Moral Ekonomi Masyarakat Samin

puteri. 11 Nyuwito 12 dilakukan bila kedua calon mempelai belum cukup umur, tetapi bila sudah cukup umur keduanya bisa langsung menikah. Upacara perkawinan masyarakat Samin sangat sederhana. Pengantin laki- laki dan perempuan cukup diarak sampai depan rumah kepala desa dan masyarakat sekitar cukup menyaksikannya. Hal ini sudah cukup menjadi bukti bahwa mereka telah sah menjadi pasangan suami-istri. Jika nantinya terjadi ketidakcocokan dalam membina rumah tangga, maka mereka dapat berpisah. Untuk upacara kematian, jika di masa lalu dalam mengubur mayat dikenal istilah gelundung semprong orang yang telah meninggal dikubur apa adanya, artinya jika ada seseorang meninggal maka akan dikubur tanpa dibungkus apapun, hanya dibungkus dengan pakaian yang dipakai ketika masih hidup. Semenjak terjadi penetrasi informasi keagamaan, perlakuan atas jenazah sudah berubah. Jenazah akan diperlakukan secara islami yakni, dimandikan, dikafani, disolatkan, dan dikubur sesuai syariat islam yang berlaku. 13

C. Moral Ekonomi Masyarakat Samin

Keberadaan hutan di Blora memiliki nilai ekonomi yang penting bagi masyarakat sekitarnya. Seharusnya hutan memberi peluang ekonomi pada masyarakat. Akan tetapi dilihat dari situasi yang ada, masyarakat masih hidup miskin, banyak penagngguran, kekurangan lahan untuk bercocok tanam, dan belum mampu memanfaatkan potensi hutan. 11 Ibid., hlm 60. 12 Dalam sistem perkawinan di masa lalu calon mempelai pria harus menginap terlebih dahulu di calon wanita, atau lebih sering dikenal dengan istilah nyuwita sampai beberapa bulan bahkan tahunan, namun sekarang sudah tidak dijalankan lagi karena dianggap bertentangan dengan ajaran agama Islam. 13 Andrik Purwasito, Kearifan....op.cit, hlm.78. Nampaknya ingatan masa lalu atas salah satu bentuk perlawanan dengan pencurian kayu hutan, masih dapat dijumpai. Menurut mereka, hal ini bukan pencurian kayu karena mereka masih merasa bahwa kayu jati adalah warisan dari leluhur mereka yakni Samin dan pengikutnya. Pencurian kayu secara besar- besaran terjadi setelah mereka merasa dibodohi oleh Polisi Kehutanan. Polisi Kehutanan yang seenaknya mengambil hasil hutan terutama kayu jati untuk kepentingan pribadi. 14 Selain itu, alasan mereka mencuri kayu adalah perbuatan mereka masih dapat diterima oleh masyarakat lainnya. Permasalahan lain yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Samin adalah dengan tidak membayar pajak. Ini merupakan wujud pelembagaan ajaran pembangkangan Samin yang terlanjur dibawa hingga pasca pemerintah kolonial. Mereka berasumsi bahwa seharusnya pemerintah mengakomodasi kepentingan semua pihak, namun karena pemerintah tidak dapat melaksanakan itu, maka tidak perlu mengikuti pemerintah. 15 Argumen yang terbangun bahwa tidak membayar pajak bukan semata- mata sebagai wujud perlawanan terhadap pemerintah saja, namun sebenarnya mereka tidak mengetahui apa yang dipersoalkan mengingat mereka telah menempati tanah tersebut dalam waktu yang lama, sehingga tidak perlu adanya pajak. 16 Baru pada tahun 1990 ditandai dengan pengaspalan dan listrik masuk desa, mereka mulai mengerti apa itu PBB dan mulai bersedia untuk membayar pajak karena untuk kebutuhan instalasi listrik. 14 Erna Apit Firmanti, Penyelesaian Tindak Pidana Pencurian di Suku Samin Desa Klopodhuwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora, Semarang, Perpustakana UNES, 2009, hlm.49. 15 http:rinangxu.wordpress.com20061207samin-anarchy-rebel-budaya 16 Dalam jurnal yang berjudul Samin Si Lugu yang Bergerak: Diskiursus Kearifan Lokal Dalam Kajian Gerakan Politik diterbitkan oleh Perpustakaan universitas Gadjah Mada Juni 2007, hlm 13. Kini masyarakat Samin sudah lebih terbuka terhadap dunia luar dan tidak lagi curiga terhadap tamu dari manapun. Sebelumnya para tamu selalu dicurigai sebagai utusan yaksa dawana atau mata-mata pemerintah. 