Uji Pendahuluan Uji analgesik dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan metode geliat pada mencit betina galur swiss.

Pada kadar air 10 dapat mencegah pertumbuhan kapang dan jasad renik serta menghentikan reaksi enzimatik. Enzim tertentu dalam sel masih dapat bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu Prasetyo dan Endang, 2013.

5. Pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L.

Serbuk kering daun Macaranga tanarius L. ditimbang sebanyak 10 gram dan dimasukkan ke dalam panci yang kemudian ditambahkan 20 mL aquadest sebagai pembasah, kemudian ditambahkan lagi aquadest sebanyak 100 mL. Campuran ini dipanaskan pada suhu 90 o C dan dijaga tetap dalam suhu tersebut. Setelah mencapai suhu 90 o C dilanjutkan pemanasan selama 30 menit dengan diaduk setiap 5 menit sekali. Sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. diberikan dalam tiga peringkat dosis yaitu 833,33; 1666,67; dan 3333,33 mgkgBB.

B. Uji Pendahuluan

Uji pendahuluan merupakan kegiatan mempersiapkan segala sesuatu yang akan diperlukan dalam pengambilan data selama masa penelitian. Tujuan dari uji pendahuluan adalah untuk menentukan hal-hal yang akan digunakan sebagai acuan pada pengujian sebenarnya, sehingga penelitian akan mendapat hasil yang valid dan akurat. Uji pendahuluan meliputi : penetapan selang waktu pemberian asam asetat, penentuan dosis asam asetat 1, penentuan dosis asetosal, penentuan dosis dekokta daun Macaranga tanarius L.

1. Penetapan selang waktu pemberian asam asetat

Penetapan selang waktu pemberian rangsang merupakan jarak waktu antara pemberian zat uji secara per oral dengan saat pemberian injeksi rangsang nyeri berupa asam asetat secara intraperitonial. Penetapan selang waktu pemberian rangsang bertujuan untuk mengetahui pada selang waktu berapa zat uji asetosal sebagai kontrol positif dan senyawa uji dekokta Macaranga tanarius L. sudah terabsorpsi di dalam tubuh hewan uji sehingga dapat memberikan efek analgesik secara optimal yang ditunjukkan dengan adanya penurunan jumlah geliat pada mencit yang diamati. Pada penentuan selang waktu pemberian asam asetat ini digunakan asetosal dosis 91 mgkg BB. Sedangkan dosis asam asetat yang digunakan adalah dosis 50 mgkgBB. Selang waktu yang diujikan adalah 10 dan 15 menit. Variansi selang waktu 10 menit didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Sandjaja 2007, di mana selang waktu 10 menit sebagai selang waktu optimum untuk menimbulkan geliat. Variansi selang waktu 15 menit didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Andini 2010 dan Wulandari 2010, di mana selang waktu 15 menit sebagai selang waktu optimum untuk menimbulkan geliat. Oleh karena itu peneliti melalukan orientasi pada menit ke 10 dan 15 untuk menentukan selang waktu optimum dalam menimbulkan geliat. Rata-rata jumlah kumulatif geliat kontrol negatif CMC-Na, kontrol positif asetosal selang waktu 10 dan 15 menit dapat dilihat pada tabel II berikut ini. Tabel II. Rata-rata jumlah kumulatif geliat kelompok kontrol negatif CMC- Na dan kontrol positif asetosal selang waktu 10 dan 15 menit Kelompok Jumlah geliat X ± SE Nilai p Kontrol negatif CMC-Na 3,836mg20gBB selang waktu 10 menit 92, 00 ± 1,73 1,000 N Kontrol positif asetosal dosis 91 mgkgBB selang waktu 10 menit 35, 00 ± 0,57 1,000 N Kontrol positif asetosal dosis 91 mgkgBB selang waktu 15 menit 32,67 ± 1,45 0,780 N Keterangan : X = Mean Rata-rata SE = Standar Error SD√ N = Distribusi data normal p0,05 Berdasarkan hasil analisis statistika untuk melihat distribusi data digunakan metode analisis Shapiro-Wilk. Hasil analisis didapatkan nilai probabilitas p0,05 yang menunjukkan sebaran normal maka analisis statistika dilanjutkan menggunakan uji T tidak berpasangan. Pengujian dengan uji T tidak berpasangan ini dipilih karena ingin membandingkan dua kelompok perlakuan antara kontrol negatif CMC-Na 3,836 mg20gBB selang waktu 10 menit dengan kontrol positif asetosal dosis 91 mgkgBB selang waktu 10 menit serta kontrol positif asetosal dosis 91 mgkgBB selang waktu 10 menit dengan kontrol positif asetosal dosis 91 mgkgBB selang waktu 15 menit. Berikut ini hasil analisis statistika penentuan selang waktu pemberian asam asetat dosis 50 mgkgBB. Tabel III. Hasil uji T tidak berpasangan rata-rata jumlah kumulatif geliat penentuan selang waktu pemberian asam asetat dosis 50 mgkgBB Kelompok Nilai p Kontrol Negatif CMC-Na 3,836 mg20gBB selang waktu 10 menit Kontrol positif asetosal dosis 91 mgkgBB selang waktu 10 menit 0,000 BB Kontrol positif asetosal dosis 91 mgkgBB selang waktu 10 menit Kontrol positif asetosal dosis 91 mgkgBB selang waktu 15 menit 0,210 BTB Keterangan : BB = Berbeda bermakna p 0,05 BTB = Berbeda tidak bermakna p 0.05 Kelompok kontrol negatif CMC-Na selang waktu 10 menit dengan nilai rata-rata jumlah geliat 92, 00 ± 1,73 dibandingkan dengan kelompok kontrol positif asetosal dosis 91 mgkgBB selang waktu 10 menit sebesar 35, 00 ± 0,57 Tabel II. Hasil kemudian dianalisis menggunakan uji T tidak berpasangan, di mana nilai probabilitas yang didapatkan sebesar 0,000 p 0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang bermakna antara kontrol negatif CMC-Na 3,836 mg20gBB selang waktu 10 menit dengan kontrol positif asetosal dosis 91 mgkgBB selang waktu 10 menit. Hal tersebut menunjukkan kontrol negatif CMC-Na tidak memiliki efek analgesik karena tidak memberikan penurunan geliat dan berdasarkan hasil analisis statistik berbeda bermakna dengan kontrol positif asetosal dosis 91 mgkgBB. CMC-Na tidak memberikan efek analgesik juga telah dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sandjaja 2007, Winahyu 2015 di mana kontrol negatif CMC-Na memiliki rata-rata jumlah geliat yang paling besar dibandingkan dengan kelompok lain dan memiliki persen proteksi geliat yang paling kecil. Kelompok kontrol positif asetosal dosis 91 mgkgBB selang waktu 10 dengan 15 menit dengan nilai rata-rata jumlah geliat berturut-turut sebesar 35, 00 ± 0,57 dan 32,67 ± 1,45 Tabel II. Hasil kemudian dianalisis dengan uji T tidak berpasangan di mana nilai probabilitas yang didapatkan sebesar 0,238 p 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara selang waktu 10 menit dengan selang waktu 15 menit Tabel III, yang artinya pada kedua menit tersebut memberikan hasil yang sama. Pemberian asetosal dosis 91 mgkgBB baik pada selang waktu 10 atau 15 menit telah diabsorpsi dan telah memberikan efek. Dengan demikian dipilih waktu yang lebih pendek, yaitu 10 menit sebagai selang waktu pemberian untuk digunakan dalam penelitian selanjutnya.

