BAB. III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran.
Perencanaan pembangunan produksi dan penyediaan pangan selama ini lebih menekankan pada sisi suplai atau mengejar target
ketersediaan. Faktor teknis, ekonomis dan seringkali politis dijadikan landasan utama dalam perencanaan penyediaan pangan bagi
masyarakat. Yang dimaksud dengan pangan dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1996, adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati
dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau
minuman. Rumusan kebijakan umum ketahanan pangan nasional 2006-2009
tertuang dalam dokumen yang diterbitkan Dewan Ketahanan Pangan 2006. Dalam dokumen tersebut dinyatakan secara jelas bahwa
ketahanan pangan akan terwujud bila terpenuhinya dua aspek sekaligus, yaitu: 1 pangan tersedia secara cukup dan merata untuk seluruh
penduduk, dan 2 setiap penduduk mempunyai akses fisik dan ekonomi atas pangan untuk hidup sehat dan produktif.
Persoalan mendasar yang dihadapi dalam pembangunan ketahanan pangan terfokus pada dua hal pokok. Pertama, adanya pertumbuhan
permintaan pangan yang lebih cepat daripada pertumbuhan produksi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
pangan domestik. Kedua, besarnya proporsi kelompok masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan Suryana 2000.
Arah pembangunan ketahanan pangan yaitu: 1 mewujudkan kemandirian pangan guna menjamin ketersediaan pangan di tingkat
nasional, daerah hingga rumah tangga yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang; dan 2 perwujudan ketahanan pangan tersebut
merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta. Pada dasarnya, pembangunan ketahanan pangan
bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan di tingkat mikro rumah tangga serta individu dan di tingkat makro nasional.
Urutan pencapaian tujuan ini mempunyai makna strategis, karena secara eksplisit pendekatan ini menetapkan pembangunan ketahanan pangan
yang ingin dicapai adalah pada tingkat mikrorumah tangga. Salah satu dari 13 pesan dari Pedoman Umum Gizi Seimbang,
”Makanlah Aneka Ragam Makanan”. Tidak ada satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang
untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi anekaragam makanan; kecuali bayi umur 0-6
bulan yang cukup mengkonsumsi Air Susu Ibu ASI saja. Bagi bayi 0-6 bulan, ASI adalah satu-satunya makanan tunggal yang penting dalam
proses tumbuh kembang dirinya secara wajar dan sehat. Hal ini membawa konskuensi bahwa setiap rumah tangga dan
anggotannya mempunyai akses untuk memenuhi kebutuhan pangan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
sehingga mampu menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari hari ke hari. Konsumsi pangan dan gizi yang cukup dan seimbang menjadi
syarat bagi perkembangan organ fisik manusia sejak dalam kandungan, yang selanjutnya berpengaruh terhadap perkembangan intelegensia
maupun kemampuan fisiknya. Generasi yang tangguh secara fisik maupun intelegensia akan menjadi tulang punggung bagi tumbuh
kembang suatu bangsa dalam pembangunan ekonomi, sosial maupun politik
Ketahanan pangan secara nasional memiliki makna sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya
memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman, dan juga halal, yang didasarkan pada optimasi pemanfaatan dan berbasis
pada keragaman sumberdaya domestik. Salah satu indikator untuk mengukur ketahanan pangan adalah ketergantungan ketersediaan
pangan nasional terhadap impor Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005. Berkaitan dengan hal tersebut Departemen Pertanian
menetapkan beberapa langkah strategis untuk mencapai sasaran ketahanan pangan di atas antara lain dengan cara : 1. Mengidentifikasi
potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan komoditas padi, jagung, kedelai, tebu dan sapi potong; 2. Merenovasi dan memperluas
infrastruktur fisik dengan merehabilitasi jaringan irigasi lama dan membangun jaringan irigasi baru untuk pengembangan lahan sawah di
luar Jawa serta membuka lahan pertanian baru, khususnya lahan kering di
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
luar Jawa; 3. Menahan laju konversi lahan sawah di Jawa melalui penetapan ”lahan abadi” untuk usaha pertanian; 4. Mempercepat
penemuan teknologi benihbibit unggul untuk peningkatan produktivitas, teknologi panen untuk mengurangi kehilangan hasil, dan teknologi pasca
panen serta pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah; 5. Mempercepat pembentukan teknologi spesifik lokasi kelima komoditas
tersebut untuk meningkatkan daya saingnya; 6. Membangun sistem perbenihanpembibitan untuk kelima komoditas tersebut; 7. Memberikan
subsidi sarana produksi untuk usaha primer sekaligus memberikan proteksi kepada kelima komoditas tersebut; 8. Merevitalisasi sistem
penyuluhan dan kelembagan petani untuk mempercepat difusi adopsi teknologi yang mampu meningkatkan produksi dan pendapatan petani; 9.