17 Sikap isolasi diri lambat laun mulai terkikis, mereka tidak lagi berfokus sebagai petani, tetapi mata pencaharian lain seperti berdagang dan peternak. Mereka juga sudah mulai mengenal tulisan dan bahasa Indonesia. Terlepas dari pengalaman masa lalu, masyarakat Samin tumbuh dan berkembang sebagai masyarakat yang memiliki kearifan lokal dengan tetap mengutamakan sifat-sifat baik warisan leluhur mereka. Selalu jujur dan berbuat baik telah melekat dalam diri orang Samin. Keberadaan mereka juga menambah kekayaan budaya yang ada di Indonesia. 17 Ibid., hlm.12. 77 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dari bab II sampai bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Intervensi pemerintah kolonial dalam sistem kehidupan masyarakat pinggir hutan, serta tekanan-tekanan dari pemerintah berupa kerja wajib, hukum pengelolaan kehutanan dan kenaikan pajak membuat kehidupan masyarakat mulai terganggu. Masyarakat Randublatung kabupaten Blora, yang merupakan tempat tinggal Samin dan pengikutnya merasa harga dirinya telah diinjak-injak oleh pemerintah kolonial karena telah merampas hak mereka terhadap pemanfaatan hutan dengan penerapan berbagai peraturan kehutanan. Selama ini hutan telah menjadi sumber kehidupan masyarakatnya. Bagi Samin dan pengikutnya, hutan adalah milik mereka yang merupakan warisan dari leluhur sehingga tidak boleh ada yang menguasai. Munculnya gerakan Samin juiga tidak dapat terlepas dari faktor geografis. Kawasan Randublatung sendiri merupakan tanah kapur yang membuat pohon jati tumbuh subur di sana. 2. Dalam rangka mempertahankan nilai-nilai kehidupan dan mengambil kembali akses mereka terhadap hutan, Samin dan pengikutnya melakukan perlawanan. Perlawanan yang dilakukan bukan merupakan perlawanan fisik, melainkan perlawanan tanpa menggunakan kekerasan. Mereka menunjukkan penolakan terhadap keberadaan pemerintah kolonial dengan menggunakan bahasa Jawa ngoko mengumpat serta penolakan terhadap pembayaran pajak. Mereka menyadari perlawanan menggunakan senjata maka semakin memperburuk keadaan karena mereka pasti kalah dalam hal persenjataan serta mereka tidak merasa memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Meskipun bukan perlawanan fisik, namun apa yang mereka lakukan menunjukkan perlawanan yang sangat radikal karena mereka mempunyai prinsip hidup sendiri yang kesemuanya menunjukkan ketidakpatuhan terhadap pemerintah yang berkuasa saat itu. Prinsip hidup Samin beserta ajarannya, dapat diterima oleh pengikutnya bahkan terus mengalami peningkatan yang sangat pesat hingga ke berbagai daerah. 3. Salah satu dampak dari gerakan Samin adalah lahirnya sebuah komunitas baru atau sering dikenal sebagai masyarakat Samin. Mereka inilah yang masih tetap melestarikan ajaran Samin dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun terdapat perubahan seiring perkembangan zaman, namun ajaran kebaikan dari Samin telah menjadi kearifan lokal masyarakat Blora. Mereka kini taat membayar pajak, berbahasa santun dan hidup dengan penuh kejujuran. Prinsip hidup jujur Samin telah diamini oleh pengikutnya, artinya resiko hidup jujur yang berakibat hidup sulit tidak menjadi masalah bagi kehidupan mereka selanjutnya. Hal ini yang membuat masyarakat Samin dianggap sebagai masyarakat yang polos dan lugu. Meskipun kerap menjadi cemohan orang, namun masyarakat Blora tetap bangga menjadi keturunan Samin. Sikap yang demikian menunjukkan bahwa mereka sangat menghargai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI perjuangan leluhur mereka. Kearifan lokal ini dapat menjadi contoh bagi kita untuk tetap berbuat kebaikan agar kehidupan kita menjadi lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Agus Budi Purwanto. 2011. Samin dan Kehutanan Abad XIX. Yogyakarta. Ahmad Sahal. 