Pengembangan Tes Hasil Belajar

2004: 43 menyatakan bahwa pengecoh berfungsi sebagai pengidentifikasi peserta tes yang berkemampuan tinggi. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengecoh merupakan kemungkinan jawaban yang tidak benar dan berfungsi untuk mengidentifikasi peserta tes yang berkemampuan tinggi.

3. Pengembangan Tes Hasil Belajar

Djemari Mardapi dalam Suwarto, 2013: 133 menyatakan bahwa untuk menyusun tes, langkah-langkah yang perlu ditempuh: 1 menyusun spesifikasi tes, 2 menulis soal tes, 3 menelaah soal tes, 4 melakukan uji coba tes, 5 menganalisis butir soal, 6 memperbaiki tes, 7 merakit tes, 8 melaksanakan tes, dan 9 menafsirkan hasil tes. 1. Menyusun Spesifikasi Tes Menetapkan spesifikasi tes, yaitu berisi tentang uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan mempermudah dalam menulis soal, dan siapa saja yang menulis soal akan menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Penyusun spesifikasi tes mencakup kegiatan berikut: a menentukan tujuan tes, b menyusun kisi-kisi tes, c memilih bentuk tes, dan d menentukan panjang tes. a. Menentukan tujuan tes Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes yang banyak digunakan di lembaga pendidikan, yaitu tes penempatan, tes diagnostik, tes formatif, dan tes sumatif. Tes penempatan dilaksanakan pada awal pelajaran, digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki siswa. Tes diagnostik berfungsi untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa, termasuk kesalahan pemahaman konsep. Tes diagnostik dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk memperbaiki strategi mengajar. Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya untuk menetukan keberhasilan belajar siswa. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian sertifikat, dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal pada tes sumatif PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI bervariasi, sedang materinya harus mewakili bahan yang diajarkan. b. Menyusun kisi-kisi Kisi-kisi berisi spesifikasi soal-soal yang anak dibuat. Kisi-kisi soal terdiri dari kolom dan baris. Kolom menyatakan standar kompetensi, kompetensi dasar, uraian materi, dan indikator. Untuk melengkapi kisi-kisi tersebut diperlukan silabus mata pelajaran atau kurikulum yang berlaku, dan buku teks sebagai pengendali supaya tidak keluar dari materi pelajaran. c. Memilih bentuk tes Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk tes objektif pilihan ganda sangat tepat digunakan bila jumlah peserta banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak. Kelebihan tes objektif bentuk pilihan adalah lembar jawaban dapat diperiksa dengan komputer sehingga objektivitas penskoran dapat dijamin. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI d. Menentukan panjang tes Penentuan panjang tes berdasarkan pada cakupan materi yang diujikan dan kelelahan tes. Penetuan panjang tes berdasarkan pengalaman saat melakukan tes. Untuk mengatasi agar jawaban soal tidak perlu panjang, sebaiknya jawaban dibatasi dengan beberapa kata atau beberapa halaman. Untuk keperluan tes diagnostik panjang tes akan terkait dengan seberapa banyak miskonsepsi yang ada, seberapa banyak cakupan materi yang akan diujikan, dan akan dipertimbangkan peserta tes. 2. Menulis Soal Tes Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pernyataan-pernyataan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kisi-kisi yang telah dibuat. Pernyataan perlu dikembangkan dan dibuat dengan jelas dan simpel. Langkah- langkah untuk membuat tes uraian yang mencakup uraian objektif dan non-objektif telah diuraikan di depan, yaitu dalam menyusun butir tes uraian. 3. Menelaah Soal Tes Setelah butir soal dibuat, kemudian dilakukan penelitian pada butir-butir soal tertentu. Hal ini dilakukan memperbaiki soal jika ternyata dalam pembuatan masih ditemukan kekurangan atau kesalahan. 4. Melakukan Uji Coba Tes Maksud uji coba adalah untuk meneliti apakah tes diagnostik itu sudah dapat berfungsi dengan baik seperti yang diharapkan. Uji coba juga untuk memperbaiki atau memilih butir soal yang terbaik untuk dijadikan bentuk akhir sesuai dengan tujuan pengembangan tes diagnostik yang dilakukan. Tujuan uji coba adalah mengidentifikasi taraf kesukaran butir soal, daya pembeda butir soal, menentukan alokasi waktu yang layak, dan reliabilitas tes. 5. Menganalisis Butir Soal Analisis butir soal dilakukan untuk masing-masing butir, sehingga dapat diketahui: tingkat kesulitan butir soal, dan daya pembeda butir soal. Pemilihan butir-butir tes yang baik perlu diperhatikan, dalam teori tes klasik dua parameter yang paling banyak digunakan, yaitu tingkat kesukaran butir tes daya pembeda butir tes Suryabrata dalam Suwarto, 2013: 131. 6. Memperbaiki Tes Selanjutnya dilakukannya perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Ada kemungkinan beberapa soal sudah baik sehingga tidak perlu direvisi, beberapa butir mungkin perlu direvisi, dan beberapa yang lain mungkin harus dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan. 7. Merakit Tes Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki, langkah berikutnya adalah merakit butir-butir soal tersebut menjadi kesatuan tes. Serta diperlukan pengelompokan-pengelompokan butir soal yang mengungkap konsep-konsep yang sama. Untuk tes diagnostik urutan butir-butir perlu diurutkan pada materi atau konsep yang sama. 8. Melaksanakan Tes Tes yang disusun diberikan kepada siswa untuk diuraikan. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu yang tepat, karena bila waktu tidak tepat maka miskonsepsi yang ada pada siswa yang mengalami kesulitan belajar akan tetap ada dikarenakan proses perbaikan pembelajaran berikutnya tidak dapat berlangsung. 9. Menafsirkan Hasil Tes Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga dapat memberikan keputusan pada peserta tes tentang kelemahan-kelemahan yang dimilikinya. Untuk keperluan penafsiran tersebut diperoleh acuan penilaian kriteria, karena tujuan diadakan tes diagnostik adalah untuk mengetahui konsep-konsep yang lemah dan apa penyebabnya.

4. Matematika

Dokumen yang terkait

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar melakukan operasi hitung bilangan bulat, pembulatan, dan penaksiran untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

0 4 245

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar melakukan pengukuran sudut untuk siswa kelas V Sekolah Dasar.

0 1 283

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 1.4 melakukan operasi hitung campuran untuk siswa kelas IV sekolah dasar tahun pelajaran 2016/2017.

0 0 261

Pengembangan tes hasil belajar Matematika materi perkalian pembagian dan operasi hitung campuran untuk siswa kelas IV sekolah dasar.

0 1 232

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar melakukan operasi hitung satuan waktu untuk siswa kelas V sekolah dasar.

0 0 199

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar melakukan operasi hitung bilangan bulat, pembulatan, dan penaksiran untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

0 1 243

Pengembangan tes hasil belajar matematika kompetensi dasar melakukan pengukuran sudut untuk siswa kelas V Sekolah Dasar

0 1 281

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar melakukan operasi perkalian dan pembagian untuk siswa kelas IV sekolah dasar

0 3 246

Pengembangan tes hasil belajar Matematika kompetensi dasar 1.4 melakukan operasi hitung campuran untuk siswa kelas IV sekolah dasar tahun pelajaran 2016 2017

0 0 259

Pengembangan tes hasil belajar Matematika materi perkalian pembagian dan operasi hitung campuran untuk siswa kelas IV sekolah dasar

0 6 230