Analgesik Uji analgesik dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan metode geliat pada mencit betina galur swiss.

arakidonat terhenti, otomatis mediator nyeri seperti prostaglandin E 2 PGE 2 sintesisnya dapat diturunkan, di mana PGE 2 diduga mensensitisasi ujung saraf terhadap efek bradikinin, histamin dan mediator kimiawi lainnya yang dilepaskan secara lokal oleh proses inflamasi. Adanya penurunan sintesis PGE 2 tersebut dapat menekan sensasi rasa sakit Kimbrough, 2004. Efektivitas penggunaan aspirin adalah berdasarkan kemampuan menghambat siklooksigenase yang mengkatalisis perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin H 2 , prostaglandin E 2 , dan tromboksan A 2 . Aspirin hanya bekerja pada enzim siklooksigenase, tidak pada enzim lipooksigenase, sehingga tidak menghambat pembentukan leukotrien Roy, 2007.

E. Analgesik

Analgesik adalah obat atau senyawa yang bekerja untuk menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Mekanisme kerja analgesik adalah menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada SSP yang mengkatalisis biosintesis prostaglandin, sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanik maupun kimiawi. Berdasarkan potensi kerjanya analgesik dibagi menjadi analgesik opioid dan analgesik non opioid Siswandono dan Soekarjdo, 2000. Secara garis besar penggolongan analgesik dibagi atas dua golongan yaitu analgesik nonopioid dan analgesik opioid. a. Analgesik Nonopioid Obat analgesik antipiretik serta obat antiinflamasi nonsteroid AINS merupakan analgesik nonopioid yang mampu meredakan atau menghilangkan rasa nyeri yang tidak menyebabkan adiksi. Obat-obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimia. Walaupun demikian, obat-obat ini memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping. Contoh obat golongan ini adalah aspirin Wilmana dan Gan, 2007. Klasifikasi AINS berdasarkan selektivitasnya terhadap siklooksigenase COX, dapat dilihat pada gambar 4 : Gambar 4. Klasifikasi Obat Analgesik Antiinflamasi Non Steroid Obat AINS Wilmana dan Gan, 2007. AINS AINS COX nonselektif AINS COX-2 preferential AINS COX-2 selektif ‐ Aspirin ‐ Indometasin ‐ Piroksikam ‐ Ibuprofen ‐ Naproksen ‐ Asam mefenamat ‐ Nimesulid ‐ Meloksikam ‐ Nabumeton ‐ Diklofenak ‐ Etodolak Generasi I : ‐ Selekoksib ‐ Rofekoksib ‐ Parekoksib ‐ Eteroksib Generasi II : - Lumirakoksib Asam asetilsalisilat Aspirin atau asetosal, dan obat antiinflamasi nonsteroid AINS lainnya merupakan obat analgesik nonopioid yang digunakan untuk mengobati nyeri ringan sampai sedang Baumann, 2005. b. Analgesik Opioid Kelompok obat yang memiliki sifat analgesik dan seperti opium disebut analgesik opioid. Opium berasal dari getah muda Papaver smniferum L. mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain dan papaverin. Analgesik opioid terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri, tetapi dapat menimbulkan adiksi, Selain itu juga memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain. Golongan opioid meliputi alkaloid opium, derivat semisintetik alkaloid opium, senyawa sintetik dengan sifat farmakologi menyerupai opium Dewoto, 2007. Reseptor opioid terdistribusi luas dalam sistem saraf dan sudah diklasifikasikan menjadi tiga tipe utama, yaitu resptor µ, δ, κ. Reseptor µ mempunyai konsentrasi yang paling tinggi dalam daerah otak yang terlibat dalam antinosiseptif dan merupakan reseptor yang berinteraksi dengan sebagian besar analgesik opioid untuk menghasilkan analgesia. Reseptor µ memperantarai efek analgesik mirip morfin, yaitu euforia, depresi nafas, miosis, berkurangnya motilitas saluran cerna Neal, 2005; Dewoto, 2007. Pengujian aktivitas analgesik dilakukan dengan dua metode yaitu induksi nyeri cara kimiawi dan induksi nyeri cara termik. Daya kerja analgesik dinilai pada hewan dengan mengukur besarnya peningkatan stimulus nyeri yang harus diberikan sampai ada respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan terhadap stimulus nyeri Sirait, Hargono, Wattimena, Husin, Sumadilaga, dan Santoso, 2007. Berikut beberapa kriteria atau sifat farmakokinetika untuk memperoleh efek analgesik yang optimal dari suatu obat : 1. Diabsorpsi dengan cepat dan sempurna, dengan ketersediaan hayati absolut. 2. Terdistribusi secara cepat dan baik ke jaringan target dengan konsentrasi yang tidak terlalu tinggi di organ-organ untuk mengurangi efek samping. 3. . Eliminasinya cepat, baik melalui hepar maupun ginjal untuk mencegah terjadinya penimbunan obat, khususnya pada penderita ginjal dan hepar Soelistiono, 2002 cit Hidayat, 2010.

F. Metode Uji Analgesik