PRAKTEK

PIE adalah suatu tool dari fase assessment --- dimulai kontak dan selanjutnya intervensi hingga terminasi. Penggunaan system PIE menuntun praktisi untuk menata temuan assessment dalam sebuah format yang jelas, perencanaan intervensi terfokus. Tentunya melakukan suatu intervensi menurut kerangka teoritis praktisi atau tuntutan elijibilitas lembaga, praktisi mampu melakukan assessment yang menjelaskan tugas-tugas dan peranan pekerjaan sosial. Hal tersebut menjawab pertanyaan- pertanyaan berikut: 1. Apa permasalahan dalam keberfungsian sosial yang dihadapi oleh klien ini? 2. Apa permasalahan yang muncul dalam kelembagaan social masyarakat yang berpengaruh terhadap klien ini? 3. Apa permasalahan kesehatan mental yang muncul? 4. Apa permasalahan kesehatan fisik yang tercatat? 5. Apa kekuatan dan sumber-sumber klien sehingga dapat mendorong klien menghadapi permasalahan tersebut? Penggunaan system PIE, praktisi mampu menggambarkan permasalahan yang kompleks dengan cara tertentu sehingga mudah dipahami oleh praktisi dalam seting-seting lain yang mungkin klien jalani. Hal yang juga penting, klien seharusnya dapat mengerti assessment dan berpartisipasi penuh dalam pemecahan atau pengurangan masalah. Karena ini merupakan pendekatan system, PIE menjadi suatu instrument yang tidak hanya untuk mencatat temuan assessment tetapi 83 juga untuk perencanaan dan evaluasi intervensi. Terlepas dari itu semua pendekatan ini membuat menjadi lebih efektif untuk membantu klien. 1 Operasionalisasi Faktor I Dalam praktik pekerja social menggunakan sistem PIE pertama-tama akan mengidentifikasi permasalahan faktor I yang ditunjukkan oleh klien. Factor ini menggambarkan permasalahan dalam keberfungsian peran social berkaitan unjuk aktivitas kehidupan keseharian yang dibutuhkan oleh masyarakat atau budaya bagi usia individu dan tahap kehidupan. Gambaran permasalahan dalam faktor I memiliki lima komponen: 1. Pernyataan wilayah interaksi social atau peran-peran social dimana permasalahan tersebut terjadi. Terdiri dari: a. Kekeluargaan: orang tuan, pasangan, anak, saudara kandung, keluarga penting lainnya. b. Interpersonal lain: kekasish, teman, tetangga, anggota. c. Hubungan kerja: pekerja dibayar, pembantu, relawan, pelajar. d. Situasi kehidupan khusus: konsumen, inpatientklien, outpatientklien, petugas lapas, pesakitan, petugas imigrasi, imigran liar, pengungsi, dan lainnya. Contohnya, sebuah permasalahan perkawinan akan mengidentifikasinya sebagai sebuah permasalahan peran pasangan, sebuah masalah dengan pekerja akan diidentifikasi sebagai masalah peran pekerja. 84 2. Seorang descriptor tipe permasalahan. Hal tersebut adalah kekuatan, ambivalensi, tanggungjawab, ketergantungan, kehilangan, isolasi, korban. Sebagi contoh, seseorang yang kehilangan pasangan akibat kematian, atau perceraian adalah diidentifikasi sebagai mengalami masalah peran pasangan, tipe kehilangan. 3. Indikasi tingkat keakutan permasalahan yang dapat ditampilkan pada skala 1 terendah hingga 6 tertinggi 4. Indikasi sudah berapa lama masalah tersebut muncul terlihat pada skala 1 lima tahun atau lebih hingga 6 dua minggu atau kurang 5. Penilaian klinis kondisi fisik, mental, dan kekuatan psikologis klien dalam menghadapi permasalahan ditunjukkan pada skala dari 1 luarbiasa hingga 6 tidak ada keterampilan menghadapi Mempermudah catatan temuan assessmen untuk penelitian, sebuah kode numerik tersedia untuk mengidentifikasi temuan permasalahan dalam factor I. Sistem PIE menyediakan praktisi untuk mencatat sejumlah permasalahan faktor I yang dapat diidentifikasi. 