Identitas Diri Masyarakat Samin

mereka telah memiliki pandangan hidup mereka sendiri. Ajaran moral yang berisi wejangan, khotbah, dan peraturan dimaksudkan agar masyarakat menjalankan kehidupan mereka dengan lebih baik. Walaupun Samin memiliki ajaran sendiri namun sejak kemerdekaan RI, orang Samin sudah merasa menjadi bagian dari negara Indonesia. Tidak ada perbedaan dengan warga negara yang lain. Menjadi jelas kiranya jika Indonesia semakin kaya akan budaya.

B. Identitas Diri Masyarakat Samin

Simbol identitas ini menunjukkan kekhasan masyarakat, sehingga tampak ciri-ciri yang berbeda dengan kelompok masyarakat lain. Identitas diri dapat menimbulkan rasa persatuan diantara anggota masyarakatnya. Begitu pula identitas diri masyarakat Samin yakni: 1. Bahasa orang Samin Orang Samin yang tinggal di mana pun menggunakan bahasa Jawa lugu yakni bahasa Jawa sederhana. Mereka tidak mengenal tingkatan dalam berbahasa karena mereka menganggap semua sama derajatnya. Karena itulah dalam pergaulan sehari-hari, terutama dengan sedulur, orang Samin menggunakan bahasa Jawa ngoko. Dahulu bahasa inilah yang digunakan dalam menentang pemerintah kolonial. Situasi sekarang tidaklah sama dengan situasi zaman kolonialisme Belanda. Masyarakat juga mengalami perubahan. Mereka pada umumnya menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar yang tinggal dalam satu komunitas. Namun, ajaran yang ditinggalkan oleh Samin tetap mereka pertahankan seperti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI misalnya tidak boleh menyakiti, harus berbudi luhur, jangan membuat orang kecewa, dan yang lainnya. 8 Apabila bertemu dengan orang lain yang bukan orang Samin, mereka menggunakan bahasa Jawa Kromo Madya. 9 Dapat dilihat dari contoh percakapan berikut: “ Sami seger waras?” “ Waras” “ Badhe tindak pundi?” “ Ngalor rono” “ Geh monggo” Bahasa Jawa yang terlihat dalam contoh percakapan di atas tidak membedakan kedudukan atau status sosial dari masyarakat. Walaupun lawan bicara lebih tua, namun bahasa yang digunakan bukan bahasa Jawa Kromo Inggil seperti yang digunakan oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Bahasa yang demikian mencerminkan kesamaan derajat yang kental diantara orang Samin tersebut. 2. Upacara Perkawinan dan Kematian Sebelum perkawinan, bagi orang Samin cukup dihadiri oleh beberapa kerabat dan direstui oleh sesepuh. 10 Perkawinan disaksikan oleh kedua orang tua masing-masing mempelai. Seorang laki-laki yang akan meminang perempuan Samin akan bekerja dan mengabdi beberapa waktu pada keluarga calon mempelai 8 Titi Mumfangati, Kearifan....op.cit. hlm 37. 9 Secara sistematis ragam krama madya dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk ragam krama yang kadar kehalusannya rendah.meskipun demikian, jika dibandingkan dengan ngoko alus, krama madya menunjukkan kehalusan yang lebih tinggi. 10 Andrik Purwasit0, Agama Tradisional: Potret Kearifan Lokal Masyarakat Samin dan Tengger, Yogyakarta, Lkis, 2003, hlm.77. puteri. 11 Nyuwito 12 dilakukan bila kedua calon mempelai belum cukup umur, tetapi bila sudah cukup umur keduanya bisa langsung menikah. Upacara perkawinan masyarakat Samin sangat sederhana. Pengantin laki- laki dan perempuan cukup diarak sampai depan rumah kepala desa dan masyarakat sekitar cukup menyaksikannya. Hal ini sudah cukup menjadi bukti bahwa mereka telah sah menjadi pasangan suami-istri. Jika nantinya terjadi ketidakcocokan dalam membina rumah tangga, maka mereka dapat berpisah. Untuk upacara kematian, jika di masa lalu dalam mengubur mayat dikenal istilah gelundung semprong orang yang telah meninggal dikubur apa adanya, artinya jika ada seseorang meninggal maka akan dikubur tanpa dibungkus apapun, hanya dibungkus dengan pakaian yang dipakai ketika masih hidup. Semenjak terjadi penetrasi informasi keagamaan, perlakuan atas jenazah sudah berubah. Jenazah akan diperlakukan secara islami yakni, dimandikan, dikafani, disolatkan, dan dikubur sesuai syariat islam yang berlaku. 13

C. Moral Ekonomi Masyarakat Samin