Pengertian Pembelajaran Matematika Pengertian Matematika

alternatif, karena dengan istilah itu menunjukkan keaktifan peran siswa mengkontruksi pengetahuan mereka. Konsep yang diangap “salah” tersebut dalam hal dapat membantu orang dalam memecahkan persoalan hidup mereka. Dari jenis miskonsepsi yang paling banyak terjadi, bukan pengertian yang salah selama proses belajar mengajar, tetapi suatu konsep awal prakonsepsi yang dibawa siswa ke kelas formal. Secara garis besar langkah-langkah yang digunakan untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi : 1 Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukkan siswa, 2 Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi tersebut, 3 Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi. Tabel 2.1 Penyebab miskonsepsi siswa Suparno, 2005: 29 Sebab Utama Sebab Khusus Siswa 1. Prakonsepsi 2. Pemikiran asosiatif 3. Pemikiran humanistik 4. Reasoning yang tidak lengkap salah 5. Intuisi yang salah 6. Tahap perkembangam kognitif siswa 7. Kemampuan siswa 8. Minat belajar siswa Guru pengajar 1. Tidak mengusai bahan, tidak kompeten 2. Bukan lulusan dari bidang Matematika fisika 3. Tidak membiarkan siswa mengungkapkan gagasan ide 4. Realisasi guru-siswa tidak baik Buku teks 1. Penjelasan keliru 2. Salah tulis, terutama dalam rumus 3. Tingkat kesulitan penulisan buku terlalu tinggi bagi siswa 4. Siswa tidak tahu membaca buku teks Konteks 1. Pengalaman siswa 2. Bahasa sehari-hari berbeda 3. Teman diskusi yang salah 4. Keyakinan dan agama 5. Penjelasan orang tua orang lain yang keliru 6. Konteks hidup siswa TV, radio, filem yang keliru 7. Perasaan senang tidak senang; bebas atau tertekan Cara Mengajar 1. Hanya berisi ceramah dan menulis 2. Langsung ke dalam bentuk Matematika 3. Tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa 4. Tidak mengkoreksi PR yang salah 5. Model analogi 6. Model praktikum 7. Model diskusi 8. Model demontrasi yang sempit 9. Non-multiple intelligences Tabel 2.2 Kiat mengatasi miskonsepsi Suparno, 2005: 55 Sebab Utama Sebab Khusus Kiat Mengatasi Siswa 1. Prakonsepsi 1. Dihadapkan pada kenyataan 2. Pemikiran asosiatif 3. Pemikiran humanistik 4. Reasoning tidak lengkap 5. Intuisi yang salah 6. Perkembanga n kognitif siswa 7. Kemampuan siswa 8. Minat belajar siswa 2. Dihadapkan pada kenyataan dan peristiwa anomali 3. Dihadapkan pada kenyataan dan anomali 4. Dilengkapi: dihadapkan pada kenyataan 5. Dihadapkan pada kenyataan:anomali :rasionalitas 6. Diajar sesuai level perkembangan mulai dengan yang konkret, baru kemudian yang abstrak 7. Dibantu secara pelan-pelan, proses 8. Motivasi, kegunaan fisika Matematika, variasi pembelajaran GuruPe ngajar 1. Tidak menguasai bahan, tidak memberi waktu siswa untuk mengungkap kan gagasan 2. Realisasi guru-siswa jelek 1. Belajar lagi, lulusan bidang fisika Matematika, memberi waktu siswa untuk mengungkapkan gagasan secara lisan atau tertulis 2. Relasi yang enak, akrab, humor Buku Teks 1. Penjelasan keliru 2. Salah tulis 3. Level kesulitan 1. Dikoreksi dan dibenarkan 2. Dikoreksi secara teliti 3. Disesuaikan dengan level siswa tulisan 4. Siswa tidak tahu menggunaka n buku teks 4. Dilatih oleh guru cara menggunakan teks, dibenarkan dan dikoreksi Konteks 1. Pengalaman siswa keliru 2. Bahasa sehari-hari berbeda 3. Teman diskusi keliru 1. Dihadapkan pada pengalaman baru sesuai konsep fisika Matematika 2. Dijelaskan perbedanya dengan contoh-contoh 3. Mengungkapkan hasil dan dikeritisi guru Cara mengajar 1. Hanya ceramah dan menulis 2. Langsung ke bentuk Matematika 3. Tidak mengungkap kan miskonsepsi siswa 4. PR tidak dikoreksi 5. Model analogi 6. Model praktikum 7. Model diskusi 8. Non multiple inteligen-ces 1. Variasi, dirangsang dengan pertanyaan 2. Mulai dengan gejala nyata baru rumus 3. Guru memberi kesempatan siswa mengungkapkan gagasan 4. Dikoreksi cepat dan ditunjukan salahnya 5. Ditunjukkan kemungkinan yang salah konsep 6. Diungkapkan hasilnya dan dikomentari 7. Diungkapkan hasilnya dan dikomentari 8. Multiple intelligences