1994.Terjerat dalam Rumah Kaca: Masih Meyakinkankah Nasionalisme?. Jakarta: Yayasan Kalam. Amrih Widodo.1997. Samin in the New Order: The Politic of Encounter and Isolation, Ohio University Press. Andrik Purwasito. 2003. Agama Tradisional: Potret Kearifan Hidup Masyarakat Samin dan Tengger. Yogyakarta: LKIS Arif Arifin. 1994. Hutan: Hakikat dan Pengaruhnya Terhadap Lingkungan. Jakarta: Penerbit Yayasan Obor Indonesia. Barker, Chris. 2000. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Benda, Harry J. dan Lance Castles. 1969. The Samin Movement. Dalam Bijdragen Tot De Taal Land-en Volkenkunde, Desak Made Oka Purnawati. 2004. Hutan Jati Madiun: Silvikultur di Karesidenan Madiun 1830-1913.Semarang:Intra Pustaka Utama. Desi Rahmawati. 2003. Gerakan Petani dalam Konteks Masyarakat Sipil. Erna Apit Firmanti. 2009. Penyelesaian Tindak Pidana Pencurian di Suku Samin Desa Klopodhuwur Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Semarang. Hanis Nurcholis. 2007. Teori dan Praktik, Pemerintahan dan Otonomi Daerah Jakarta: Grasindo. Hasanu Simon. 2004. Aspek Sosio-Teknis Pengelolaan Hutan Jati di Jawa. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Indrayanto. 2012. Ekologi Hutan, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara. I Nyoman Nurjana. Sejarah Hukum Pengelolaan Hutan di Indonesia. Malang. Irfan Bachtiar. 2001. Hutan Jawa Menjemput Ajal. Yogyakarta: Biro Penerbit Arupa Kardiyat Wiharyanto A. 2005. Asia Tenggara Zaman Pranasionalisme. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Korver, A. Pieter E. 1976. The Samin Movement and Millenarism, BKI. Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, Bentang Budaya, 2001. Lombard, Dennys. 2008. Nusa Jawa Silang Budaya: Warisan kerajaan-kerajaan Konsentris. Jakarta: PT.Gramedia. Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Jilid V. Jakarta: PN.Balai Pustaka. Mochamad Fadjrin.2011. Dinamika Gerakan Petani: Kemunculan dan Kelangsungannya. Bogor. Mubyarto. 1983. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan Niel, Robert van. 2003. Sistem Tanam Paksa di Jawa. Jakarta: LP3ES. Peluso, Nancy Lee. 2006. Hutan Kaya, Rakyat Melarat: Penguasa Sumber Daya dan Perlawanan di Jawa. Jakarta:KOPHALINDO Raffles ,Sir Thomas Stamford. 1830. The History of Java. London: John Murray. Ricklefs, M.C.1991. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Sartono Kartodirdjo. 1888. Pemberontakan Petani Banten. Pustaka Jaya. 1973. Protest Movements in Rural Java: A Study Of Agrarian Unrests in The Nineteenth and Twentieth Centuries, Oxford University Press. Ratu Adil, Jakarta: Sinar Harapan. Scott, James C. 1983. Moral Ekonomi Petani: Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES. 1993. Perlawanan Kaum Tani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2000. Senjatanya Orang-Orang yang Kalah, Bentuk Perlawanan Sehari-hari Kaum Tani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sediono Tjondronegoro M.P dan Gunawan Wiradi. 1994. Dua Abad Penguasaan Tanah: Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke Masa. Jakarta:Yayasan Obor IndonesiaTiti Mumfangati. dkk. 2004. Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Samin, Kabupaten Blora, Propinsi Jawa Tengah, Yogyakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Suhartono Pranoto .W. 2010. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sulistyaningsih. 2013. Perlawanan Petani Hutan: Studi Atas Resistensi Berbasis Pengetahuan Lokal. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Suripan Sadi Hutomo. 1996. Samin dan Ajaran-ajarannya. Semarang: Citra Almamater Sutamat Arybowo. 2007.Orang Samin dan Pandangan Hidupnya. Jakarta: PT.Gramedia. Syahrul Kirom. 2011. Ajaran Moral Masyarakat Samin dalam Perspektif Etika: Relevansinya Bagi Pengembangan Bangsa. Yogyakarta T. Gilarso, Ekonomi Indonesia Sebuah Pengantar I. Yogyakarta:Kanisius. Warto. 