2. Penentuan dosis asam asetat 1

Dalam metode ini digunakan senyawa penginduksi nyeri yaitu asam asetat 1. Asam asetat adalah suatu iritan yang merusak jaringan secara lokal, yang menyebabkan nyeri pada rongga perut. Konsentrasi asam asetat 1 yang digunakan didasarkan pada penelitian yang dilakukan sebelumnya Putra, 2003; Wulandari, 2010. Senyawa ini diinjeksikan secara intraperitonial pada mencit putih betina galur Swiss. Dosis asam asetat yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada hasil penelitian yang sebelumnya telah dilakukan. Wulandari 2010, Andini 2010 melaporkan bahwa pemberian asam asetat pada dosis 25 mgkgBB berbeda bermakna dengan dosis 50 dan 75 mgkgBB. Namun dosis 50 mgkgBB berbeda tidak bermakna dengan dosis 75 mgkgBB. Melalui hasil pelaporan tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk percobaan dosis asam asetat, 50 mgkgBB dipilih sebagai dosis optimal yang dapat menimbulkan nyeri berupa geliat.

3. Penentuan dosis asetosal

Asetosal digunakan sebagai kontrol positif, di mana asetosal merupakan obat analgesik yang paling banyak digunakan karena merupakan penghambat prostaglandin paling efektif dari golongan salisilat Priyanto, 2008. Kontrol positif disini berfungsi sebagai parameter validitas metode untuk membuktikan bahwa metode yang digunakan dapat dipercaya kevalidannya untuk membandingkan daya analgesik dengan sampel yang diteliti. Menurut penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Handara 2006; Riadiani 2006; dan Tusthi 2007 adalah 91 mgkgBB. Asetosal diujikan pada variansi dosis 68,25; 91 dan 113,75 mgkgBB. Hasil orientasi menyatakan bahwa dosis yang digunakan adalah 91 mgkgBB, di mana pada dosis tersebut berbeda bermakna dengan dosis 68,25 dan mempunyai perbedaan tidak bermakna dengan dosis 113,75 mgkgBB. Oleh karena itu penetapan dosis asetosal yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu asetosal dosis 91 mgkgBB.

D. Skrining Fitokimia