2 Operasionalisasi Faktor II Factor II menggambarkan permasalahan dalam lingkungan klien yang berdampak pada keberfungsian social klien. Dalam PIE yang termasuk lingkungan baik fisik maupun konteks social dimana manusia hidup. Factor II mengidentifikasi permasalahan dalam isntitusi social yang terdapat dalam sebagian besar komunitas untuk mempermudah kesejahteraan dan perkembangan individu. Deskripsi permasalahan klien dalam factor II 85 termasuk tiga komponen berikut: sistem sosial, keakutan, durasi. Dalam PIE, terdapat enam pengelompokkan permasalahan sistem sosial: 1. Sistem ekonomikebutuhan dasar economicbasic need system . Bagian ini menekankan permasalahan dalam penyediaan atau daya jangkau terhadap makanan, perumahan, lapangan pekerjaan, susmber-sumber ekonomi, dan transportasi 2. System pendidikan dan pelatihan educational and training system . Termasuk dalam permasalahan atau defisiensi ini berkaitan dengan institusi dan kebijakan pendidikanpelatihan. 3. System peradilan dan hukum judicial and legal system. Termasuk dalam permasalahan ini berkaitan polisi dan pengadilan. 4. System kesehatan, kesejahteraan, dan perlindungan health, welfare and safety system. Termasuk dalam permasalahan ini berhubungan dengan rumah sakit, klinik, layanan perlindungan umum, dan pelayanan sosial. 5. Sistem asosiasi kerelawanan voluntary association system . Termasuk institusi keagamaan dan kelompok- kelompok dukungan komunitas. 6. System pendukung afeksional affectional support system . Termasuk dalam bagian ini adalah jaringan pertolongan sebagian besar orang dimana dapat diperolehnya dengan beragam tingkatan. Setiap tipe masalah lingkungan berisi 3 hingga 11 sub tipe yang menggambarkan dan penjelasannya serta diberi kode dalam PIE Manual Karls and Wandrei, 1994a. 86 Contohnya, seorang kien melaporkan kurangnya perumahan dalam masyarakat mungkin dapat digambarkan sebagai sebuah system ekonomi kebutuhan dasar dengan penampungan;, ketiadaan shelter, tidak standar atau tidak sesuai shelternya; atau sebuah lingkungan yang tidak aman sebagai permasalahan sebuah system perlindungan dari kejahatan atau kriminalitas dalam lingkungan sekitar. Komponen kedua adalah keakutan setiap masalah pada dari skala 1 terendah hingga 6 tertinggi. Ketiga adalah durasi setiap masalah, dari skala 1 lima tahun hingga 6 dua minggu atau kurang. 3 Operasionalisai Faktor III Factor ini mendaftar permasalahan kesehatan mental dari klien dengan menggunakan DSM Axes I dan II berikut kodenya. Pekerja social mencatat gangguan klinis dan jika aplikabel, sumber diagnosisnya. 4 Operasionalsasi Faktor IV Factor ini mendaftar permasalahan kesehatan mental sebagaimana didiagnosis oleh ahli fisik dokter atau sebagaimana dilaporkan oleh klien. Untuk diagnosis resmi, ICD 10 atau DSM codes digunakan. Seorang wanita tua baru-baru ini mengalami kehilangan atas kematian suaminya dan teman-teman dekatnya. Dia tanpa keluarga atau teman, menderita arthritis akut, menunjukkan depresi klinis, serta ancaman pengurangan pelayanan dukungan panti karena perubahan kebijakan pemerintah. Terlihat dalam tabel 6 berikut; 87 Tabel 7 Temuan assessment dan Intervensi yang direkomendasikan Temuan assessment Intervensi yang Direkomendasikan Factor I 1 Masalah pasangan, Tipe Kehilangan, keakutan tinggi, durasi satu hingga lima tahun, kemampuan menghadapi yang tidak. Code: 1250.424 2 Masalah Peran teman, Tipe Kehilangan, akut tinggi, durasi satu hingga enam bulan, kemampuan menghadapi tidak tepat. Code: 2250.424 Grief counseling Widows support group Drief counseling Faktor II 1 Kesehatan, Perlindungan, Masalah Sistem Pelayanan Sosial, Pelayanan Sosial terancam hilang pelayanannya, akut tinggi, durasi dua hingga empat minggu. Code: 88305.45 2 Sistem Support Affectional, pemenuhan kebutuhan tidak tepat, akut tinggi, durasi satu hingga lima tahun. Penjelasan kebijakan lembaga Lakukan aksi perbaikan dengan administrasi atau badan pemerintah Mengembangkan kelompok dukungan sosial Faktor III Axis I DSM: Major Depression, single episode Axis II DSM: No Diagnosis Evaluasi ketepatan pengobatan psikotropika Faktor IV Arthritis laporan klien Rujuk ke evaluasi medis 88 5 PIE sebagai Tool Pengajaran PIE telah akui amat berguna dalam