Munculnya dan Berkembangnya Gerakan Samin

52 BAB III DINAMIKA GERAKAN SAMIN

A. Munculnya dan Berkembangnya Gerakan Samin

Gerakan Samin muncul pada 7 Februari 1889 yaitu ketika Samin Surosentiko pemimpin gerakan untuk pertama kali berbicara di depan pengikutnya di tanah lapang. Pada tanggal tersebut, Samin mengumpulkan pengikutnya di sekitar Bapangan dan mengkampayekan gerakan berdirinya kerajaan Jawa. 1 Banyak dari masyarakat setempat kemudian menjadi pengikutnya. Di desa Tapelan, Samin Surosentiko dikenal sebagai petani, sesepuh, guru kebatinan dan pemimpin pergerakan melawan pemerintah kolonial. Pihak pemerintah kolonial belum tertarik pada ajaran Samin karena dianggap sebagai ajaran yang penuh dengan kekuatan gaib. Dalam kurun waktu 4 tahun, jumlah pengikut Samin berkembang semakin pesat. Terbukti pada 1903 jumlah pengikutnya mencapai 772 orang yang tersebar di 34 desa di kabupaten Blora bagian selatan hingga ke Bojonegoro. 2 Mereka giat mengembangkan ajaran Samin, terutama ajaran tentang tidak adanya kewajiban membayar pajak kepada pemerintah Belanda. Orang-orang desa penganut ajaran Samin mulai mnegubah tata-cara hidup mereka dalam kehidupan sehari-hari. Mereka mulai enggan menyetor padi ke lumbung desa, tidak membayar pajak, serta menolak untuk mengandangkan sapi mereka di kandang umum bersama- sama dengan desa lainnya yang bukan pengikut Samin. 1 Agus Budi Purwanto,Samin dan Kehutanan Abad XIX, Yogyakarta, Perpustakaan Sanata Dharma, 2011, hlm. 74. 2 Suripan Sadi Hutomo, Samin dan Ajaran-ajarannya dalam Basis edisi Januari 1985. Empat tahun kemudian yakni pada 1907, jumlah pengikut Samin mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga mencapai 5.000 orang. Di tahun ini pula, Samin diangkat oleh pengikutnya sebagai Ratu Adil atau Ratu Adil Heru Cakra dengan gelar Prabu Panembahan Suryangalam. Mereka menganggap Samin berjasa dalam gerakan dengan tujuan untuk menentang pihak kolonial yang telah mengganggu kehidupan masyarakat, terutama atas pemberlakuan pajak yang dibebankan kepada rakyat. Bertambahnya jumlah pengikut Samin membuat pemerintah kolonial mulai khawatir. Pada tanggal 1 Maret 1907 3 , kontrolir Belanda sempat menyebarkan isu akan adanya pemberontakan Samin dan pengikutnya. Isu tersebut didasarkan pada alasan bahwa Samin dan pengikutnya berkumpul di desa Kedungtuban untuk menghadiri acara selametan. Dengan rencana berkumpulnya begitu banyak pengikut Samin, pemerintah Belanda merasa khawatir terhadap kemungkinan akan adanya perlawanan. Sikap yang demikian membuat pamong desa geram dan jengkel, hingga membuat banyak dari mereka membenci pengikut Samin. Empat puluh hari setelah pengukuhan Ratu Adil tersebut, Samin ditangkap oleh Raden Pranolo Asisten Wedana di Randublatung. Ia ditahan di bekas tobong pembakaran batu gamping. Kemudian ia dibawa ke Rembang untuk proses introgasi. Kemudian ia bersama pengikutnya yakni Kartogolo, Renodikromo, Soerjani, Soredjo, Singo Tirto dibuang ke Sawahlunto hingga akhirnya meninggal. 4 3 Andrik Purwasito, Agama Tradisional: Potret Kearifan Hidup Masyarakat Samin dan Tengger, Yogyakarta, Lkis, 2003, hlm.19. 