DEFINISI WAWANCARA ASSESSMENT DANWAWANCARA DALAM PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL.

109 perilaku-perilaku: untuk mendengarkan dengan hati-hati tidak hanya kata-katanya tetapi juga bayangan dan nuansa dari bunyi nada, titik nada dan volume suara; dan mengkomunikasikan pemahaman kita tentang apa yang kita lihat dan dengar dengan cara yang mudah dipahami jelas dan sadar bahwa kita sungguh-sungguh memperhatikan orang tersebut.

C. DEFINISI WAWANCARA

Keistimewaan yang membedakan sebuah wawancara pelayanan manusia dengan perbincangan sosial akan membantu kita memahami definisi secara lebih mendalam. Ringkasnya, sebuah wawancara pelayanan manusia adalah suatu interaksi antar orang yang memiliki suatu rencana, maksud, struktur, dan tujuan yang disadari serta memerlukan keterampilan komunikasi tertentu. Sebagai salah satu keragaman dari komunikasi interpersonal secara verbal dan non-verbal, wawancara merupakan suatu bentuk yang khusus dengan keunikan karakteristiknya yang berbeda. Sebuah wawancara dapat dibedakan berdasarkan tiga karakteristiknya : 1. menurut maksud dan tujuansasarannya; 2. struktur formal dengan peranan, waktu, dan lokasi yang memaksa mendesakdarurat; dan 3. orientasi proses dan perkembangan. 110 1 Tiga Jenis Wawancara Pekerjaan Sosial Berdasarkan tujuannya sebagian besar wawancara pekerjaan sosial dapat diklasifikasikan sebagai upaya-upaya mencari informasi untuk membuat studi kasus atau sejarah sosial, diagnostik untuk mencapai penaksiran tertentu, atau terapis untuk membantu perubahan klien. Seringkali, terjadi tumpang-tindih diantara ketiga tipe tersebut. Sebagai contoh, seorang tenaga pengembangan masyarakat perlindungan dalam awal wawancaranya dengan sepasang suami istri yang diduga melakukan tindak kekerasan kepada anak-anak biasanya akan memperoleh latar belakang informasi mengenai anggota-anggota keluarganya, dan mencari hingga memperkirakan kemungkinan apakah penyiksaan terhadap anak telah terjadi. Jika penyiksaan itu terjadi, tenaga pengembangan masyarakat mungkin juga akan mulai memberikan pertolongan keluarga untuk mengakhiri tindakan penyiksaan selanjutnya. Terdapat tiga wawancara, yang saling tumpang-tindih, yang berbeda dalam cara strukturnya dan perlakuanya. Wawancara Informasional atau Sejarah Sosial Wawancara informasional dirancang untuk memperoleh latarbelakang atau bahan sejarah kehidupan berkaitan dengan seseorang atau masalah sosial yang dihadapi oleh klien. Maksudnya bukan untuk mempelajari keseluruhannya tetapi untuk mengetahui mengenai latarbelakang anggota masyarakatyang akan memungkinkan tenaga pengembangan masyarakat atau badan sosial dapat memahami dengan lebih 111 baik kliennya sehingga keputusan dapat segera dibuat tentang jenis pelayanan apa yang seharusnya tersedia. Informasi seharusnya berisiskan fakta objektif dan perasaan serta sikap- sikap subjektif. Orang yang diwawancarai atau dihubungi termasuk di dalamnya klien, atau mungkin juga orangtuanya, teman-temannya, sanak-famili, pekerja-pekerjanya, dan atau lembaga-lembaga yang pernah berhubungan dengan klien, seperti halnya badan-badan pelayanan sosial, kepolisian, atau sekolahnya. Informasi yang spesisfik yang diinginkan dengan beragam sejarah sosial semisal dari suatu lembaga ke lembaga sosial tertentu. Suatu badan pelayanan adopsi misalkan, ingin mengetahui lebih mendalam mengenai cara pengsuhan anak dari orang tua yang cukup potensial menjadi orang tua asuh sebagai bahan perbandingan dengan sebuah sheltered workshop , yang mungkin ingin lebih mengetahui secara spesifik kemampuan dari anggota masyarakatpotensialnya. Sebuah sejarah