membantu para mahasiswa pekerjaan sosial memahami domain praktik pekerjaan sosial sehingga membedakan area keahlian pekerjaan sosial dengan profesi lainnya. Dan saat sebuah assessment komprehensif dan jelas merupakan dasar untuk perencanaan dan eksekusi intervensi, mahasiswa pekerjaan sosial belajar menggunakan PIE untuk melakukan assessment terhadap klien yang jelas dan understandable. Karena sistem secara esensial atheoretical tidak terlalu teoritis, memungkinkan pengajar menggunakan berbagai teori-teori casework atau teori-teori tingkahlaku yang dia yakini merupakan yang terbaik untuk membantu memahami dinamika kasus. 6 PIE dalam Penelitian Kebijakan dan Administrasi Tambahan data pada masalah interaksional, kesehatan mental, dan kesehatan fisik, sistem PIE dapat secara rutin membantu dalam pengumpulan informasi akan permasalahan dalam kebijakan dan institusi sosial masyarakatnya. Kombinasi data tersebut member peneliti kebijakan sosial atau administrator menjalankan assessmen permasalahan dalam sistem sosial masyarakat dan mengusulkan perbaikan. 7 Pencatatan dan Komputerisasi Pecatatan dan tabulasi data menemukan sebuah assessment seringkali sangat sulit dan tugas membosankan. Dengan pernyataan masalah yang distandarisasikan oleh para ahli, membuat assessment PIE mudah mencatat perbandingan sebagian besar system assessment . 89 4 ENGAGEMENT AND TOOL ASSESSMENT DALAM PERSPEKTIF PRAKTEK GENERALIST Dalam tulisan berikut akan dikemukakan langkah-langkah praktis dari suatu tahapan proses assessment pekerjaan sosial. Langkah-langkah berikut tentunya bukan merupakan tahapan kaku dan statis, tetapi lebih bersifat fleksibel yang penggunaannya dapat disesuaikan dengan konteks dan isu permasalahan. Artinya para pekerja sosial dapat mengembangkan dan membangun langkah-langkah kreatif sejauh itu fungsional dan bermanfaat bagi penyelesaian masalah, pengembangan potensi sumber dan penguatan kapasitas klien. Dengan demikian tahapan yang akan dituliskan disini merupakan salah satu saja dari sekian banyak tahapan yang dapat dikembangkan dalam praktek pekerjaan sosial. Kemudian tahapan berikut lebih bersifat generalis, artinya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan praktik mikro, meso dan makro. Proses atau tahapan kegiatan assessment tersebut dimulai dengan kegiatan engagement, yaitu suatu tahapan kegiatan penting yang seringkali diabaikan atau dianggap mudah. Pada bagian inilah kesan pertama klien terbangu terhadap pekerja sosial, jika kesan yang dibangun adalah anda sebagai orang yang ahli, hebat, serba tahu, dan serba bisa baik dalam ucapan maupun perilaku non verbalnya; maka sesungguhnya anda sedang membangun benteng yang tinggi dan kokoh yang membatasi komunikasi dan interaksi anda dengan klien. Namun sebaliknya jika anda sewajarnya bersikap ramah, terbuka dan jujur serta rendah hati dan 90 seterusnya sebagai semangat untuk membangun pertolongan; maka anda sedang membangun jembatan yang mulus, lancar dan kokoh untuk saling berkomunikasi dengan klien anda. Seringkali membangun hubungan yang ‘hangat’ dengan klien merupakan langkah pertama dan utama dalam menjamin keberhasilan proses pertolongan. A. ENGAGEMENT 1. Ucapkan salam kepada klien 2. Unjuk keterampilan menghadiri secara efektif a. Mengdengarkanmenyimak dengan cermat b. Lakukan kontak mata hati-hati dengan perbedaan budaya c. Fokus pada pemikiran dan perasaan klien gunakan pertanyaan terbuka d. Jika perlu gunakan silence e. Buat catatan informasi yang nampaknya perlu diingat 3. Bicarakan harapan-harapan lembaga atau klien 4. Tentukan jika lembaga atau kllien memerlukan pertolongan 5. Ajukan penawaran bantuan kepada klien 6. Orientasikan klien kepada proses pertolongan a. Klien perlu mengetahui aturan dan kondisi b. Negosiasi dengan klien seberapa sering sesi pertemuan, waktu dan tempat, serta total jumlah sesi. 7. Lengkapi kertas kerja yang diperlukan

B. ASSESSMENT