Samin dan Ajaran Ketuhanan

c. Target Gerakan, yaitu simbol-simbol kekuasaan atau kemapanan. Dalam hal ini, sasaran atau target mereka sangat jelas yaitu para mandor hutan antek Belanda dan pejabat pemerintah Belanda atau aparat birokrasi kolonial. d. Metode Pembiayaan, yaitu pembiayaan yang dilakukan secara kolektif. Artinya, gerakan Samin dibiayai oleh warga pengikutnya sendiri. Atau mungkin lebih tepatnya mereka tidak mebutuhkan biaya signifikan mengingat gerakan mereka berbasis tradisi dan terlembaga dalam kultur nasyarakat yang tidak memerlukan aksi-aksi tertentu. e. Medium Gerakan, yaitu bersifat terbuka. Mereka langsung berhadapan dengan pemerintah kolonial Belanda. f. Corak Gerakan adalah gerakan kultural di mana gerakan Samin menggunakan siasat budaya, yaitu menggunakan bahasa Jawa Ngoko kepada mandor-mandor atau pengelola hutan. 8

B. Samin dan Ajaran Ketuhanan

Buku-buku peninggalan ajaran Samin yang masih ada di desa Tapelan Jawa Timur disebut Serat Jamuskalimasada. Buku ini berisi tentang pemeliharaan tingkah laku manusia yang berbudi, nilai-nilai kebenaran, kesederhanaan, kebersamaan, keadilan, dan kerja keras. 9 Mereka menganggap semua orang adalah saudara. Sehingga mereka harus hidup rukun dan harmonis dengan orang 8 Dalam jurnal yang berjudul Samin Si Lugu yang Bergerak: Diskiursus Kearifan Lokal Dalam Kajian Gerakan Politik diterbitkan oleh Perpustakaan Universitas Gadjah Mada Juni 2007, hlm 10-11. 9 Ibid., hlm.4. lain. Mereka menolak dipimpin oleh eksternalitas karena mereka dianggap bukan orang Jawa dan keberadaan mereka tidak mendatangkan keuntungan apa-apa. Semua ajaran Samin adalah demi hidup yang lebih baik. Ia memiliki pemahaman sendiri mengenai konsep ketuhanan atau sering disebut Manunggaling Kawula Gusti. Hal ini diartikan sebagai “dari mana manusia berasal, apa dan siapa dia pada masa kini, dan kemana tujuan hidup yang dijalani dan dituju ”. 10 Ajaran tersebut oleh beberapa peneliti disebut sebagai Agama Adam atau The Religion of Adam. 11 Menurut Samin, perihal Manunggaling Kawula Gusti itu dapat diibaratkan sebagai “rangka umajining curiga” atau tempat keris yang meresap masuk ke dalam kerisnya. Lebih jelasnya diterangkan sebagai berikut: “Rangka umajining curiga punika ngibarating ngilmi anendahaken pamoring kawula Gusti ingkan sejati. Sinarning kawula, jumeneng Gusti balaka. Ageng wesi aji, punika sanepa pamor netepaken bilik kados mekaten punika dipun wastani pamoring kawula Gusti. Sejatosipun gesang punika namung kaling-kalingan wuwujudan kita piyambak. Inggih gesang panjenengan inggih ingkang anggesangaken badan kita punika nunggil pancer. Gesang sejati punika inggih agesangi sagung dumados” “Tempat keris yang meresap masuk ke dalam kerisnya mengibaratkan ilmu ketuhanan. Hal ini menunjukkan pamor atau percampuran mahkluk dengan Khaliknya. Senjata tajam merupakan ibarat campuran yang menunjukkan bahwa seperti itulah yang disebut campuran mahkluk dan Khaliknya. Sebenarnya yang disebut hidup hanyalah terhalang oleh adanya badan atau tubuh kita sendiri yang terdiri dari darah, daging, dan tulang. Hidup kita ini, yang menghidupinya adalah sama-sama menjadi pokok kita. Hidup yang sejati itu adalah hidup yang menghidupi segala hal yang ada di alam semesta.” 12 10 Kata pengantar Pasudi Suparlan pada buku Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa karangan Clifford Geertz Pustaka Jaya, Jakarta 11 Bagi orang Samin, Adam bukanlah nama nabi sebagaimana orang Islam menyebutnya. Menurut pemahaman orang Samin, Adam adalah suara sehingga di dalam bersuara membutuhkan Hawa udara 12 Suripan Sadi Hutomo, Samin....,op.cit, hlm.11. Keyakinan akan adanya Tuhan, Samin menganggap bahwa Tuhan hanya sebatas ucapan. Ia beranggapan yang berkuasa itu adalah dirinya sendiri karena dirinya sendirilah yang dapat mengusahakan kebutuhan yang mereka inginkan. Pengikut Samin juga meyakini bahwa Tuhan akan menguasai menurut kehendak manusia, manusia menghendaki kebaikan, maka Tuhan akan memberikan kebaikan, jika manusia menghendaki kejelekan, maka Tuhan juga akan memberikan kejelekan. Meskipun Samin sering memakai istilah-istilah Arab, namun kepercayaan ini tidak bertalian langsung dengan agama Islam. Terdapat semacam kompleksitas dari ajaran Samin di mana cakupan ajaran menjangkau berbagai segi kehidupan dari pengikutnya, baik dalam bidang spiritual, kekerabatan, ekonomi dan politik. Ricklefs berpendapat bahwa ajaran Samin merupakan doktrin yang tidak jelas. “.....ajaran Samin lebih merupakan suatu kumpulan doktrin-doktrin etika dan agama yang tidak jelas. Menitikberatkan pada mistik, kekuatan seksual, perlawanan, dan keutamaan keluarga. Mereka menolak perekonomian uang, struktur- struktur, dan segala bentuk kekuasaan.” 13 Gerakan Samin juga merupakan tradisi Abangan di Jawa. 14 Samin mengaku menganut agama Adam. Tentang agama yang dianutnya, mereka menegaskan bahwa: “Agama niku gaman, Adam pangucape, man gaman lanang”. Tetapi Samin tidak membedakan agama yang ada, mereka menganggap semua agama baik, dan mereka merasa memilikinya. 13 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta,Gadjah Mada University Press, 1991,hlm.254. 14 Titi Mumfangati, dkk, , Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Samin, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Yogyakarta,Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2004, hlm. 45.

C. Gerakan Tanpa Kekerasan