sosial biasanya berupa lembaran informasi mis: nama, umur, pekerjaan, dan seterusnya dan kemudian informasi mengenai ajuan pertanyaan atau masalah, awalnya perkembangan dan pengalaman di masa kecil, latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan sekolah, masa pacaran dan perkawinan, pengalaman bekerja, hubungan dengan badanlembaga sosial, dan kesan-kesan umum lainnya. Objek- objek pertanyaan dan format dari sejarah sosial sangat beragam dari lembaga dengan lembaga lainnya. Sejumlah contoh mengenai wawancara studi sosial akan disebutkan. Seorang tenaga pengembangan masyarakat pada sebuah rumah sakit mental mungkin mencari informasi mengenai latarbelakang sesuatu untuk memahami permasalahan dan keberfungsian sosial dari seorang pasien. Petugas probasi mungkin akan meminta melakukan 112 penyidikan sosial untuk mebrikan arahan kepada pengadilan yang sedang menangani sebuah kasus dari seseorang yang dituduh melakukan tindak kejatahan yang sangat kejam. Seorang pekerja sosia yang bekerja dalam suatu dewan pengembangan masyarakat mungkin akan melakukan wawancara dalam suatu permasalahan lingkungan yang beragam untuk mengidentifikasikan apa yang sebenarnya kebutuhan yang paling utama untuk segera dipenuhi oleh penduduk setempat. Seorang tenaga pengembangan masyarakat pada sebuah rumah perawatan muungkin akan membuat sebuah sejarah sosial pada seorang penghuni baru untuk memperoleh informasi permalahan-permasalahan sosial dan individu yang sedang dialami, dan khusunya berkaitan dengan minat-minat penghuni sehingga penghuni tersebut dapat memahami secara lebih baik. Wawancara Diagnostik Wawancara penaksiran atau pembuatan keputusan secara umum lebih terfokus dalam upaya maksud tertentu daripada wawancara studi sosial. Wawancara diagnostik pada dasarnya berbeda dengan wawancara informasional bahwa di adalam mengajukan pertanyaan dalam wawancara diagnostik lebih terfokus pada pembuatan keputusan-keputusan khusus mengenai pelayanan manusia. Berikut contoh-contohnya. Seorang Tenaga pengembangan masyarakat Perlindungan Anak menyelidiki seorang anak yang mengadukan suatu perlakuan penyiksaan untuk membuat keputusan apakah penganiyaan tersebut terjadi. Seorang Tenaga pengembangan masyarakat Bantuan Masyarakat mewawancarai seorang wanita yang hamil sebelum menikah untuk menentukan 113 kelaikan mendapatkan bantuan pelayanan. Seorang Konselor Bimbingan Pekerjaan mewawancarai seorang anggota masyarakatcacat mental untuk menentukan kelaikan memperoleh sejumlah pelayanan termasuk bantuan keuangan, latihan kerja, dan mengikutertakannya dalam ruang bengkel kerja. Seorang Tenaga pengembangan masyarakat pada sebuah Penyediaan Fasilitas Rumah Tinggal Bagi Masyarakat Tidak Mampu Mambangun mewawanca orang tua dari seorang anak yang mengalami ‘keterbelakangan mental’ yang sangat terbelakang dan parah untuk mengetahui informasi pembuatan keputusan yang akan digunakan oleh Komite Perijinan Pusat untuk menentukan apakah anak tersebut diijinkan tinggal. Seorang Pemimpin dari suatu Kelompok KerjaBelajar Anak-Anak mewawancara seorang pemuda yang sedang menjalani masa bimbingan probation karena akibat bertengkar hebat dengan kedua orangtuanya untuk menentukan jika seandainya pemuda tersebut akan memperoleh manfaat dari kelompok KerjaBelajar, atau mungkin perlu ditempatkan di sekolah anak-anak nakal. Wawancara Terapis therapeutic Tujuan dari wawancara terapis adalah untuk membantu anggota masyarakatmelakukan perubahan, atau mengubah lingkungan sosial untuk membantu fungsi-fungsi anggota masyarakatagar lebih baik, atau keduanya. Contoh tipe pertama berikut ini. Seorang yang mungkin secara