A. Latar Belakang Masalah
Sulistyorini 2007:39 menuliskan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan
hanya penguasaan kumpulan pengertian yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dari sendiri dan alam sekitar serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. IPA merupakan ilmu pengetahuan tentang kejadian bersifat
kebendaan dan didasarkan atas hasil observasi, eksperimen dan induksi Iskandar, 2001 :17.
Menurut Slameto 2010:2, belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagian hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Suparno 1997:6, belajar sebagai proses menghubungkan pengalaman atau bahan
yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pemahamannya dapat dikembangkan. Pengertian belajar seperti
ini memberikan petunjuk bahwa fungsi pokok dalam belajar itu adalah menyediakan kondisi yang kondusif, sedangkan yang berperan aktif dan
banyak melakukan kegiatan adalah siswanya, dalam upaya “menemukan
dan m emecahkan masalah” Majid, 2005:135. Pemecahan masalah
tentunya dapat diselesaikan dengan berbagai macam solusi, masalah yang
timbul terkadang berkaitan dengan mata pelajaran yang terkait dalam pembelajaran contohnya pelajaran IPA. Dalam pembelajaran IPA, sedikit
banyak pemberian materi dalam pembelajaran tersebut berkaitan dengan aktivitas kelompok dan menitikberatkan pada kerjasama antar individu
Arends,2001: 349, sehingga menurut Samatowa 2011:3 akan lebih baik jika pelajaran IPA dilaksanakan pada saat pembelajaran tersebut dapat
mendekatkan siswa untuk mengenal lingkungan sekitarnya melalui kegiatan percobaan dan pengamatan.
Menurut Arief 2004: 129 Kerjasama adalah hubungan timbal balik antara seseorang dengan orang yang lain sehingga timbul interaksi
antar keduanya atau lebih. Pada zaman sekarang anak terkadang sulit untuk melakukan kerjasama, karena kemauan dan gaya belajar masing-
masing siswa berbeda. Dalam mencapai efektivitas dan produktivitas sebuah kelompok atau tim kerja, diperlukan suasana yang solid dan
kondusif untuk memungkinkan terjadinya proses kerjasama di antara sesama anggotanya dalam mencapai tujuan kelompok Hartinah,2009:50-
51. Pembelajaran di dalam kelas terkadang memang sulit untuk di kondusifkan, terutama pada mata pelajaran tertentu. Salah satu contoh
dalam mata pelajaran IPA banyak materi yang mengharuskan para siswa untuk saling bekerjasama. Kurangnya keterlibatan siswa selama proses
pembelajaran mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa karena tidak terlibat secara utuh baik secara fisik maupun mental dalam proses
pembelajaran. Berdasarkan hal-hal tersebut maka terbentuklah model-
model pembelajaran yang inovatif, salah satu contohnya adalah model pembelajaran kooperatif dengan tipe investigasi kelompok Group
Investigation atau GI Sharan, 1994: 80. Peneliti melakukan pengamatan pertama pada saat observasi
sekolah yang akan dijadikan tempat untuk PPL Praktik Pengalaman Lapangan di SD N Sarikarya. Pada saat itu mahasiswa PPL
berkesempatan untuk memperkenalkan diri di tiap kelas, kesempatan tersebut digunakan peneliti untuk melakukan pengamatan. Pada awal
pertemuan peneliti dengan para siswa sudah terlihat situasi kelas tidak kondusif, sebagian siswa tidak bisa diajak untuk bekerjasama, hal tersebut
terlihat ketika peneliti dan rekan-rekan PPL sedang memperkenalkan diri, tiba-tiba ada siswa yang mondar-mandir mengganggu teman yang lainnya
sehingga timbul kegaduhan di kelas. Pengamatan yang kedua dilakukan peneliti pada saat PPL. Pada saat PPL berlangsung, peneliti diberi
kesempatan untuk bergantian mengajar, peneliti mengajar di kelas V. Peneliti mengajar mata pelajaran IPA, kemudian peneliti membagi siswa
ke dalam kelompok-kelompok, hal ini dimaksudkan agar siswa dapat berbaur dan bekerjasama dengan baik. Setelah pembagian kelompok para
siswa mulai merasa tidak nyaman dengan kelompoknya karena mereka merasa tidak bisa berbaur satu sama lain, tugas yang dikerjakan pun tidak
maksimal karena tidak ada komunikasi yang baik antar anggota kelompok, setiap anggota kelompok juga tidak saling mendukung satu sama lain
sehingga pekerjaan kelompok menjadi terbengkalai, selain itu rasa
tanggung jawab siswa sangat minim, terlihat sampah yang berserakan di bawah meja dan tidak dibuang di kotak sampah yang telah disediakan.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara oleh peneliti terhadap wali kelas V dan salah satu perwakilan siswa kelas V, diketahui
bahwa siswa kelas V di SD N Sarikarya masih sulit untuk melakukan kerjasama, khususnya kerjasama dalam kelompok. Dalam mata pelajaran
IPA guru terkadang sulit untuk menerangkan materi karena dalam mata pelajaran IPA mengharuskan para siswa untuk praktik langsung dalam
kelompoknya sedangkan siswa kelas V cenderung tidak dapat berbaur. Maka dari itu siswa sulit untuk berkonsentrasi sehingga prestasi mereka
juga menjadi menurun. Gambaran nilai yang diperoleh dari nilai ulangan 28 siswa kelas IV
semester genap tahun pelajaran 20132014 menunjukkan bahwa KKM pelajaran IPA adalah 64, nilai tertinggi siswa adalah 72, nilai terendah
siswa 45 dan nilai rata-rata siswa yaitu 61,4. Siswa yang nilainya mencapai KKM sebanyak 46,4 dan siswa yang nilainya belum mencapai
KKM sejumlah 53,6. Dari hasil tersebut diketahui bahwa presentase siswa yang belum mencapai KKM lebih banyak daripada siswa yang
mencapai KKM, maka perlu adanya perlakuan baru guna peningkatan kerjasama dan prestasi belajar IPA.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil topik proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation untuk dijadikan metode dalam meningkatkan kerjasama dan
prestasi belajar IPA di tingkat Sekolah Dasar. Pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ini dapat mengajarkan
kemandirian siswa khususnya dalam mengasah kemampuan interaksi sosial dan intelektual karena merupakan cara yang digunakan siswa untuk
mengolah lagi pengetahuan personal mereka di hadapan pengetahuan baru yang di dapatkan oleh kelompok, selama berlangsungnya penyelidikan,
siswa dibimbing untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya dalam memecahkan masalah-masalah yang akan mereka selidiki berdasarkan
keingintahuan, pengetahuan dan perasaan mereka, investigasi kelompok dapat meningkatkan minat pribadi mereka untuk mencari informasi yang
mereka perlukan.Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation diharapkan dapat menjadikan peserta didik sebagai sumber
pembelajaran dan pengetahuan. Dengan kata lain, peneliti ingin mengingkatkan kerjasama dan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA.
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Dan Prestasi Belajar Siswa Mata
Pelajaran IPA Siswa Kelas V SD N Sarikarya Tahun 20142015 Dengan Menggunakan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
”.
B. Batasan Masalah