Penelitian terdahulu. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian terdahulu.

Rata-rata konsumsi energi penduduk Jawa Timur tahun 2005 sebesar 1900 kkalkaphari atau mencapai 95 dari angka kecukupan energi AKE yang dianjurkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi WKNPG VIII 2004 sebesar 2000 kkalkaphari, protein sebesar 62,30 gramkaphari atau mencapai 119,81 dari angka kecukupan protein AKP sebesar 52 gramkaphari, skor pola pangan harapan PPH sebesar 78 dari nilai skor maksimal 100 yang diharapkan tercapai pada tahun 2020. Pola konsumsi pangan penduduk Jawa Timur tahun 2005 masih belum memenuhi Pola Pangan Harapan Ideal, hal ini tercermin dari data Susenas 2005 yang mengisyaratkan masih tingginya konsumsi kelompok padi-padian dominan beras, masih rendahnya konsumsi kelompok pangan umbi-umbian 53,40, kelompok pangan hewani 47,20 serta kelompok pangan sayur dan buah 82,12. BKP. Jatim, 2006. Akmal 2003, menganalisis hubungan antara kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap pola konsumsi. Data diambil dari survei terhadap responden 170 keluarga dengan teknik pengambilan sampel acak berstratifikasi dan dianalisa menggunakan statistik inferensial dan diskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1 Proporsi alokasi pengeluaran untuk konsumsi pangan berbanding terbalik dengan besarnya pendapatan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber total keluarga. Sebaliknya proporsi alokasi pengeluaran untuk konsumsi non pangan berbanding lurus dengan pendapatan total keluar ga, 2 Kelompok jenis pekerjaan sebagai buruh yang umumnya tidak memerlukan pendidikan formal yang tinggi namun membutuhkan proporsi alokasi konsumsi pangan relatif lebih besar daripada jenis pekerjaan yang tidak banyak membutuhkan kekuatan otot, 3 Semakin tinggi tingkat pendidikan maka proporsi alokasi konsumsipangan akan semakin berkurang atau dengan kata lain proporsi konsumsi pangan berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan. Kajian dari Tri Bastuti dan Mewa Ariani 2007, yang mengkaji pola pengeluaran dan konsumsi pangan rumah tangga petani padi. Data yang digunakan PATANAS 2007 dengan jumlah contoh sekitar 350 petani padi di 5 provinsi Jawa dan Luar Jawa. Analisis dilakukan secara diskriptif kualitatif dengan tabel-tabel. Hasil analisis menunjukkan bahwa : 1. Tingkat kesejahteraan rumah tangga petani di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah lebih baik dibandingkan di Provinsi yang lainnya; 2. Pengeluaran rumah tangga terbesar adalah pengeluaran makanan pokok, kemudian diikuti dengan pengeluaran tembakausirih dan pangan hewani; 3. Beras adalah pangan pokok petani padi dan bersifat tunggal, yang bersumber dari hasil sendiri, berkisar 38-63 persen di Jawa dan 53-94 persen di luar Jawa; 4. Tingkat konsumsi energi dan protein bervariasi antar desa, namun pada umumnya masih dibawah angka kecukupan. Dan sumbangan energi terbesar dari kelompok padi-padian 44-69. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber A. Ayiek Sih Sayekti 2002, dalam penelitiannya tentang konsumsi pangan rumah tangga pada wilayah yang berbeda historis makanan pokok beras dan non beras di Provinsi Sumatra Barat, Kalimantan Timur dan Papua. Data yang digunakan SUSENAS 1999 dan 2002, dianalisis dengan tabel dan grafik terhadap 11 kelompok pangan untuk Indonesia, Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan pola konsumsi pangan pada wilayah historis konsumsi beras dan non beras daerah pedesaan dan perkotaan pada berbagai strata pendapatan; 2. Konsumsi sumber karbohidrat padi-padian pada wilayah historis beras lebih tinggi daripada konsumsi pada wilayah historis konsumsi non beras; 3. Konsumsi sumber karbohidrat padi-padian beras pada wilayah historis makanan pokok beras di daerah perkotaan lebih rendah daripada di perdesaan dan di wilayah historis non beras lebih tinggi di perkotaan; 4. Konsumsi karbohidrat umbi-umbian pada wilayah historis makanan pokok non beras lebih tinggi daripada konsumsi pada wilayah historis konsumsi beras; 5. Konsumsi sumber karbohidrat umbi-umbian untuk sebagian besar jenis umbi pada wilayah historis makanan pokok beras dan non beras, di daerah perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan; 6. Konsumsi sumber protein nabati yaitu kacang-kacangan dan sumber protein hewani yaitu daging, telur dan susu lebih tinggi di wilayah historis konsumsi makanan pokok non beras dibandingkan di wilayah historis beras, sedangkan kelompok lainnya bervariasi; 7. Pada seluruh wilayah, semakin tinggi pendapatan semakin rendah konsumsi pangan sumber Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber karbohidrat padi-padian dan semakin tinggi konsumsi sumber protein hewani daging, telur dan susu serta makanan dan ninuman jadi, sedangkan untuk kelompok pangan lain bervariasi. Rahayu Relawati 2003, dalam penelitannya yang berjudul “Perilaku konsumsi dan tingkat kecukupan gizi masyarakat desa dan kota”. Jumlah sampel masing-masing 50 rumah tangga total 100 rumah tangga, analisis menggunakan cara deskriptif dan inferensia uji t. Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut : Perilaku konsumsi masyarakat desa dan kota masih memprioritaskan karbohidrat, meskipun jika dibandingkan antara masyarakat desa dan kota konsumsi protein dan lemak lebih baik pada masyarakat kota. Kecukupan gizi pada masyarakat kota juga relatif baik pada masyarakat kota, terutama untuk masyarakat desa standar kalori dan lemak masih belum memenuhi standar Pola Pangan Harapan PPH nasional. Jika dibandingkan antara kelompok pendapatan rendah dan tinggi, hampir semua sumber gizi kalori, protein dan lemak berbeda secara signifikan baik di desa maupun di kota. Untuk masyarakat desa hanya lemak yang tidak berbeda, sedangkan untuk masyarakat kota hanya kalori yang tidak berbeda.

2.2 Landasan Teori. A. Ketahanan Pangan.