malu-malu ingin dibimbing bagaimana caranya agar perilakunya bisa lebih ‘assertive’. Seorang anggota masyarakatyang mengalami depresi, atau merasa kesepian, atau seseorang yang ingin 114 bunuh diri mungkin memerlukan bimbingan untuk mengatasi masalah-masalahnya secara lebih baik. Seorang anggota masyarakatyang sedang menjalani masa pembebasan bersyarat mungkin perlu dibimbing tentang bagaimana melakukan atau memperoleh pekerjaan. Sepasang suami-istri yang mengalami masalah perkawinan mungkin perlu dibimbing tentang bagaimana berkomunikasi dan mengatasi masalah mereka secara lebih baik. Sepasang suami-istri yang baru menikah yang suaminya mengalami penderitaan karena mengalami ejakulasi dini mungkin perlu dibimbing be counseled untuk mengatasi suatu ketidakfungsian. Belliveau and Richter, 1970. Sepasang suami istri yang mengalami masalah disiplin anak-anak mereka mungkin perlu memperoleh sesi-sesi instruksional melalui Pelatihan Teknik- teknik menjadi Orangtua yang Efektif Gordon, 1970. Wawancara penyembuhan therapeutic lainnya mungkin digunakan untuk melakukan perubahan-perubahan dalam lingkungan sosial dalam rangka memfasilitasi keberfungsian sosial klien. Wawancara terapis adalah yang paling banyak dipergunakan dalam praktek pekerjaan sosial, dan selanjutnya jenis ini akan merupakan fokus dalam tulisan ini. 2 Elemen-Elemen Penting Wawancara Maksudtujuan, fokus, struktur dan keahlian makin membentuk suatu wawancara. Faktor-faktor lain yang mendukung berjalannya wawancara termasuk : • lokasi wawancara the setting 115 • sifat-sifat istimewa kepribadian, harapan-harapan, latarbelakang budaya, dan gaya pewawancara. • harapan-harapan, kepribadian, dan latar belakang budaya dari terwawancara. • dukungan badan pelayanan. • sikap-sikap dan nilai-nilai pertolongan kemanusiaan Kesemuanya tersebut adalah saling terkait-berhubungan dan saling berpengaruh satu sama lainnya. Kita dapat memisahnya untuk kepentingan diskusi, tetapi perlu diiingat saat membacanya bahwa dalam prakteknya tidak ada salah satu faktor pun yang benar-benar dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Sebagaimana diketahui dalam tahapan wawancara praktek pekerjaan sosial terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap tengah dan tahap akhir Dalam tahap awal, merupakan tahap untuk membangun keakraan hubungan antara pewawancaa dan terwawancara. Kemampuan berempati, sebagai kemampuan memahami orang lain dari kerangka berfikir orang tersebut, sangat mendasari keberhasilan hubungan pertolongan dan harus terlebih dahulu dibangun sebagai tahap awal pertolongan. Pada tahap ini pewawancara dan terwawancara saling membangun keercayaan, dan pewawancara berupaya mendorongmendukung terwawancara untuk mengungkap persoalan dan memperoleh sebanyak mungkin informasi serta juga mengungkap sebanyak mungkin perasaan. 116 Tahap eksplorasi ini memungkinkan pewawancara dan terwawancara untuk menentukan secara bersama tujuan dan sasaran pertolongan dan dengan demikian dapat mengarahkan hubungan pertolongan. Keterampilan dalam rangka relationship-building pada rangorang per orang merupakan keterampilan dasar yang dapat digunakan dalam berbagai situasi dan berbagai orang. Tahap kedua adalah tahap proses pertolongan atau tahap tengah, yang terdiri dari kegiatan-kegiatan: perencanaan strategis, implementasi dan evaluasi, yang selanjutnya mengarah pada terminasi dan tidak lanjut tahap akhir wawancara. Pada tahap ini keberhasilan suatu proses sangat tergantung pada bagaimana komunikasi yang efektif dibangun dalam suatu hubungan pertolongan yang positif pada tahap pertama.

D. MODEL KONSELING RELASIONAL