sumber daya alam yang terganggu oleh adanya peraturan-peraturan pemerintah kolonial Belanda, sehingga muncul adanya perlawanan petani pengikut Samin.
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apa saja latar belakang munculnya gerakan Samin dalam melawan
kolonialisme Belanda di wilayah Blora? 2.
Bagaimana dinamika gerakan Samin dalam melawan kolonialisme Belanda di wilayah Blora?
3. Apa dampak yang ditimbulkan dari gerakan Samin dalam melawan
kolonialisme Belanda di wilayah Blora dan sekitarnya?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan masalah yang dikemukakan, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penulisan ini adalah:
1. Menjelaskan latar belakang munculnya Gerakan Samin melawan pemerintah
kolonial Belanda. 2.
Mendeskripsikan dinamika Gerakan Samin pada masa kolonial Belanda. 3.
Menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari Gerakan Samin beserta pengikutnya.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah : 1.
Bagi Universitas Sanata Dharma Membantu civitas akademika lainnya untuk melihat perjuangan masyarakat
kecil di Indonesia yang selama kurun waktu belakangan masih kurang produktif. Perjuangan Samin dan pengikutnya sendiri masih dapat kita jumpai
hingga saat ini. 2.
Bagi Dunia Keguruan dan Ilmu Pendidikan Memberikan sumbangan dalam menganalisa gerakan masyarakat bawah
dalam menentang praktek kolonialisme di daerah mereka. 3. Bagi penulis
Membantu penulis memahami bagaimana Samin dan pengikutnya memperjuangkan hidupnya di bawah tekanan kolonial hingga mampu eksis
hingga sekarang. 4. Bagi Masyarakat Luas
Memperluas pengetahuan tentang dinamika rakyat kecil di Blora pada masa pemerintah kolonial Belanda. Selama ini sejarah orang-orang kecil jarang
dibahas dalam buku-buku sejarah sekolah.
E. Tinjauan Pustaka
Sebagai suatu ilmu yang mempelajari masa lalu umat manusia, studi sejarah menggunakan rekam peristiwa masa lalu sebagai sumber sejarah yang
akan ditelitinya. Rekaman peristiwa masa lalu berupa buku dan media cetak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lainnya, digunakan dalam penulisan skripsi ini. Dikarenakan keterbatasan pengetahuan dalam menemukan sumber primer, maka sumber yang digunakan
dalam penulisan ini adalah sumber sekunder, yaitu sumber yang berasal dari
tangan kedua.
Beberapa buku yang digunakan antara lain Hutan Kaya, Rakyat Melarat: Penguasa Sumber Daya dan Perlawanan di Jawa
13
karya Nancy Lee Peluso. Buku ini memberikan gambaran seputar politik kehutanan serta sikap resistensi
masyarakat sekitar hutan dalam menanggapi perkembangan model penguasaan dan pengelolaan hutan jati di Jawa. Menurut Nancy, nilai-nilai masyarakat Samin
berpusat pada akses hutan pertanian. Kebanyakan petani pengikut Samin adalah petani penggarap yang memiliki lahan. Banyak dari mereka adalah keturunan dari
cikal bakal atau pendiri desa dan pembuka hutan.
14
Nusa Jawa: Silang Budaya, Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris
15
karya Denys Lombard. Pada masa kerajaan sebelum kedatangan VOC tidak berarti belum ada peraturan perlindungan hutan. Pada masa pemerintahan Sultan
Agung di kerajaan Mataram telah terdapat sejumlah cagar alam untuk melindungi buruannya dari pembabatan hutan. Menurut Lombard, pembabatan hutan
dilakukan hanya jika diperlukan perluasan pemukiman dan lahan pertanian, itu saja masih kecil luasannya. Lazimnya, cagar alam hanya untuk hutan rimba,
bukan hutan yang sering digunakan penduduk untuk mendukung kehidupan agrarisnya.
13
Nancy Lee Peluso,Hutan Kaya, Rakyat Melarat: Penguasa Sumber Daya dan Perlawanan di Jawa,Jakarta,KOPHALINDO
,
2006.
14
Ibid., hlm.124.
15
Dennys Lombard,,Nusa Jawa Silang Budaya: Warisan kerajaan-kerajaan Konsentris,Jakarta: PT.Gramedia,2008.
