BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi uraian latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, spesifikasi produk diharapkan, dan definisi
operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan peran tenaga pendidik sangat penting. Pendidikan sendiri merupakan usaha sadar untuk menyiapkan
siswa melalui bimbingan pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang Simanjuntak, 1993: 40. Pendidikan berperan
penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil maksimal. Oleh sebab itu pendidikan hendaknya dikelola,
baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dapat dicapai dengan terlaksananya pendidikan yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran
Simanjuntak, 1993:41. Proses pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya mampu memotivasi
dan meningkatkan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Mengajar tidak hanya dinilai dari hasilnya saja, tetapi yang terpenting adalah
perkembangan pribadi anak. Walaupun mempelajari hal yang baik, akan
1
memberikan pengalaman dan membangkitkan bermacam-macam sifat dan sikap dari diri anak, maka guru harus bisa memilih metode dan media
pembelajaran yang cocok agar anak dapat berkembang dengan baik. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari siswa
mulai dari jenjang pendidikan dasar. Bagi sebagian siswa matematika bukanlah mata pelajaran yang menyenangkan, bahkan ada yang menganggap
matematika adalah pelajaran yang menakutkan. Oleh karena itu, agar siswa menyukai pelajaran matematika pembelajaran harus dibuat menarik dan
menyenangkan dengan menggunakan metode inovatif yang mudah dipahami. Namun fakta di lapangan sangat berbeda, pembelajaran lebih didominasi oleh
guru. Guru biasanya mengajar dengan menjelaskan dan dilanjutkan memberikan tugas. Hal tersebut dapat membuat pembelajaran menjadi
menjenuhkan, siswa menjadi tidak semangat, keaktifan siswa kurang, serta prestasi belajar siswa menjadi rendah.
Matematika di dalamnya mencangkup penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Perkalian pada siswa sekolah dasar umunnya wajib
menghafalkan perkalian dari 1 sampai 10. Hal ini akan sangat membantu siswa di dalam penyelesaian penghitungan yang akan melibatkan perkalian.
Akan tetapi, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan di dalam mengerjakan soal hitung perkalian dikarenakan mereka belum hafal perkalian
1 sampai 10 yang menjadi dasar perkalian. Hal ini dikarenakan banyak faktor penyebab, diantaranya guru selama ini hanya menggunakan metode ceramah,
tanya jawab, latihan, dan tugas. Guru di sini tidak menggunakan alat peraga yang membantu saat pembelajaran berlangsung sehingga pembelajaran
terkesan monoton saja. Selain itu, guru juga tidak menggunakan metode berhitung yang membantu siswa untuk mempermudah dalam pembelajaran
perkalian dan pembagian. Siswa di sini terbebani oleh ingatannya untuk menghafalkan perkalian maupun pembagian, kebanyakan mereka terpaksa
sehingga pembelajaran di sini terasa sangat membosankan. Pastinya sangat bertentangan dengan dunia mereka yang masih penuh dengan suasana
bermain melainkan harus menghafal perkalian dan pembagian. Pembelajaran ini juga terjadi di SD Negeri Jetis, Sumberagung, Jetis,
Bantul. Pembelajaran di sini masih didominasi oleh guru saja. Guru di sini hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, latihan, dan tugas. Dalam
pembelajaran perkalian dan pembagian guru memberikan tugas kepada siswanya untuk menghafalkan perkalian dan pembagaian tanpa memberikan
teknik berhitung yang dapat mempermudah siswa dalam belajar perkalian dan pembagian. Cara ini nantinya membuat suasana pembelajaran akan menjadi
jenuh. Serta suasana ini akan membuat suasana pembelajaran menjadi jenuh. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan peningkatan kualitas
pembelajaran dan peningkatan kualitas penilaian. Kualitas pembelajaran itu dapat dilihat dari hasil penilaiannya atau hasil assessment. Suraparanata,
2012 : 148 memaparkan bahwa penilaian adalah suatu prosedur sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta
menginterprestasikan informasi yang dapat digunakan untuk membuat suatu kesimpulan mengenai karakteristik seseorang atau obyek. Hasil penilaian
didapatkan dari penguji menggunakan alat bantu ukur berupa tes maupun non-tes. Semakin baik alat ukur yang digunakan akan semakin baik pula data
yang akan dihasilkannya. Untuk yang baik digunakan adalah valid dan reliabel. Tes dapat dikatakan
valid jika tes itu benar-benar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat dipercaya, di mana hasil yang
akan dicapai nantinya itu tetap atau konstan maka tes tersebut dapat dikatakan reliabel. Alat ukur yang digunakan pun harus memiliki tingkat kesukaran
yang proprosional dengan kategori dari sedang, mudah, dan sukar. Serta tingkat kesukaran, ada daya pembeda yang harus dilihat dalam menyusun tes
hasil belajar. Sulistyorini 2009 : 173 memaparkan bahwa daya pembeda harus dimiliki oleh alat ukur yang baik untuk membedakan kemampuan
peserta tes yang pandai dengan peserta tes yang kurang pandai. Alat ukur pada pilihan ganda, terdapat juga pengecoh yang harus diperhatikannya.
Pengecoh di sini berperan ketika peserta tes memilih jawaban yang salah. Jadi, alat ukur yang dikatakan baik jika di dalam soal tes terdapat daya
pembeda, tingkat kesukaran, serta analisis pengecoh. Peneliti telah melakukan wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri
Bantulan di Kabupaten Bantul. Wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2016 ini memperoleh informasi 1 bahwa guru kelas membutuhkan
waktu yang cukup lama, serta saat mengoreksi soal uraian membutuhkan waktu yang lebih lama pula, 2 guru tau mengenai konstruksi tes yang baik
tetapi belum maksimal, 3 guru membutuhkan prototype soal matematika yang berkualitas baik valid dan reliabel serta diketahui karakteristik butir
soal seperti daya beda, pengecoh, dan indeks kesukaran yang baik salah satunya pada materi perkalian dan pembagian untuk siswa kelas IV SD
dikarenakan siswa masih kesulitan dalam memahami materi tersebut. Berdasarkan dari hasil analisis kebutuhan di atas, peneliti terdorong untuk
melakukan pengembangan tes hasil belajar dengan melakukan penelitian dan pengembangan Research and Development. Tes hasil belajar yang
dikembangkan oleh peneliti menggunakan dimensi kognitif dari Taksonomi Bloom yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Penelitian yang dikembangkan berjudul: “Pengembangan Tes Hasil Belajar Matematika Kompetensi Dasar Melakukan
Operasi Perkalian Dan Pembagian Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”.
B. Pembatasan Masalah