Perilaku Konsumen. Landasan Teori. A. Ketahanan Pangan.

Terdapat dugaan bahwa pola konsumsi sangat berkaitan erat dengan pola produksi setempat, maka menyebabkan munculnya penelitian-penelitian yang membandingkan tingkat partisipasi konsumsi pangan dengan misalnya tipe agroekosistem daerah Sudaryanto dan Sayuti, 1999, karena variasi daerah menurut tipe agroekosistem menunjukkan perbedaan sistem usahataninya. Ali 2002, membedakan wilayah historis konsumsi makanan pokok beras dan non beras untuk menganalisa pola konsumsi beras di Indonesia. Dengan perbedaan wilayah-wilayah tersebut ingin diketahui apakah juga ada perbedaan dalam pola konsumsi pangannya. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan pola konsumsi pangan pada wilayah dan strata pendapatan yang berbeda untuk beberapa kelompok pangan.

C. Perilaku Konsumen.

Perkembangan menarik perilaku konsumen dalam mengkonsumsi pangan pokok adalah ada kecenderungan berubahnya pola konsumsi pangan pokok di pedesaan maupun perkotaan yang mengarah kepada bahan pangan berbasis tepung terigu, termasuk mie kering, mie basah maupun mie instan. Pada masa sekarang peranan mie instan sangat dominan disetiap rumah tangga mengkonsumsi makanan ini. Kecenderungan yang demikian karena kuatnya peranan pemerintah di masa lalu yang memberi subsidi besar pada industri pengolahan tepung terigu dan kemudahan fasilitas lainnya, sehingga Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber masyarakat dari belum kenal mie sampai menyenangi makanan tersebut. Selain itu juga gencarnya media massa dalam mempromosikan makanan tersebut dan hingga digemari oleh semua kalangan maupun semua golongan umur. Konsumsi pangan dengan bahan baku terigu justru mengalami peningkatan yang sangat tajam yakni sebesar 19,2, untuk makanan mie dan makanan lain berbahan baku terigu 7,9 pada periode 1999-2004 BKP Provinsi Jawa Timur, 2006. Produk olahan ini mudah didapat, mudah dimasak dan terjangkau oleh sebagian besar konsumen. Apabila dikaitkan dengan salah satu tujuan program diversifikasi pangan yaitu mengurangi konsumsi ketergantungan pada beras, fenomena ini menciptakan ketergantungan impor gandum. Ketergantungan impor gandum yang semakin besar yaitu 3,5 juta ton pada tahun 2001 dan 3,8 juta ton pada tahun 2002 merupakan hal yang berlawanan dengan tujuan pembangunan pertanian dan konsumsi berkelanjutan BKP Deptan, 2005. Diperlukan strategi nasional untuk mengembalikan konsumen pada produk-produk pangan lain seperti ketela pohon, ubi jalar, jagung, sagu dan garut yang merupakan pangan lokal dan diproduksi dari sistem pertanian berkelanjutan. Seperti diketahui, Indonesia merupakan negara ke dua setelah China sebagai produsen terbesar dunia ubi jalar. Bahkan bersama Brasil dan Malaysia memiliki keanekaragaman talas terbesar di dunia. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber

D. Penawaran dan permintaan