Denys Lombard menambahkan, sistem pengetahuan Samin dan pengikutnya terhadap keberadaan hutan berhubungan langsung dengan cerita
pewayangan yang dianggap memiliki keterkaitan dengan tanah Jawa. Dalam cerita pewayangan , terdapat pemisahan yang jelas antara hutan dan cerang yakni
tanah lapang atau pemukiman. Hutan, di satu sisi merupakan tempat yang penuh bahaya, dihuni oleh bangsa raksasa atau buta pemakan manusia. Namun di sisi
lain hutan juga sebagai tempat tinggal sang resi yaitu tokoh yang penuh dengan kebajikan dan kesaktian.
Buku Sistem Tanam Paksa di Jawa
16
karangan Robert van Niel, menguraikan bagaimana pemerintah menerapkan sistem kolonial di Jawa pada
abad ke-19. Buku ini menjelaskan tentang kajian sosial dan ekonomi modern yang dipraktikkan negara kolonial yang hidup berdampingan dengan sistem ekonomi
tradisional. Kajian sosial dan ekonomi abad ke-19 menunjukkan bahwa ekonomi subsistensi
17
mengalami gangguan yang serius akibat praktik-politik kolonial. Menurut pengarang, gerakan-gerakan protes petani di Jawa abad ke-19 mau tidak
mau harus dikembalikan pada praktik kolonial yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Dua Abad Penguasaan Tanah: Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke Masa
18
karya Sediono M.P. Tjondronegoro dan Gunawan
16
Robert van Niel, 2003, Sistem Tanam Paksa di Jawa. Jakarta, LP3ES. Umumnya tanah-tanah yang diperluas menjadi milik individu ini merupakan tanah-tanah yang selama masa awal Tanam
Paksa tidak dikenakan beban sewa tanah atau dapat dikatakan merupakan tanah simpanan. Tanah ini kemudian diperluas menjadi milik individu karena tuntutan untuk peningkatan produksi Tanam
Paksa
17
Suatu masyarakat primitif yang kegiatannya sangat terbatas dan setiap rumah tangga.
18
Sediono M.P Tjondronegoro dan Gunawan Wiradi, Dua Abad Penguasaan Tanah: Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke Masa, Jakarta,Yayasan Obor Indonesia, 1994.
Wiradi menjelaskan tentang ekonomi desa di Jawa terkait dengan tanah sebagai sarana utama gerak ekonomi. Tanah sebagai sarana produksi pertanian memiliki
pengaturan-pengaturan dalam pola penguasaannya. Secara umum pola penguasaan tanah di Jawa abad XIX dapat digolongkan menjadi dua yakni tanah
individual tanah pribadi dan komunal tanah milik bersama. Buku karangan James. C. Scott dengan judul Perlawanan Kaum Tani
19
, mencatat bahwa buruh tani yang masih berakar pada dusun menganut ikatan
guyub dimana daya swakarsa perorangan atau kolektif mampu mempertahankan ketahanan mereka. Keterlibatan buruh tani di luar dusun umumnya tidak terlepas
dari perantaraan patron baru. Gotong royong petani Jawa disimpulkan oleh Scott sebagai bentuk resistensi sekaligus tindakan bertahan hidup atas tekanan dari
pihak luar. Moral ekonomi petani mengandaikan kolektifitas kebertahanan hidup melalui praktek-praktek seperti sistem bagi hasil dan selamatan yang dilakukan
oleh petani kaya sebagai tanda pembagian rezeki. Pemberontakan Petani Banten menjadi sumber penulisan yang dipakai
selanjutnya. Tesis karya Sartono Kartodirdjo
20
ini menjelaskan dinamika protes petani di Banten sebagai reaksi atas kolonisasi yang pernah terjadi. Tujuan
pertama studi ini adalah membahas aspek-aspek dari gerakan sosial yang melibatkan lapisan-lapisan luas rakyat biasa di Indonesia. Studi kasus mengenai
gerakan-gerakan sosial ini tidak hanya bertujuan menyampaikan informasi faktual mengenai pemberontakan petani di Banten pada 1888, melainkan juga
dimaksudkan sebagai sumbangsih kepada usaha-usaha untuk menjelaskan proses
19
James. C. Scott, Perlawanan Kaum Tani, Yayasan Obor Indonesia,1993.
20
Sartono Kartodirdjo, Pemberontakan Petani Banten 1888, Pustaka Jaya.
sosial umumnya di Indonesia pada abad XIX. Menurut Sartono, pemahaman mengenai hakikat gerakan-gerakan sosial di masa lampau sering kali dapat
diterapkan kepada studi mengenai gerakan-gerakan di masa sekarang dan masa yang akan datang.
