Latar Belakang masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang masalah

Pendidikan adalah sebuah persoalan yang khas dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, pendidikan dapat diartikan dari sudut padang yang luas yakni segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui suatu hal yang ingin diketahui. Selain itu, pendidikan juga dapat diartikan dengan pendekatan dalam arti sempit, yaitu seluruh kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di dalam lembaga pendidikan sekolah Suhartono, 2009: 43-46. Pendidikan yang baik, idealnya dapat memberikan pembelajaran yang efisien, sehingga tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat tercapai. Dalam sistem pendidikan, belajar merupakan hal pokok dan utama . Belajar dapat kita lihat sebagai suatu fenomena alamiah yang terjadi dalam kehidupan setiap insan. Belajar tidak hanya berlangsung didalam bangku sekolah, dalam kehidupan sehari-hari pun, manusia selalu belajar. Sejak lahir, manusia belajar, belajar untuk melihat, mendengar, membau, meraba, dan mengecap. Sejak awal manusia memang belajar dengan suatu pengalaman yang utuh, dan tidak terpisahkan. Oleh karena itu, pendidikan yang ada di bangku sekolah, khususnya sekolah dasar, hendaknya menggunakan perangkat pembelajaran yang memuat suatu pengalaman yang utuh dan tak terpisahkan, sehingga dalam prosesnya peserta didik mampu menyerap pengalaman belajar dengan baik. karena melalui 2 pengalaman belajar yang baik, pengetahuan yang di dapatkan oleh peserta didik dapat bertahan lebih lama. Perangkat pembelajaran merupakan bagian yang penting didalam kurikulum. Menurut Poerwati dan Amri 2013: 150 Perangkat pembelajaran meliputi : Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. Silabus sebagai acuan pengembangan RPP diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang berlangsung secara interaktif, inspiratif, dan menyenangkan, serta memberikan ruang bagi kreativitas dan kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat, serta perkembangan fisik dan psikologisnya. Perangkat pembelajaran dikembangkan sesuai dengan kurikulum yang sedang digunakan dalam suatu satuan pendidikan. Pemerintah mengharapkan adanya suatu pembelajaran yang efisien. Pembelajaran yang efisien tentunya membutuhkan perencanaan yang baik, sehingga tujuan dari pendidikan dapat tercapai. Oleh karena itu pemerintah mengadakan kurikulum 2013. Dimana kurikulum 2013 ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Perencanaan pembelajaran dapat diwujudkan dengan penyusunan perangkat pembelajaran yang sering disebut dengan rancana pelaksanaan pembelajaran tematik harian RPPTH. Dalam kurikulum 2013, RPPTH harus dibuat oleh pendidik sebelum melaksanakan pembelajaran, agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat tercapai dengan baik, sistematis, dan efisien. RPPTH juga dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan mutu pembelajaran, karena RPPTH membantu pendidik untuk mengetahui sekenario pembelajaran, sehingga materi pembelajaran dapat tersampaikan semua, tanpa ada 3 yang terlewatkan. Peningkatan mutu pembelajaran dalam kurikulum pendidikan dirasakan sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan, khususnya sekolah dasar. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan di dunia pendidikan harus secara berkelanjutan, agar sesuai dengan ranah kehidupan yang up to date, hal ini mencerminkan sifat dasar kurikulum yang dinamis dan harus menyesuaikan dengan perkembagan jaman dan ilmu pengetahuan. Kurikulum SD 2013 merupakan kurikulum yang baru-baru ini diterapkan di Indonesia. Kurikulum ini memuat peoses pembelajaran yang secara utuh dapat diajarkan kepada peserta didik. Oleh karena kurikulum SD 2013 ini baru diterapkan di Indonesia, maka tak jarang guru-guru sekolah dasar masih mengalami beberapa kesulitan dalam pembuatan perencanaan pembelajaran, sekaligus penerapan pembelajarannya didalam kelas. Beberapa alasan dan bahan pertimbangan, mengapa KTSP berubah menjadi kurikulum 2013, alasan tersebut di kemukakan oleh Hidayat 2013: 12, diantaranya adalah: 1 perubahan proses pembelajaran dari peserta didik yang diberi tahu, menjadi peserta didik yang mencari tahu proses penilaiannya juga berubah, dari penilaian berbasis output menjadi penilaian berbasis proses dan output yang memerlukan penambahan jam pelajaran; 2 Kecenderungan banyak Negara yang menambah jam pelajaran; 3 Perbandingan dengan Negara-negara lain, bahwa jam pelajaran di Indonesia lebih singkat; 4 pembelajaran di Finlandia relatif singkat, karena didukung dengan pembelajaran tutorial. Selain itu, pergeseran paradigma belajar abad ke-21, juga menjadi alasan pengembanganpenyempurnaan KTSP. Tema pengembangan kurikulum 2013 4 adalah dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan Hidayat, 2013: 122. Kurikulum 2013 juga diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk mampu lebih baik dalam melakukan obeservasi, bertanya, bernalar, dan mempresentasikan, apa yang telah mereka peroleh. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu A.I., guru kelas I SD Kristen Kalam Kudus, Yogyakarta, pada hari Senin, tanggal 21 April 2014, pukul 07.30- 08.40 WIB, diperoleh informasi bahwa guru tersebut membutuhkan perangkat pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian RPPTH yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Menurut beliau kurikulum 2013 adalah sebuah penyempurnaan dari KTSP. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang sangat baik untuk diterapkan dalam kelas, karena peserta didik tidak merasakan adanya perbedaan dalam setiap muatan pelajaran, dan keobyektifan penilaian sangat membantu dalam menilai karakeristik peserta didik. Kesulitan yang beliau hadapi adalah ketika harus membuat RPPTH yang harus menyesuaikan dengan latar belakang dan karakteristik peserta didik yang berbeda-beda. Selain itu, beliau juga mengalami kesulitan dalam beberapa hal, yang pertama adalah pengembangan kriteria penilaian, karena di sini beliau di tuntut untuk memberikan kriteria yang lebih tinggi setiap harinya. Kesulitan yang kedua adalah RPP yang disusun setiap hari, dengan rincian RPP yang begitu rumit, dan waktu yang terbatas, beliau merasa kesulitan. Yang ketiga adalah penilaian, beliau merasa sangat kuwalahan ketika beliau harus mengajar sekaligus menilai peserta didik satu persatu, beliau berharap bahwa dalam 1 kelas, 5 setidaknya ada 2 pengampu, agar penilaian terasa lebih mudah. Selain itu, kesulitan yang mendasar adalah ketika beliau harus menyatukan kurikulum SD 2013 dengan kurikulum sekolah yang menggunakan kurikulum Bible Base. Berdasarkan fakta tersebut, peneliti akan membantu guru tersebut dengan membuat perangkat pembelajaran yang meliputi : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian RPPTH beserta lampirannya yang terdiri dari materi ajar dan LKS, media pembelajaran, Instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci jawaban serta tugas dan rubrik penilaian berupa rencana pelaksanaan pembelajaran tematik harian RPPTH.

1.2. Rumusan Masalah