Metode Uji Analgesik Uji analgesik dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan metode geliat pada mencit betina galur swiss.

stimulus nyeri Sirait, Hargono, Wattimena, Husin, Sumadilaga, dan Santoso, 2007. Berikut beberapa kriteria atau sifat farmakokinetika untuk memperoleh efek analgesik yang optimal dari suatu obat : 1. Diabsorpsi dengan cepat dan sempurna, dengan ketersediaan hayati absolut. 2. Terdistribusi secara cepat dan baik ke jaringan target dengan konsentrasi yang tidak terlalu tinggi di organ-organ untuk mengurangi efek samping. 3. . Eliminasinya cepat, baik melalui hepar maupun ginjal untuk mencegah terjadinya penimbunan obat, khususnya pada penderita ginjal dan hepar Soelistiono, 2002 cit Hidayat, 2010.

F. Metode Uji Analgesik

Pengujian aktivitas analgesik suatu bahan uji pada induksi nyeri cara kimiawi yang responnya berupa geliat harus ditentukan daya analgesiknya. Daya analgesik merupakan perbandingan antara jumlah geliat rata-rata kelompok perlakuan dengan jumlah geliat rata-rata kelompok kontrol. Daya analgesik untuk mengetahui besarnya kemampuan bahan uji tersebut dalam mengurangi rasa nyeri kelompok kontrol. Daya analgesik dapat dijadikan dasar untuk perhitungan efektifitas analgesik yang dibandingkan dengan pembanding analgesik untuk mengetahui keefektifan bahan uji yang diduga berfungsi sebagai analgesik Kardoko dan Eleison, 1999; Pudjiastuti, Dzulkarnain, dan Nuratmi, 2000. Pengujian aktivitas analgesik menjadi dua, yaitu golongan analgetika narkotika dan golongan analgetika non narkotika. Berikut di bawah ini penguraian dari masing-masing metode. 1. Gologan analgetika narkotika Yang dimaksud anlgetika narkotika adalah analgetika dengan mekanisme kerja sentral. Berikut ini metode penapisan aktivitas analgesik untuk analgetika narkotika. a. Metode jentikan ekor. Pengujian analgesik metode ini menggunakan ekor mencit atau tikus yang dicukur dan dilapisi dengan cat penyerap panas berwarna hitam. Hewan uji ditempatkan pada balok dengan lampu inframerah yang panas sehingga ekor dapat menerima panas secara maksimum. Jarak antara waktu sebelum hewan uji menjentikkan ekornya untuk keluar dari balok inframerah dicatat. Prosedur pengujian diulangi dengan menggunakan hewan uji yang sudah diberi dosis agen analgesik yang diteliti dan perpanjangan waktu selama ekor hewan uji masih berada pada balok yang panas Cannon, 2007. b. Metode rangsang panas. Pengujian analgesik metode ini memanfaatkan seperangkat alat laboratorium yang berupa lempeng panas dengan suhu yang telah ditentukan. Hewan uji diletakkan pada lempeng panas dan jarak waktu sebelum hewan uji ini menunjukkan tanda ketidaknyamanan dicatat. Prosedur uji ini diulang dengan menggunakan hewan uji yang telah diberi dosis agen analgesik, kemudian diamati jarak waktu selama hewan uji masih dapat tinggal pada lempeng panas sebelum menunjukkan tanda ketidaknyamanan. Kurva antara dosis dan respon dibuat dan dilakukan analisis secara statistik Cannon, 2007. 2. Golongan analgetika non narkotika Pada analgetika non narkotika mekanisme kerjanya secara perifer. Metode penapisan analgesik untuk analgetika non narkotika sebagai berikut. a. Metode rangsang kimia. Pada pengujian efek analgesik metode ini rasa nyeri yang timbul berasal dari rangsang kimia yang disebabkan oleh senyawa kimia yaitu asam asetat yang disuntikkan pada hewan uji secara peritoneal i.p.. Senyawa pembanding yang biasanya digunakan untuk uji proteksi nyeri analgesik jenis ini adalah asetosal, parasetamol, dan sebagainya. Hewan uji mencit yang lebih sering digunakan adalah mencit betina karena mencit betina lebih peka terhadap rangsang dari pada mencit jantan. Respon mencit yang biasa diamati adalah lompatan dan kontraksi perut dengan disertai tarikan kaki kea rah belakang berupa rentangan yang disebut geliat Turner, 1965. Menurut Vogel 2002, yang dimaksud metode rangsang kimia yaitu rasa nyeri yang timbul akibat dari rangsang kimia yang disebabkan oleh zat kimia yang diinjeksikan secara intraperitonial pada hewan uji. Beberapa zat yang sering digunakan untuk menimbulkan rasa nyeri dalam metode ini yaitu asam asetat dan fenil kuionon. Metode ini cukup peka untuk pengujian senyawa-senyawa analgetika yang mempunyai daya analgesik lemah. Selain metode ini cukup peka, metode rangsang kimia lebih sederhana, reprodusibel, dan hasilnya spesifik. b. Metode pedolometer. Pengujian efek analgesik dengan metode ini menggunakan aliran listrik untuk mengukur besarnya daya analgesik. Alas kandang tikus berasal dari kepingan metal yang bisa mengalirkan listrik. Tikus ditempatkan pada kandang tersebut kemudian diberikan aliran listrik. Respon positif ditandai dengan teriakan mencicit dari tikus tersebut Turner, 1965. Pemberian analgesik akan mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri sehingga jumlah geliat yang terjadi berkurang sampai tidak terjadi geliat sama sekali. Reaksi mencit yang dapat ditimbulkan seperti menjilat kaki depan, kaki belakang lalu meloncat, menarik satu atau kedua kaki ke belakang. Selang waktu antara pemberian stimulus nyeri dengan terjadinya respon disebut waktu reaksi. Waktu reaksi ini dapat dipengaruhi oleh obat-obat analgesik. Proses berlangsungnya waktu reaksi selanjutnya dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mengevaluasi aktivitas analgesik Vogel, 2002. Efek proteksi ditujukan karena nyeri yang terjadi pada mencit adalah nyeri viseral dimana penghantaran nyeri lebih lambat dan terjadi secara berkesinambungan, sehingga metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode writhing test yaitu dengan melihat adanya efek proteksi terhadap rasa sakit akibat pemberian asam asetat secara intra peritoneal pada mencit percobaan Somchit, Shukriyah, Bustamam, dan Zuraini, 2005. Efek analgesik dapat dievaluasi menggunakan persen proteksi geliat : proteksi geliat = 100 -[ PK x 100 ] P : Jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi perlakuan K : Jumlah kumulatif geliat mencit kelompok kontrol negatif Turner, 1965. Efek analgesik dapat dievaluasi menggunakan perubahan persen proteksi geliat dengan menggunakan rumus : Perubahan proteksi geliat = [ A-B B ] x 100 A = proteksi geliat pada tiap kelompok perlakuan B = rata-rata proteksi geliat pada kontrol positif Pudjiastuti dkk., 2000. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit Mus Musculus karena mudah diperoleh, relatif murah, mempunyai sistem syaraf yang mirip dengan syaraf manusia dan sering digunakan untuk uji analgesik suatu senyawa Thompson, 1990.

G. Dekokta