4 Agus Budi Purwanto, ....,op.cit. hlm 77. Penangkapan Samin tidak lantas membuat perlawanan terhenti. Pada 1908 sejumlah pengikut Samin giat mengembangkan ajaran Samin ke berbagai daerah sekaligus. Seperti Wangsarejo yang menyebarkan ajaran Samin hingga distrik Jiwan, Madiun, Samat di daerah Pati, serta Karsiyah dan mbah Engkrek di daerah Grobogan. Di sini orang-orang desa dihasut untuk tidak membayar pajak pada pemerintah kolonial Belanda. Gerakan Samin mencapai puncaknya pada tahun 1914 atau dikenal sebagai Geger Samin. Hal ini disebabkan karena pajak yang dibebankan kepada warga semakin tinggi. Pajak yang kian mencekik membuat masyarakat makin menaruh kebencian terhadap pemerintah Belanda. Pamong desa dan pemerintah Belanda semakin tidak dihormati lagi. Di desa Larangan, kabupaten Blora pengikut Samin mulai menyerang lurah dan polisi. Penyerangan ini membuat pemerintah Belanda mulai khawatir akan adanya perlawanan yang lebih besar. Untuk mengantisipasi pertumbuhan pengikut Samin, pemerintah Belanda menyerang dan membakar desa-desa pusat pertahanan pengikut Samin di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Banyak pengikut Samin terbunuh, sedangkan yang selamat tercerai berai. Selanjutnya, Belanda melarang ajaran Samin dan mengancam masyarakat yang menyembunyikan para pengikut Samin yang masih selamat. Untuk lebih menghancurkan komunitas tersebut, Belanda mendeskreditkan 5 pengikut Samin sebagai kaum perampok dan penjahat, sehingga pada akhirnya masyarakat Jawa menolak keberadaan pengikut Samin. 5 Usaha untuk menjelekkan atau memperlemah kewibawaan seseorang atau pihak tertentu. Setelah gerakan mencapai puncaknya pada 1914, bukan berarti perlawanan berhenti. Salah satu pengikut Samin yakni Pak Engkrek menantu Samin pada 1917 mulai meningkatkan perlawannya terhadap pemerintah kolonial Belanda. Di desa Larangan, kabupaten Blora, orang-orang Samin menolak membayar pajak, menyerang kepala desa dan menantang pasukan polisi yang datang untuk menghadapi orang-orang itu. Beberapa orang mengalami luka-luka dan para penyerangnya ditangkap dan dipenjarakan di Pati. 6 Dalam bentrokan itu, tidak satu orang pun tewas. Perlawanan yang sempat membuat jengkel pihak pemerintah kolonial ini akhirnya berhasil dipadamkan dan pada 1930 perlawanan mulai tampak terhenti dikarenakan tidak ada lagi pemimpin yang tangguh. Dapat dilihat strategi dari gerakan ini adalah sebagai berikut: a. Pola Pengorganisasian, yaitu pola gerakan Samin berpusat pada seorang pemimpin mesiastik. Dalam arti, pemimpin tersebut merupakan perintis dari gerakan Samin itu sendiri yaitu Samin Surosentiko 1859-1914. Pada akhirnya dia diangkat secara aklamasi 7 oleh pengikutnya sebagai pemimpin informal gerakan Samin. b. Metode Operasi Gerakan, yaitu metode non-konvensional. Dalam arti, gerakan Samin menggunakan saluran alternatif disobidience  identik dengan segolongan masyarakat yang tidak kooperatif, tidak mau bayar pajak, tidak mau ikut ronda, suka membangkang, suka menentang, bahkan ateis. 6 6 Andrik Purwasito, Agama...op.cit.,hlm.19. 7 Aklamasi adalah pertemuan maupun pemilihan umum danatau mengakui hasil pemilihan umum dalam bentuk penegasan yang dengannya seseorang dengan tepuk tangan dan sorak sorai ataupun pekikan penghargaan dinyatakan terpilih. Dalam kasus ini pemungutan suara tidak dilakukan sumber wikipedia.com c. Target Gerakan, yaitu simbol-simbol kekuasaan atau kemapanan. Dalam hal ini, sasaran atau target mereka sangat jelas yaitu para mandor hutan antek Belanda dan pejabat pemerintah Belanda atau aparat birokrasi kolonial. d. Metode Pembiayaan, yaitu pembiayaan yang dilakukan secara kolektif. Artinya, gerakan Samin dibiayai oleh warga pengikutnya sendiri. Atau mungkin lebih tepatnya mereka tidak mebutuhkan biaya signifikan mengingat gerakan mereka berbasis tradisi dan terlembaga dalam kultur nasyarakat yang tidak memerlukan aksi-aksi tertentu. e. Medium Gerakan, yaitu bersifat terbuka. Mereka langsung berhadapan dengan pemerintah kolonial Belanda. f. Corak Gerakan adalah gerakan kultural di mana gerakan Samin menggunakan siasat budaya, yaitu menggunakan bahasa Jawa Ngoko kepada mandor-mandor atau pengelola hutan. 8

B. Samin dan Ajaran Ketuhanan