KARAKTERISTIK WAWANCARA ASSESSMENT DANWAWANCARA DALAM PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL.

105

B. KARAKTERISTIK WAWANCARA

Setiap intervensi yang dipakai seorang pekerja pelayanan manusia ---apakah membimbing seorang anggota masyarakat atau memobilisasi sebuah kelompok untuk kegiatan sosial--- membutuhkan wawancara. Agar dapat dipahami lebih mendalam, semua uasaha tersebut perlu dibangun secara terencana, dikomunikasikan secara hati-hati: berbicara dan mendengarkan, melakukan gerak tubuh nonverbal, atau menulis. 1 Sebuah Wawancara adalah Komunikasi Bertujuan Sebuah obrolan sosial tidak perlu memiliki sejumlah tujuan yang disadari. Saat kita sedang ngobrol secara kebetulan dengan teman, biasanya kita tidak memiliki agenda yang tetappasti tentang apa yang sedang kita perbincangkan. Perbincangan seringkali berjalan begitu saja dari satu topik pindah ke topik yang lain: bicara masalah cuaca, masalah pekerjaan, kuliah, perasaan-perasaan kita, nge-gosip-in teman kita, dan seterusnya. Sebuah wawancara, pada lain pihak, mempunyai suatu maksud dan tujuan tertentu. Seringkali yang terjadi adalah, seseorang datang kepada tenaga pengembangan masyarakat memohon bantuan untuk mengatasi atau mengurangi masalah-masalahnya, dan segala upaya dilakukan tenaga pengembangan masyarakat untuk mengupayakan tujuan tersebut. Atau tenaga pengembangan masyarakat mencari tahu seseorang atau lembaga yang dapat dijadikan sebagai sumber atau dukungan masyarakat untuk 106 membantu memberikan palayanan yang dibutuhkan oleh kelompok atau klien. Berikut terdapat beberapa contoh dari kegunaan wawancara yang sering dilakukan oleh tenaga pengembangan masyarakat: • Seorang manajer dari suatu Kantor Pelayanan Masyarakat menerima delapan orang pasien yang akan dibebaskan dari rumah sakit jiwa butuh untuk menyewa sebuah gedung dan ingin mengetahui secara khusus apakah tetangga sekitar apakah akan menentang kahadirannya. Manajer tersebut kemudian melakukan sejumlah wawancara kepada para penunggu toko dan beberapa orang yang menginap di gedung tersebut untuk mendengarkan sikap-sikap mereka. • Tenaga pengembangan masyarakat dalam sebuah pengelolaan rumah perawatan mengunjungi seorang lansia yang mengalami kesulitan memperoleh bantuan sembako, dan mengetahui pelayanan lainnya dan segala sesuatu yang ingin diketahuinya. • Seorang tenaga pendampingan dalam sebuah Badan Pelayanan Keluarga bertemu dengan seorang orangtua tunggal untuk menjelaskan bagaimana sebaiknya melakukan perawatan anak-anaknya dan melihat apakah ia memenuhi persyaratan keuangan yang cukup untuk hal tersebut. • Seorang tenaga pengembangan masyarakat dalam sebuah nursing home rumah pengasuhan berbicara dengan seorang wanita yang tidak seperti biasanya mengalami tekanan-tekanan untuk mencari jalan keluar kesulitan yang dialami wanita itu. 107 • Seorang koordinator kegiatan-kegiatan after school memanggil orangtua siswa untuk memberitahukan kepada mereka tentang Persatuan Orangtua Siswa POS akan makanan malam tambahan dan menanyakan hidangan makan malam apa yang sebaiknya dibawa, atau topik-topik apa saja yang akan dibicarakan. • A community school worker melakukan suatu survai “needs assessment” untuk melihat jenis-jenis kegiatan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sementara itu wawancara penelitian adalah sebuah wawancara pertolongan dalam waktu yang panjang, sejak hasil penyidikan mungkin membantu orang, jenis ini bukan merupakan sebuah wawancara pelayanan langsung direct service , meskipun begitu banyak keterampilan yang kita bicarakan dapat diterapkan untuk wawancara penelitian. 2 Sebuah wawancara mempunyai fokus dan struktur Perbedaan lainnya antara perbincangan dengan sebuah wawancara adalah bahwa masing-masing orang mengharapkan dalam sebuah perbincangan memperoleh kesempatan perhatian yang sama, sementara sebuah wawancara terfokus pada upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan klien. Jika seorang teman berbicara tanpa henti mengenai masalahnya dan kita mungkin mendengarkannya tanpa perhatian yang penuh, kita mungkin akan merasa tidah diacuhkan dan mungkin akan marah. Dalam sebuah wawancara, bagaimanapun, sebagian besar keterampilan 108 pewawancara terdiri dari pengetahuan mengenai kapan sebaiknya diam dalam rangka mendorong terwawancara menceritakan apa yang ada dalam pikirannyaperasaannya. Pewawancara pada prinsipnya bertanggungjawan untuk mempertahankan sebuah wawancara yang terfokus. Sebuah perbincangan dan sebuah wawancara juga berbeda dalam strukturnya. Sebuah perbincangan dapat menjadi lebih menyenangkan saat melantur bertele-tele tanpa akhir, tetapi bertele-betele melantur dan wawancara tidak terstruktur mungkin sebaiknya tidak dipergunakan dan bisa menimbulkan perasaan frustasi yang mendalam. Sebuah wawancara seharusnya terencana dan terfokus pada keterkaitan isyupermasalahan, meskipun tentunya didalam wawancara selalu terdapat kehangatan dan sedikit perbincangan ringan yanga membuat kedua belah pihak merasa nyaman. 3 Sebuah wawancara memerlukan keterampilan tertentu Pada akhirnya, perbincangan dan wawancara berbeda dalam tingkat keterampilan yang dibutuhkan untuk kedua kegiatan tersebut. Adalah benar bahwa manusia mempunyai beragam keterampilan yang mengangumkan dalam hubungan interpersonalnya, dan dengan demikian terdapat sejumlah orang yang melakukannya secara lebih kreatif daripada yang lain. Sejauh kita dapat memahami dari diri kita sendiri, banyak dari kita tidak pernah berpikir bahwa kita harus melatih diri sendiri untuk melakukan perbincangan sosial. Dalam rangka menjadi pewawancara yang terampil, bagaimanapun, kita perlu mempelajari secara lebih mendalam bagaimana manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. Kita perlu memperhitungkan atau memperkirakan isyarat 109 perilaku-perilaku: untuk mendengarkan dengan hati-hati tidak hanya kata-katanya tetapi juga bayangan dan nuansa dari bunyi nada, titik nada dan volume suara; dan mengkomunikasikan pemahaman kita tentang apa yang kita lihat dan dengar dengan cara yang mudah dipahami jelas dan sadar bahwa kita sungguh-sungguh memperhatikan orang tersebut.

C. DEFINISI WAWANCARA