2001. Blandong: Kerja Wajib Eksploitasi Hutan di Rembang Abad ke-19. Surakarta: Pustaka Cakra. Sumber Internet Dampak gerakan Samin, httpAGUSBUDIPURWANTO.WORDPRESS.COM 20100922KAUSALITAS-GERAKANSAMIN. Diakses 23 November 2015. Manfaat Hutan, https:id.m.wikipedia.orgwikiHutan. Diakses 28 April 2016. Pengertian Kehutanan, www.academia.edu8201808HUTAN. Diakses 28 April 2016. Sumber Majalah Hutomo Suripan Sadi, “Bahasa dan Sastra Lisan Orang Samin” dalam Basis edisi Januari 1985 “Samin Surosentiko dan Ajaran-Ajarannya” dalam Basis edisi Januari 1985. Onghokham.“Peranan Rakyat dalam Politik”. Prisma. Agustus 1979 no.9, Jakarta. Emmanuel, Subangun, Tidak Ada Mesias Dalam Pandangan Hidup Jawa. Prisma Januari 1997, no.1.Jakarta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 Peta Persebaran Gerakan Samin 85 SILABUS Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Kelas : XI Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli gotong royong, kerjasama, toleran, damai santun, responsif, dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahhuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengethuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk menyelesaikan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keimuan. 86 Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar 3.1 Menganalisis perubahan, dan keberlanjutan dalam peristiwa sejarah pada masa penjajahan asing hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia.  Strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Bangsa Barat di Indonesia sebelum dan sesudah abad ke- 20.  Latar belakang gerakan Samin  Dinamika gerakan Samin  Dampak gerakan Samin Mengamati:  Membaca buku teks, browsing internet dan berdiskusi dengan teman di samping tentang gerakan Samin melawan kolonialisme di Blora abad XIX- XX Menanya:  Tanya jawab, berdiskusi, dan memberi komentar tentang materi gerakan Samin melawan kolonialisme Belanda di Blora Observasi:  Mengamati kegiatan peserta didik dalam proses mengumpulkan data, dan pembuatan laporan tentang latar belakang, dinamika, dan dampak gerakan Samin. Portofolio:  Menilai laporan makalah peserta didik tentang latar belakang, dinamika, dan dampak gerakan Samin 2 x 45 menit.  I Wayan Badrika.2006. Sejarah Untuk SMA Kelas XI Program Pengetahuan Ssosial, Jilid 2.Jakarta: Erlangga.  Andrik Purwasito DEA.2003. Agama Tradisional: Potret Kaerifan Masyarakat Samin dan Tengger.Yogyakarta: LKIS.  Titi Mumfangati, dkk. 2004.Kearifan Lokal Masyarakat Samin, Kabupaten Blora Propinsi Jawa Tengah.Yogyakarta: Kementrian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 abad XIX-XX Mengeksplorasi:  Di dalam kelompok, siswa mengumpulkan informasi terkait latar belakang, dinamika, dan dampak gerakan Samin melalui bacaan matau internet. Mengasosiasikan:  Menganalisis informasi dan data-data yang didapat dari bacaan maupun sumber-sumber terkait untuk mendapatkan kesimpulan tentang latar belakang, dinamika, dan Tes Terulis:  Menilai kemampuan peserta didik dalam penguasaan materi tentang latar belakang, dinamika, dan dampak gerakan Samin. Kebudayaan dan Pariwisata.  Harry J. Benda dan Lance Castles.1969. The Samint Movement.  Nancy Lee Peluso. 2006. Hutan Kaya: Rakyat Melarat: Penguasa Sumber Daya dan Perlawanan di Jawa.Yogyakarta: KOPHALINDO. 88 Yogyakarta, 20 Juni 2016 Mengetahui, Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran Candra Wijaya, S.Pd Nurmalitasari dampak gerakan Samin. Mengkomunikasikan:  Hasil analisis kemudian dilaporkan dalam bentuk tulisan berisikan latar belakang, dinamika, dan dampak gerakan Samin. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMA N 117 YOGYAKARTA Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia KelasSemester : XI1 Materi Pokok : Strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Bangsa Barat di Indonesia sebelum dan sesudah abad ke-20 Pertemuan Ke- : 2 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Indikator