Musik memiliki fungsi dalam melambangkan suatu hal. Hal ini dapat dilihat dari aspek-aspek musik tersebut, misalmya tempo sebuah musik. Jika
tempo sebuah musik lambat, maka kebanyakan teksnya menceritakan hal-hal yang menyedihkan. Sehingga musik itu melambangkan akan kesedihan.
f Fungsi Reaksi Jasmani
Jika sebuah musik dimainkan, musik itu dapat merangsang sel-sel saraf manusia sehingga menyebabkan tubuh kita bergerak mengikuti irama musik
tersebut. Jika musiknya cepat maka gerakan kita cepat, demikian juga sebaliknya. g
Fungsi yang Berkaitan dengan Norma Sosial Musik berfungsi sebagai media pengajaran akan norma-norma atau
peraturan-peraturan. Penyampaian kebanyakan melalui teks-teks nyanyian yang
berisi aturan-aturan.
h Fungsi Pengesahan Lembaga Sosial
Fungsi musik berarti bahwa sebuah musik memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu upacara. Musik merupakan salah satu unsur yang penting dan
menjadi bagian dalam upacara, bukan hanya sebagai pengiring. i
Fungsi Kesinambungan Budaya Fungsi ini hampir sama dengan fungsi yang berkaitan dengan norma
sosial. Dalam hal ini musik berisi tentang ajaran-ajaran untuk meneruskan sebuah
sistem dalam kebudayaan terhadap generasi selanjutnya.
j Fungsi Pengintegrasian Masyarakat
Musik memiliki fungsi dalam pengintegrasian masyarakat. Suatu musik jika dimainkan secara bersama-sama maka tanpa disadari musik tersebut
menimbulkan rasa kebersamaan di antara pemain atau penikmat musik itu.
1.6.4 Pragmatik
Pragmatik Pragmatics adalah sebuah kajian pemaknaan yang muncul dalam penggunaan bahasa. Pragmatik adalah kajian tentang makna yang
disampaikan oleh pembicara, dalam hal ini penulis lirik, dan diintepretasikan oleh pendengar atau dalam hal ini penikmat lagu. Dengan kata lain, kajian pragmatik
mecakup makna yang dikomunikasikan oleh pemakai bahasa. Dalam hal ini, makna yang disampaikan oleh penulis lirik melebihi makna yang tersurat dalam
lirik, namun lebih mengacu kepada makna yang tersirat dalam lirik itu sendiri. Menurut pandangan berbagai pakar, pragmatik memiliki definisi yang
berbeda-beda. Menurut Leech 1993: 32 “Pragmatik merupakan studi tentang
makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar atau speech situations .”
Lubis 1993: 4 menambahkan bahwa bahasa merupakan gejala sosial dan pemakaiannya banyak ditentukan oleh faktor-faktor nonlinguistik. Faktor
linguistik seperti kata-kata maupun kalimat-kalimat saja belum cukup untuk melancarkan sebuah komunikasi.
Levinson dalam Tarigan, 1990: 33 mengatakan bahwa pragmatik merupakan telaah mengenai relasi antara bahasa dengan konteks yang merupakan
dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa. Dengan kata lain, pragmatik adalah telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa, menghubungkan
serta menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat. Wijana 1996: 14 mengatakan bahwa pragmatik menganalisis tuturan, baik tuturan
panjang, satu kata maupun injeksi. Ia menambahkan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu
bagaimana suatu kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi. Pendapat lain dikemukakan oleh Gunarwan dalam Rustono, 1999: 4 bahwa pragmatik adalah
bidang linguistik yang mengkaji hubungan timbal-balik fungsi ujaran dan bentuk struktur kalimat yang mengungkapkan ujaran.
Dalam pragmatik, pengkajian bahasa tidak hanya didasarkan pada struktural saja, namun juga dari penggunaan bahasanya. Wijana 1996: 14
menyatakan bahwa pragmatik menganalisis tuturan, baik tuturan panjang, satu kata atau injeksi. Ia juga menyatakan bahwa pragmatik sebagai cabang ilmu
bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana suatu kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi.
Penerapan pragmatik dapat dilakukan dengan menganalisis bentuk-bentuk penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tulisan yang berbentuk tuturan. Yule
1996:3 menyebutkan empat definisi pragmatik, yaitu a bidang yang mengkaji makna pembicara, b bidang yang mengkaji makna menurut konteksnya, c
bidang yang melebihi kajian tentang makna yang diujarkan, mengkaji makna yang dikomunikasikan atau terkomunikasikan oleh pembicara, dan d bidang yang
mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan tertentu.
Dari beberapa pengertian tentang pragmatik di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mengkaji segala aspek
makna tuturan berdasarkan maksud penutur, yang dihubungkan dengan konteks bahasa maupun nonbahasa. Dalam hal ini, konteks sangat mempengaruhi makna
dalam satuan bahasa, mulai dari kata sampai dengan wacana.
1.6.5 Tindak Tutur dan Jenis-jenis Tindak Tutur
1.6.5.1 Tindak Tutur
Menurut The Concise Oxford Dictionary of Linguistics, tindak tutur speech act adalah ucapan yang dipahami sebagai tindakan yang dilakukan oleh
penutur. Teori tentang tindak tutur awalnya diperkenalkan oleh J. L. Austin. Kemudian teori itu diperkenalkan kembali setelah Searle menerbitkan sebuah
buku yang berjudul Speech Act: An Eassy in The Philosophy of Language pada tahun 1969.
Leech 1993: 5-6 menyatakan bahwa pragmatik mempelajari tentang maksud ujaran, yaitu untuk apa ujaran tersebut dilakukan, menanyakan apa yang
dimaksud oleh sesorang dengan suatu tindak tutur, dan mengaitkan makna dengan siapa berbicara kepada siapa, di mana, dan bagaimana. Tindak tutur merupakan
sentral dari pragmatik, dan merupakan dasar bagi analisis topik-topik lain di bidang ini, seperti pra-anggapan, perikutan, implikatur percakapan, prinsip kerja
sama, serta prinsip kesantunan. Menurut Austin dalam Leech, 1993: 280, semua tuturan adalah sebuah
bentuk tindakan dan tidak sekedar sesuatu tentang dunia tindak ujar atau tutur