Pola Pangan Harapan Landasan Teori. A. Ketahanan Pangan.

Evaluasi dilakukan terus menerus untuk menjaga agar penyimpangan atas perencanaan dapat ditangani untuk mendapatkan output yang telah ditetapkan. Disisi lain tingginya produktivitas selain dipengaruhi oleh perbaikan teknik budidaya berkenaan dengan kemampuan mengalokasikan input secara optimal juga ada faktor manajemen produksi yang berpengaruh baik itu menekan kehilangan hasil pasca panen, handling produk misalnya penyimpanan maupun dalam aspek pengaturan tata guna air.

E. Pola Pangan Harapan

Sejak diperkenalkannya konsep Pola Pangan Harapan PPH dan skor PPH pada awal dekade 90an di Indonesia, PPH telah digunakan sebagai basis perencanaan dan penilaian kecukupan gizi seimbang pada tingkat makro. Skor PPH juga telah dijadikan dalam kebijakan pembangunan pangan sebagai salah satu indikator output pembangunan pangan termasuk evaluasi penyediaan pangan, konsumsi pangan dan diversifikasi pangan. Penilaian keragaman dan mutu pangan dengan PPH atau skor PPH dapat dilakukan pada tingkat ketersediaan pangan dan tingkat konsumsi pangan. Pada prinsipnya tatacara perhitungan untuk penilaian keragaman dan mutu pangan pada kedua tingkat tersebut adalah sama, yang membedakannya adalah data yang digunakan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Untuk penilaian keragaman ketersediaan dengan instrumen PPH digunakan data ketersediaan pangan yang disajikan dalam Neraca Bahan Makanan NBM dan menggunakan Angka Kecukupan Energi AKE pada tingkat penyediaan 2200 kkalkapitahari nasional. Sedangkan untuk penilaian keragaman dan mutu konsumsi pangan dengan instrumen PPH digunakan data konsumsi pangan dan menggunakan Angka Kecukupan Energi AKE pada tingkat konsumsi 2000kkalkapita hari. Oleh karena itu keberadaan data konsumsi pangan atau ketersediaan pangan menjadi syarat mutlak untuk menggunakan PPH dan menghitung skor PPH. Sebaiknya diupayakan untuk menggunakan data konsumsi pangan yang paling mutakhir bila dimaksudkan untuk menilai situasi terkini dari keragaman dan mutu gizi konsumsi pangan. PSKPG, IPB dan BBKP, Deptan, 2002, 2005. FAO-RAPA 1989 mendefinisikan PPH sebagai “komposisi kelompok pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya”. Dengan demikian PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dan berbagai kelompok pangan untuk memenuhi gizi baik dalam jumlah maupun mutu dengan mempertimbangkan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya, dan agama. Dengan pendekatan PPH ini mutu konsumsi pangan penduduk dapat dilihat dari skor pangan dietary score dan dikenal sebagai skor PPH. Semakin tinggi skor PPH maka konsumsi pangan semakin beragam Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber dan seimbang. Pangan yang dikonsumsi secara beragam dan jumlah cukup dan seimbang akan mampu memenuhi kebutuhan zat gizi. Keanekaragaman pangan tersebut mencakup kelompok: 1. padi-padian; 2. umbi-umbian; 3. pangan hewani; 4. minyak dan lemak; 5. buahbiji berminyak; 6. kacang-kacangan; 7. gula; 8. sayur dan buah; 9. lain-lain. Kinerja subsistem konsumsi pangan antara lain tercermin dalam pola konsumsi masyarakat dan rumahtangga. Secara garis besar pola pikir perencanaan pangan daerah dengan menggunakan pendekatan PPH perlu memperhatikan beberapa aspek yaitu sebagai berikut : 1. Kondisi atau situasi pangan saat ini. Kondisi pangan saat ini didasarkan pada situasi produksi, penyediaan dan konsumsi pangan saat ini serta pada tren produksi, tren ketersediaan dan tren konsumsi pangan dan gizi. 2. Kondisi yang diharapkan. Perumusan perencanaan pangan dimaksudkan untuk mewujudkan ketahanan pangan dan menjamin ketersediaan pangan bagi seluruh penduduk dalam jumlah, mutu, gizi dan keragaman konsumsi gizi sesuai dengan angka kecukupan gizi. 3. Kondisi dan potensi sosial ekonomi serta agroekologi juga turut menentukan. Kondisi tersebut meliputi pendapatan keluarga, potensi agroekologi untuk produksi pangan, potensi agroindustri pangan dan potensi ekspor serta laju pertumbuhan penduduk. 4. Aspek regulasi dan kebijakan pangan baik tingkat global, nasional Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber maupun lokal, turut menentukan.

F. Pengaruh Perlakuan Pangan Terhadap Gizi