52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap efek analgesik pada mencit
betina galur Swiss yang terinduksi asam asetat 1. Mengetahui berapa besar persen proteksi dan perubahan persen proteksi geliat dekokta daun Macaranga
tanarius L. terhadap mencit betina galur Swiss. Mengetahui kekerabatan antara dosis pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan penurunan geliat
pada mencit betina galur Swiss terinduksi asam asetat. Selain itu dilakukan pengujian skrining fitokimia dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang
metabolit sekunder yang terkandung dalam dekokta Macaranga tanarius L.
A. Penyiapan Bahan 1. Bahan utama dan alasan penggunaan daun
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Macaranga tanarius L., di mana bagian yang diteliti adalah bagian daunnya. Daun dipilih sebagai
bagian untuk diteliti karena menurut Kumazawa, Murase, Momose, Fukumoto 2014 daun mengandung prenylflavonoid yang memiliki aktivitas penangkapan
radikal terhadap DPPH yang paling tinggi setelah bagian granular trikoma. Bagian granular trikoma cenderung lebih sulit untuk dikumpulkan dalam jumlah yang
banyak. Pada bagian daun lebih mudah untuk dilakukan pengumpulan dalam jumlah yang banyak, sehingga pada penelitian ini digunakan daun untuk menguji
ada tidaknya efek analgesik dengan sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L..
2. Hasil determinasi tanaman
Daun Macaranga tanarius L. sebelum digunakan dalam pengujian efek analgesik dekokta perlu dilakukan determinasi tanaman, tujuannya untuk
memastikan bahwa tanaman maupun bagian tanaman yang akan digunakan benar- benar merupakan tanaman Macaranga tanarius L., sehingga tidak ada kesalahan
bahan yang akan dipakai. Bagian tanaman yang digunakan untuk determinasi adalah bagian daun, batang, bunga, buah dan biji.
Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta sesuai dengan buku acuan Steenis
et al., 1992. Proses determinasi didukung juga dengan cara membandingkan tanaman bagian daun, batang, bunga, buah dan biji dengan herbarium Macaranga
tanarius L. koleksi referensi yang terdapat di Laboratorium Botani Farmasi. Berdasarkan hasil determinasi tersebut dinyatakan bahwa tanaman yang
digunakan dalam penelitian ini adalah benar Macaranga tanarius L. dan sudah sesuai dengan yang diharapkan.
3. Pembuatan serbuk daun Macaranga tanarius L.
Proses pemanenan daun Macaranga tanarius L. dilakukan pada pagi hari, tujuannya didapatkan daun yang masih segar. Waktu pemanenan merupakan salah
satu faktor yang akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas kandungan senyawa metabolit dalam daun, sehingga pemanenan harus dilakukan pada waktu yang
tepat agar diperoleh kandungan metabolit dalam jumlah optimal Soegihardjo, 2013.
Kondisi temperatur yang terlalu tinggi, durasi sinar matahari secara signifikan dapat mempengaruhi kualitas fisik, kimia dan biologi tanaman obat
termasuk kegiatan fisiologis dan biokimia tanaman WHO Guidelines Good Agricultural and Collection Practice, 2003. Menurut Tjay dan Rahardja 2007,
sinar UV matahari menghasilkan radikal bebas. Apabila proses pemanenan dilakukan pada siang hari dikhawatirkan senyawa antioksidan yang terkandung
dalam tanaman Macaranga tanarius L. digunakan sebagai senyawa proteksi bagi tumbuhan akibatnya kandungan senyawa antioksidan dalam daun Macaranga
tanarius L. dapat berkurang. Daun yang digunakan untuk penelitian yaitu daun yang segar, berwarna
hijau serta tidak berlubang. Daun yang sudah dipanen kemudian dicuci bersih dan dijemur secara tidak langsung di bawah sinar matahari. Daun yang dijemur
ditutupi dengan kain hitam tujuannya menjaga kandungan kimia yang terdapat dalam daun supaya tidak hilang selama proses pengeringan. Proses pengeringan
ini berlangsung sampai didapatkan daun yang kering dan mudah dihancurkan. Simplisia kering yang telah dijemur kemudian dibawa ke LPPT UGM untuk
dilakukan pembuatan serbuk. Pembuatan serbuk disesuaikan dengan prosedur di LPPT UGM. Simplisia kering dipotong-potong untuk memudahkan proses
penyerbukan, kemudian dilakukan proses pengeringan kembali dalam almari pengering pada suhu 45˚C selama 20 jam, sehingga menghasilkan potongan daun
yang benar-benar kering. Simplisia kering tersebut kemudian diserbuk dengan mesin penyerbuk dengan lubang saringan 1 mm. Hasil penyerbukan kemudian
ditimbang dan dikemas.
Serbuk yang telah didapatkan kemudian diayak kembali dengan ayakan mesh nomor 40. Proses pengayakan bertujuan agar didapatkan ukuran serbuk
yang seragam untuk pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L.. Tujuan dilakukannya penyerbukan untuk meningkatkan luas permukaan serbuk, semakin
besar luas permukaan serbuk maka semakin banyak kontak dengan cairan penyari. Banyaknya kontak dengan pelarut diharapkan senyawa metabolit yang terkandung
di dalam serbuk daun Macaranga tanarius L. dapat tersari lebih banyak.
4. Penetapan kadar air serbuk kering daun Macaranga tanarius L.
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Gravimetri di mana serbuk dimasukkan ke dalam alat moisture balance. Tujuan dari penetapan kadar air dari
serbuk kering daun Macaranga tanarius L., yaitu untuk mengetahui serbuk yang digunakan terjamin kualitasnya untuk dilakukan penelitian selanjutnya dan telah
memenuhi persyaratan serbuk yang baik. Pemanasan dilakukan pada suhu 105 C
selama 3 jam hingga berat konstan. Tercapainya berat yang konstan menandakan bahwa air yang terkandung dalam serbuk telah berhasil diuapkan. Pemanasan
pada suhu 105 C dan waktu 3 jam karena pada suhu tersebut diasumsikan seluruh
kandungan air yang ada dalam serbuk telah menguap. Hasil pengujian menunjukkan bahwa daun Macaranga tanarius L.
memiliki kadar air sebesar 6,66 . Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan 1995 menyatakan bahwa, persyaratan kadar air yang memenuhi
standar yaitu kurang dari 10 , sehingga dari pengujian menunjukkan bahwa kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L. telah memenuhi persyaratan kadar
air yang ditetapkan.
Pada kadar air 10 dapat mencegah pertumbuhan kapang dan jasad renik serta menghentikan reaksi enzimatik. Enzim tertentu dalam sel masih dapat
bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu Prasetyo dan Endang,
2013.
5. Pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L.
Serbuk kering daun Macaranga tanarius L. ditimbang sebanyak 10 gram dan dimasukkan ke dalam panci yang kemudian ditambahkan 20 mL aquadest
sebagai pembasah, kemudian ditambahkan lagi aquadest sebanyak 100 mL. Campuran ini dipanaskan pada suhu 90
o
C dan dijaga tetap dalam suhu tersebut. Setelah mencapai suhu 90
o
C dilanjutkan pemanasan selama 30 menit dengan diaduk setiap 5 menit sekali. Sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L.
diberikan dalam tiga peringkat dosis yaitu 833,33; 1666,67; dan 3333,33 mgkgBB.
B. Uji Pendahuluan