Mengembangkan sistem pemasaran hasil pertanian yang mampu mendistribusikan produk dan returnkeuntungan secara efisien dan adil;
10. Mengembangkan sistem pembiayaan pertanian, termasuk keuangan mikro pedesaan untuk meningkatkan aksesibilitas petani atas sumber
permodalanpembiayaan pertanian; 11. Memberikan insentif berinvestasi di sektor pertanian, khususnya di luar Jawa, termasuk menyederhanakan
proses perizinan investasi di sektor pertanian; 12. Memperjuangkan komoditas padi, jagung, kedelai dan tebu sebagai komoditas strategis
SP dalam perundingan W.T.O. Dalam realitasnya untuk mewujudkan program ketahanan pangan
yang efektif dan efisien di Indonesia tidaklah mudah. Hal ini erat kaitannya
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
dengan aspek sosial, politik dan ekonomi Indonesia yang saat ini belum menggembirakan. Sebagai gambaran misalnya program ketahanan
pangan di Kabupaten Ngawi masih dihadapkan pada beberapa masalah yang mendasar, beberapa permasalahan yang kerap kali muncul antara
lain dikarenakan : 1. Tingginya penduduk miskin di Ngawi yang berpotensi besar terjadi rawan pangan dan gizi; 2. Belum tergalinya
potensi pangan lokal yang dapat mensubstitusi beras dan terigu; 3. Belum optimalnya pencapaian produktivitas dan kualitas produk produk
pertanian; 4. Distribusi pangan di tingkat masyarakat belum merata, padahal produksi pertanian cukup tinggi; 5. Fluktuasi harga gabah di
tingkat petani pada saat panen raya; 6. Belum adanya kelembagaan
ketahanan pangan yang bersifat struktural dan operasional di tingkat kabupaten serta peran dan fungsi dewan ketahanan pangan yang belum
optimal; 7. Penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil produksi pertanian yang belum optimal; 8. Masih banyak ditemukan
pangan yang tidak memenuhi standar kesehatan untuk dikonsumsi baik pada proses budidaya maupun pada saat pengolahan; 9. Terbatasnya
sarana dan prasarana, permodalan, akses pergudanganpenyimpanan pengolahan dan jaringan pemasaran; 10. Masih tingginya hama penyakit
dan bencana alam yang mengganggu terhadap produksi serta kenaikan harga bbm yang berdampak besar pada daya beli masyarakat dan
struktur biaya produksi pertanian.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Dari gambaran tersebut, efektifitas kinerja program ketahanan pangan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pembangunan sektor
pertanian, baik primer maupun sekunder produk olahan. Oleh karenanya revitalisasi pertanian di berbagai daerah akan banyak membantu
keberhasilan program ketahanan pangan ini. Tidak ada satu bangsapun yang dapat membangun perekonomiannya tanpa menyelesaikan masalah
pangan terlebih dahulu, oleh karena itu ketahanan pangan merupakan salah satu pilar bagi pembangunan sektor-sektor lainnya. Ketidaktahanan
pangan sangat berpotensi memicu kerawanan sosial, politik maupun keamanan sehingga tidak kondusif untuk melaksanakan pembangunan.
Atas dasar itulah maka tujuan utama pembangunan nasional adalah meningkatkan kualitas SDM, yang tercermin dalam Indeks Pembangunan
Manusia IPM. Dengan demikian terpenuhinya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutu, aman, merata dan terjangkau oleh seluruh
rumah tangga dan individu menjadi sasaran utama pembangunan ekonomi dan kesejahteraan rakyat pada setiap level pemerintahan baik
pusat, provinsi, dan kabupatenkota. Hal ini dapat diwujudkan melalui pembangunan ketahanan pangan.
Secara operasional, perencanaan kebutuhan pangan dapat didasarkan pada pendekatan pemenuhan gizi seimbang. Artinya,
perencanaan kebutuhan pangan dilakukan berdasarkan AKG Angka Kecukupan Gizi dan PPH Pola Pangan Harapan. Pendekatan lain
dalam perencanaan pangan adalah berdasarkan kebutuhan aktual.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Artinya, perencanaan kebutuhan pangan ditujukan untuk menjamin ketersediaan pangan sesuai dengan permintaan aktual masyarakat
sebagai cerminan pendapatan, harga pangan, preferensi pangan, nilai sosial pangan dan budaya pola konsumsi pangan. Dengan demikian
paradigma yang digunakan dalam perencanaan penyediaan pangan adalah dengan memperhatikan keanekaragaman pangan dan
keseimbangan gizi yang sesuai dengan daya beli, preferensi konsumen dan potensi sumberdaya lokal. Salah satu acuanpendekatan yang dapat
digunakan untuk itu adalah Pola Pangan Harapan PPH. Pendekatan ini pertama kali dilontarkan oleh FAO Kantor Wilayah Asia Fasifik FAO-
RAPA pada tahun 1988. Pendekatan PPH merupakan pelengkap dua pendekatan sebelumnya Hardinsyah, et. al, 2001.
