Penguatan Pendidikan karakter dan kemampuan berpikir tingkat

dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran 3. Pemisahan antara mata pelajaran pembentukan sikap, pembentukan keterampilan, dan pembentukan pengetahuan Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan 4. Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai 5. Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah Semua mata pelajaran diikat oleh Kompetensi Inti tiap kelas Pola penyempurnaan kurikulum dapat berjalan selaras apabila mempertimbangkan faktor perubahan pasa kurikulum. Faktor perubahan kurikulum salah satunya adalah penguatan tata kelola kurikulum. Pelaksanaan kurikulum menempatkan kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum SD 2013 untuk SDMI diubah dan disesuaikan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP. Oleh karena itu dalam Kurikulum SD 2013 dilakukan penguatan dalam tata kelola seperti tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif yaitu guru harus mampu bekerjasama satu dengan yang lainnya dalam menciptakan pembelajaran yang baru.

2.1.3. Penguatan Pendidikan karakter dan kemampuan berpikir tingkat

tinggi 2.1.3.1 Penguatan pendidikan karakter Pendidikan adalah sebuah persoalan yang khas dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, pendidikan dapat diartikan dari sudut padang yang luas yakni segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan sesuatu hal yang telah diketahui. Selain itu, pendidikan juga dapat diartikan dengan pendekatan dalam arti sempit, yaitu seluruh kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di dalam lembaga pendidikan sekolah Suhartono, 2009: 43- 46. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI 2011: 213 karakter dapat diartikan sebagai sifat-sifat khas yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Karakter merupakan serangkaian pemikiran cognitive, perasaan affectives, dan perilaku behaviors yang sudah menjadi kebiasaan habits menurut Zuchdi,dkk 2012: 16. Pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan karakter yang baik good character, dan berlandaskan kebijakan inti core virtues yang secara objektif baik bagi individu maupun dalam masyarakat Saptono, 2011: 23.

2.1.3.2 Kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Pada kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran untuk semua jenjang pendidikan, dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah, dimana proses pembelajaran harus mencakup tiga ranah domain Bloom dalam Rusman 2013: 171-172, yaitu: 1 Ranah kognitif yang menekankan pada aspek intelektual dan memiliki jenjang dari yang rendah sampai yang tinggi. 2 Ranah afektif yang menekankan pada sikap, perasaan, emosi, dan karakteristik moral yang diperlukan siswa dalam kehidupan bermasyarakat. 3 Ranah psikomotor yang menekankan pada kecakapan fisik, yang dapat berupa gerakan atau keterampilan fisik siswa. Taksonomi Bloom memuat dimensi proses kognitif mulai dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi yaitu, 1 Tahap mengingat; 2 Tahap memahami; 3 Tahap menerapkan; 4 Tahap menganalisis; 5 Tahap mengevaluasi; 6 Tahap mencipta. Kemampuan berfikir Taksonomi Bloom dapat digambarkan sebagai berikut: 2.1 Gambar taksonomi Bloom revisi Tingkatan taksonomi Bloom diatas dapat dijabarkan satu persatu sebagai berikut: 1 Mengingat : pada tahapan ini siswa diharapkan mampu mengingat pelajaran yang telah mereka ikuti. 2 Memahami : dengan mengingat, siswa tidak lantas dapat memahami apa yang mereka pelajari, oleh karena itu pemahaman amatah penting untuk pencapaian sebuah pembelajaran dalam taksonomi Bloom. 3 Menerapkan : ingatan ataupun pemahaman siswa, dapat lebih tajam lagi jika siswa diajak untuk mencoba menerapkan pemahaman tersebut. 4 Menganalisis : pada tahapan ini, siswa diajak untuk mencari tahu kebenaran dari pembelajaran yang didapatkan dengan melakukan analisis. 5 Mengevaluasi : pada tahap ini siswa diharapkan mampu mengevaluasi hasil analisis yang telah dilaksanakannya. 6 Mencipta : jika siswa dapat melakukan ke lima tahapan diatas, maka siswa akan mampu menciptakan sesuatu dari hasil belajarnya. Taksonomi Bloom dalam Anderson 2010: 43 memuat dimensi proses kognitif. Pada tahap mengingat dapat dikatakan dengan mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang. Dalam tahap memahami, siswa mulai mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Sedangkan dalam tahap mengaplikasikan, peserta didik mulai menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. Kemudian tahap menganalisis dimana peserta didik bisa memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan. Tahap mengevaluasi, pada tahap ini peserta didik sudah bisa mengambil keputusan berdasarkan kriteria. Tahap sintesis atau mencipta peserta didik sudah bisa memadukan bagian-bagian untuki membentuk sesuatu yang baru atau untuk membuat suatu produk yang orisinal. Aspek kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi: aspek analisa, aspek evaluasi, dan aspek mencipta sebagai pedoman berpikir. Salah satu karakter belajar abad ke-21, adalah Critical thinking and problem solving, pada karakter ini peserta didik diminta untuk berpikir untuk berusaha menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan suatu masalah yang dialaminya dengan mandiri, peserta didik juga memiliki kemamapuan untuk menyususn, mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah. Siswa yang mampu memecahkan suatu masalah yang mewakili kejadian yang nyata, sebenarnya dia telah terlibat dalam perilaku berpikir. Pencapaian pemecahan suatu masalah mengakibatkan peserta didik belajar sesuatu yang dapat di generalisasikan pada masalah yang lain. Dalam hal ini peserta didik telah mencapai suatu kemampuan baru yang didapatkan dari berpikir atau aturan tingkat tinggi. Berpikir rasionl dan berpikir kritis adalah suatu perwujudan dari perilaku belajar terutama yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Berpikir rasional peserta didik dituntut untuk menggunakan logika dalam menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik kesimpulan, dan bahkan menciptakan hukum teoritis. Sedangkan dalam berpikir kritis, peserta didik dituntut untuk menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kekurangan maupun kelebihannya. Jadi Kurikulum SD 2013 ini bertujuan mendorong siswa utuk berpikir tingkat tinggi, rasional, dan kritis.

2.1.4. Pendekatan tematik integratif