Konsumsi Protein Batasan Istilah. A. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah

disadari bahwa investasi pembangunan di bidang gizi tidak mudah dan tidak cepat dibandingkan dengan pembangunan gedung dan prasarana fisik. Apabila dipadukan dengan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan yang dapat meningkatkan ketahanan pangan rumah tangga, intervensi gizi untuk orang miskin akan berpengaruh besar dalam meningkatkan kesehatan, kecerdasan dan produktivitas. Upaya tersebut dapat meningkatkan akses rumah tangga miskin kepada pangan yang bergizi seimbang, pendidikan terutama pendidikan perempuan, air bersih, dan sarana kebersihan lingkungan. Untuk mengantisipasi terjadinya fluktuasi ketahanan pangan rumah tangga yang berpotensi menimbulkan kerawanan pangan, dilakukan pemantauan terus menerus terhadap situasi pangan masyarakat dan rumah tangga, serta perkembangan penyakit dan status gizi anak dan ibu hamil yang dikenal sebagai Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi SKPG.

C. Konsumsi Protein

Bahan pangan yang mengandung protein tinggi bersumber dari kelompok pangan hewani dan kacang-kacangan nabati. Protein dapat diklasifikasikan menurut mutunya kelengkapan asam aminonya ke dalam protein lengkap dan protein tidak lengkap. Protein berfungsi untuk pertumbuhan dan mempertahankan jaringan, membentuk senyawa- senyawa esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, mempertahankan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber kenetralan asam-basa tubuh, membentuk antibodi, dan mentranspor zat gizi. Tabel 21. Konsumsi Protein Dan Kecukupan Protein No Karakteristik Wilayah Ekonomi Konsumsi Protein GramKapHari Kecukupan Protein GramKapHari AKP 1. Ekonomi Maju 85,6 52,5 159,4 2. Ekonomi Menengah 80,4 53,2 151,9 3 Ekonomi Tertinggal 91,8 53,1 170,3 Total 85,9 52,9 160,5 Sumber Data: Diolah, Lampiran 7 Catatan: AKP anjuran 52 GramKapitaHari WKPNG VIII tahun 2004 Dari tabel 21 dijelaskan konsumsi protein penduduk Kabupaten Ngawi berdasar hasil analisa menunjukkan bahwa rata-rata 85,9 GramKapitaHari, melebihi kecukupan protein 52,9 GramKapitaHari dan tingkat kecukupan protein sebesar 160,5 juga diatas Angka Kecukupan Protein AKP yang dianjurkan WKPNG tahun 2004 52 GramKapitaHari, tingginya konsumsi protein penduduk disebabkan tingginya tingkat partisipasi konsumsi kelompok pangan kacang-kacangan tahutempe dan padi-padian beras dibanding dengan konsumsi protein bersumber kelompok pangan hewani daging, ikan, susu. Kelebihan konsumsi protein dari kecukupan protein AKP akan tidak bermanfaat bagi tubuh sebagai sumber zat pembangun, tetapi akan dibuang untuk menggantikan sebagai sumber tenaga energi yang kurang dari konsumsi bahan pangan yang lain. Pada umumnya penelitian yang memperlihatkan konsumsi protein yang tinggi berpengaruh negatif pada kepadatan tulang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber hanya dilakukan pada waktu yang singkat dan tidak dilakukan dalam waktu yang lebih lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada masyarakat yang hidup bebas, kekurangan asupan protein berkontribusi pada keseimbangan kalsium yang negatif dan juga dihubungkan dengan peningkatan risiko patah tulang pada saat usia lanjut. Tingginya partisipasi konsumsi tahu dan tempe tidak hanya di satu wilayah karakteristik saja tetapi di semua wilayah karakteristik ekonomi maju, menengah maupun tertinggal, sehingga tahu dan tempe ini menjadi trade mark sebagai lauk- pauk utama dan hidangan sehari-hari. Melihat kondisi demikian menunjukkan pola konsumsi pangan penduduk masih belum berimbang, maka sangat perlu upaya untuk meningkatkan konsumsi protein hewani dari kelompok pangan hewani dan mengurangi konsumsi protein nabati dari kelompok pangan kacang- kacangan dan padi-padian. Mengkonsumsi lebih banyak protein hewani, dapat menekan kejadian patah tulang panggul pada wanita pasca menopause. Upaya tersebut melalui peningkatan diversifikasi konsumsi pangan atau percepatan penganekaragaman pangan bersumber bahan baku lokal. Dari berbagai faktor penyebab masalah gizi, kemiskinan dinilai memiliki peranan penting dan bersifat timbal balik, artinya kemiskinan akan menyebabkan kurangnya gizi dan individu yang kurang gizi akan berakibat melahirkan kemiskinan. Masalah kurang gizi memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses kemiskinan melalui tiga Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber cara : 1 kurang gizi secara langsung menyebabkan hilangnya produktivitas karena kelemahan fisik. 2 kurang gizi secara tidak langsung menurunkan kemampuan fungsi kognitif dan berakibat pada rendahnya tingkat pendidikan 3 kurang gizi dapat menurunkan tingkat ekonomi keluarga karena meningkatnya pengeluaran untuk berobat.

D. Skor Pola Pangan Harapan