Potret kehidupan petani Indonesia merupakan sebuah kajian yang menarik dari masa ke masa. Banyak penulis maupun peneliti mengkaji topik-topik yang
berkaitan dengan dinamika kehidupan petani. Syahrul Kirom dalam tesisnya berjudul Ajaran Moral Masyarakat Samin dalam Perspektif Etika: Relevansinya
Bagi Pengembangan Bangsa
21
memberikan suatu analisa mengenai dinamika kehidupan petani Samin dalam melawan kolonialisme Belanda dan juga dampak
dari ajaran Samin Surosentiko bagi masyarakat Blora. Syahrul mengatakan, masyarakat Samin merupakan salah satu komunitas tertentu yang sudah ada sejak
zaman kolonial Belanda. Masyarakat Samin yang ada di Jawa merupakan warisan dari nilai-nilai luhur budaya Nusantara.
Buku Agama Tradisional: Potret Kearifan Hidup Masyarakat Samin dan Tengger
22
karya Dr.Andrik Purwasito, DEA, menjelaskan tentang komunitas masyarakat Samin dan Tengger. Kedua komunitas ini menurut Andrik merupakan
potret masyarakat yang memiliki semangat revolusioner. Apa yang dilakukan masyarakat Samin pada mulanya merupakan sebuah perlawanan terhadap
penguasa Belanda
yang dianggapnya
telah menginjak-injak
martabat
21
Syahrul Kirom, Ajaran Moral Masyarakat Samin dalam Perspektif Etika:Relevansinya Bagi Pengembangan Bangsa,Yogyakarta,Universitas Gadjah Mada,2011, hlm.9.
22
Andrik Purwasito, Agama Tradisional: Potret Kearifan Hidup Masyarakat Samin dan Tengger,Yogyakarta,LkiS, 2003.
kemanusiaan. Masyarakat Samin melawan dengan joke-joke dan perilaku yang sangat cerdas. Mereka sangat kuat memegang identitas dan kemandiriannya.
Suripan Sadi Hutomo dalam studinya tentang Samin dan Ajaran- ajarannya
23
menjelaskan mengenai ajaran-ajaran Samin. Temuan Suripan ini sangat penting untuk melihat beberapa segi seputar nilai-nilai kehidupan
masyarakat Samin. Selain itu, temuan Suripan yang sangat penting adalah lima kitab yang disebut Jamuskalimasada yang berisi ajaran-ajaran Samin Surosentiko
perihal konsep ketuhanan, etika kehidupan, etika politik, dan lain-lain. Menurut Suripan, kaitan antara Samin dan kehutanan tidaklah sesederhana
bentuk-bentuk reaksi sosial yang lain sebagai tanggapan atas penetrasi kolonial. Penetrasi yang begitu kuat dalam bidang ekonomi namun tidak menyinggung
sistem sosial masyarakat, kemungkinan tidak menimbulkan reaksi sosial berupa perlawanan. Tergganggunya sistem-sistem sosial yang terdapat di kalangan
masyarakat justru yang memicu munculnya perlawanan Samin. Skripsi karya Agus Budi Purwanto dengan judul Samin dan Kehutanan
Abad XIX
24
, menguraikan nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Samin dan pengikutnya dalam melestarikan hutan jati. Skripsi ini juga menjelaskan
bagaimana kehidupan masyarakat Samin pada abad ke-19 dimana masyarakatnya masih menjunjung nilai-nilai spiritual. Menurut Agus, dalam hubungannya
dengan hutan, Samin dan pengikutnya memiliki sistem pengetahuan yang pada intinya menyatakan bahwa tanah Jawa termasuk di dalamnya ciptaan Tuhan yang
dititipkan Pandawa kepada orang Jawa sekaligus Samin dan pengikutnya. Ciptaan
23
Suripan Sadi Hutomo, Samin dan Ajaran-ajarannya, Semarang,Citra Almamater,1996,.
24
Agus Budi Purwanto, 2011, Samin dan Kehutanan Abad XIX, Yogyakarta: Perpustakaan Sanata Dharma.
Tuhan tersebut tidak boleh dikuasai atas pemanfaatannya. Terganggunya kepercayaan masyarakat pengikut Samin atas dominasi hutan jati oleh Belanda
yang pada akhirnya memunculkan perlawanan dalam rangka melestarikan hutan jati di kabupaten Blora.
F. Landasan Teori