Pembangunan ketahanan pangan sampai di tingkat rumah tangga, mempunyai perspektif pembangunan yang sangat mendasar karena: 1.
Akses pangan dan gizi seimbang merupakan hak paling asasi bagi manusia; 2. Proses pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas
dipengaruhi oleh keberhasilan memenuhi kecukupan pangan; 3. Ketahanan pangan merupakan unsur strategis dalam pembangunan
ekonomi dan ketahanan pangan nasional. Badan Urusan Ketahanan Pangan, 2000.
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan persediaan dan konsumsi pangan penduduk di suatu wilayah diperlukan suatu parameter.
Pola persediaan dan konsumsi pangan penduduk dapat merupakan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
gambaran umum dari pola ketahanan pangan. Gambaran ketahanan pangan yang ditinjau dari aspek produksi dan konsumsi secara
keseluruhan akan mampu mengindikasikan permasalahan dalam konsumsi pangan di suatu daerah. Hal tersebut disebabkan pada pola
produksi pangan dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu tingkat produksi kegiatan usaha tani yang dilakukan di daerah tersebut, konversi lahan,
menurunnya tingkat produktifitas dan adanya distribusi pangan yang terkendali dengan baik, sedangkan pada pola konsumsi dipengaruhi oleh
pola budaya, kemampuan masyarakat atau tingkat daya beli masyarakat, selera dan harga dari pangan itu sendiri.
Tingginya produktifitas selain dipengaruhi oleh perbaikan teknik budidaya berkenaan dengan kemampuan mengalokasikan input secara
optimal juga ada faktor manajemen produksi yang berpengaruh baik itu menekan kehilangan hasil pasca panen, penyimpanan maupun dalam
aspek tata guna air. Ketergantungan pada satu jenis pangan akan sangat berbahaya
bagi ketahanan pangan dalam jangka panjang, sehingga diversifikasi pangan perlu mendapatkan perhatian dalam pembangunan bidang
pangan. Dalam rangka diversifikasi pangan akan sangat positif bila pangan lokal dikembangkan kembali dan upaya dibangkitkan dari potensi
lokal sehingga mengurangi ketergantungan pada beras. Fortifikasi atas pangan lokal dapat dikenalkan teknologinya, sehingga masyarakat dapat
mengakses peluang usaha produktif baru dan dapat dikembangkan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
sebagai sumber pendapatan keluarga. Namun yang perlu diingat adalah bahwa kegiatan produksi ini harus bersifat market driven dan mendasar
pada preferensi konsumen. Dasar pemantapan ketahanan pangan yang tertuang dalam
dokumen Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2009 adalah percepat- an penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal.
Dalam lampiran dokumen tersebut dinyatakan bahwa lebih 90 persen masalah kesehatan terkait dengan makanan. Faktor penentu mutu
makanan adalah keanekaragaman jenis pangan, keseimbangan gizi dan keamanan pangan. Ketidakseimbangan gizi akibat konsumsi pangan yang
tidak beranekaragam telah membawa dampak pada munculnya masalah gizi ganda di Indonesia, yaitu gizi kurang maupun gizi lebih.
Indikator untuk mengukur tingkat keanekaragaman dan
keseimbangan konsumsi pangan masyarakat adalah dengan skor Pola Pangan Harapan PPH yang ditunjukkan dengan nilai 95 dan diharapkan
dapat dicapai pada tahun 2015. Sesuai dengan kewenangan masing- masing kabupatenkota ikut bertanggung jawab dalam melakukan
perencanaan, penyelenggaraan, evaluasi dan pengendalian Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal,
untuk mewujudkan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman yang berkoordinasi dengan Dewan Ketahanan
Pangan Kabupaten. Dari uraian tersebut maka gambaran pola konsumsi,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
produksi dan ketahanan pangan dapat dijadikan sebagai dasar per- imbangan dari pembangunan bidang ketahanan pangan.
Di sisi lain dengan adanya peningkatan jumlah penduduk yang berakibat pada meningkatnya jumlah konsumsi pangan dan menurunnya
produksi akibat peralihan fungsi lahan produktif menjadi perumahan, sehingga dari kondisi dan uraian tersebut diatas maka kerangka pemikiran
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
Gambar 1: Bagan dan Alur Pemikiran
P P H
TARGET PENYEDIAAN
PANGAN KABUPATEN NGAWI
POLA PANGAN BERAGAM BERGIZI BERIMBANG DAN
AMAN
KONSUMSI PANGAN
KETERSEDIAAN PANGAN
DISTRIBUSI PANGAN
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber
BAB. IV. METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu.