Permasalahan Tujuan Penelitian Hipotesis Pengetahuan

beberapa pasien sekaligus, 3 sebagian pasien datang dan pulang bersama-sama dengan temannya sesama penderita diabetes, 4 dari segi waktu pelaksanaan dan pembiayaan, konseling kelompok lebih efisien daripada konseling individu, 5 konseling kelompok dapat menjadi media terapeutik pasien, 6 konseling kelompok dapat meningkatkan pemahaman pasien tentang manfaat tindakan pencegahan penyakit, sehingga timbulnya kompliksi penyakit yang memerlukan banyak biaya dapat dihindarkan. Selain itu, peneliti juga merasa perlu meneliti manfaat penggunaan media video dalam menyampaikan informasi perawatan kaki bagi penderita diabetes juga, karena selain pemanfaatan media video dalam kegiatan penyuluhan bagi penderita diabetes di puskesmas belum pernah dilakukan, media video juga memerankan dua fungsi yaitu; memperbaiki proses alih informasi terutama proses kognitif dan memperkuat motivasi untuk perubahan Van den Ban ,dikutip dari Benunur, 2006.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui apakah konseling kelompok ataukah penyuluhan dengan media video yang lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap perawatan kaki penderita diabetes di Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering. 10 Universita Sumatera Utara

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menilai efektivitas konseling kelompok dan media promosi kesehatan video dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap perawatan kaki penderita diabetes di Klinik Diabetes Puskesmas Sering Kota Medan tahun 2013.

1.4. Hipotesis

1. Ada perbedaan rata-rata peningkatan pengetahuan dan sikap perawatan kaki penderita diabetes di Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering sebelum dan sesudah konseling kelompok. 2. Ada perbedaan rata-rata peningkatan pengetahuan dan sikap perawatan kaki penderita diabetes di Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering sebelum dan sesudah intervensi media video

1.5. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering dalam memberikan pelayanan dan edukasi bagi penderita diabetes melitus 2. Sebagai masukan bagi peneliti khususnya dan praktisi kesehatan lainnya dalam memberikan penjelasan dan edukasi bagi penderita diabetes melitus. 3. Penelitian ini secara umum bermafaat untuk mempromosikan hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya komplikasi pada kaki penderita diabetes melitus. 11 Universita Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konseling 2.1.1. Pengertian Konseling Ada banyak pengertian konseling yang dicetuskan oleh para ahli. Hal ini didasarkan pada latar belakang dan pendidikan para ahli yang berbeda pula. Menurut Pepinsky Pepinsky, dalam Schertzer dan Stone 1974, konseling merupakan interaksi yang; a terjadi antara dua orang individu , masing-masing disebut konselor dan klien; b terjadi dalam suasana yang profesional; c dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudahkan perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien Lubis, 2011. Menurut Lewis, dalam Shertzer Stone 1974, konseling adalah proses mengenai seseorang individu yang sedang mengalami masalah klien dibantu untuk merasa dan bertingkah laku dalam suasana yang lebih menyenangkan melalui interaksi dengan seseorang yang bermasalah yang menyediakan informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan tingkah laku yang memungkinkan kliennya berperan secara lebih efektif bagi dirinya sendiri dan lingkungannya Lubis, 2011 Menurut Machfoedz 2009, konseling merupakan media bagi pasien untuk mengungkapkan dan mengurangi beban perasaannya, menambah 12 Universita Sumatera Utara pengetahuan dan membantu pasien menyikapi masalah yang dihadapinya secara konstruktif. Konseling menurut Roger dapat diartikan sebagai hubungan membantu, dimana konselor bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental klien. Didalam hubungan dokterperawat dan pasien, dapat dikatakan bahwa dokterperawat adalah pihak yang membantu, dan pasien sebagai pihak yang terbantu. Lubis, 2011. Pada awalnya konseling dilaksanakan untuk menangani kasus psikologi Latipun,dikutip dari Lubis 20011, namun dalam perkembangannya konseling beradaptasi dengan cabang ilmu lain di dalam penerapannya dikarenakan dalam setiap interaksi sosial antar individu, konseling memegang peran penting. Cabang- cabang ilmu yang memerlukan konseling dalam aplikasinya antara lain : ilmu pendidikan, ilmu kesehatan, ilmu agama, industri, dan lain-lain.

2.1.2. Tujuan dan Fungsi Konseling

Dalam dunia kesehatan, konseling mempunyai perbedaan dengan penyuluhan dan motivasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti tabel berikut Manuaba et all, 2007: Tabel 2.1. Perbedaan Motivasi, Penyuluhan dan Konseling Hubungan Motivasi Penyuluhan Konseling Tujuan Mengerahkan Menjelaskan Membimbing Isi Promosi Edukatif Fakta Pembicaraan Searah Berat Sebelah Dua arah Sifat Kepentingan Petugas Kewajiban Petugas Kepentingan Klien Tempat Dimana saja Dimana saja Ruangan Khusus 13 Universita Sumatera Utara Beragam pendapat yang mengemukakan tujuan dari pelaksanaan konseling. Menurut Machfoedz 2009, tujuan konseling itu sendiri meliputi lima hal sebagai berikut : a. Aktualisasi diri. Konseling yang dilakukan dapat menggali dan mengembangkan potensi yang ada pasien. b. Pertumbuhan dan perkembangan kepribadian pasien. Dengan konseling pasien menjadi lebih bijaksana dalam menghadapi masalah kesehatan yang dihadapinya. c. Memahami orang lain. Konseling menumbuhkan sikap saling menghargai, peduli dan menjaga hak dan privasi orang lain. d. Efektivitas. Setelah mengikuti konseling, pasien diharapkan memiliki kemampuan menjalani hidup yang lebih efektif, efisien dan sistematis dalam memilih alternatif pemecahan masalah. e. Kompetensi. Meningkatnya kemampuan kognitif, afektif, aspek perilaku merupakan salah satu tujuan penting dari pelaksanaan konseling. Kemampuan pasien DM dalam melaksanakan perawatan kaki merupakan contoh kompetensi yang dimiliki pasien setelah mengikuti konseling. Menurut Kromboltz dalam Lubis 2011, tujuan konseling dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : 1. Mengubah penyesuaian perilaku yang salah Maksudnya adalah dengan bantuan konseling, perilaku pasien yang salah selama ini akan diubah menjadi perilaku yang sehat. 14 Universita Sumatera Utara 2. Belajar membuat keputusan Konseling disini lebih ditujukan kepada klien dengan permasalahan psikologis 3. Mencegah timbulnya masalah. Menurut Notosoedirjo dan Latipun, mencegah munculnya masalah terdiri dari tiga pengertian, yaitu : mencegah agar masalah tidak menimbulkan hambatan di kemudian hari, mencegah agar masalah tidak berkepanjangan, mencegah agar masalah tidak menimbulkan gangguan yang menetap. Corey dalam Lubis 2011 menyatakan tujuan konseling yang berdasarkan pendekatan tingkah laku yang digunakan dalam proses konseling adalah ; a menghapus pola tingkah laku maladaptif, b mempelajari pola tingkah laku konstruktif, c mengubah tingkah laku. Fungsi konseling meliputi fungsi pencegahan, fungsi adaptif, fungsi perbaikan dan fungsi pengembangan Machfoedz, 2009. a. Fungsi Pencegahan, yaitu mencegah terjadinya masalah yang dapat menggangu kebutuhan dasar pasien. Contohnya: rasa nyeri pada kaki yang sangat hebat dapat mengganggu tidur pasien di malam hari b. Fungsi Adaptasi. Kelainan yang terjadi dan dirasakan pasien akibat penyakit diabetes melitus yang dideritanya memerlukan pengetahuan, agar pasien dapat menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. 15 Universita Sumatera Utara c. Fungsi Perbaikan. Keluhan yang dirasakan pada pasien diabetes melitus memerlukan penjelasan sehingga pasien mau dan mampu menggali potensi dirinya untuk mengurangi keluhan yang ada. d. Fungsi Pengembangan. Konseling dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan pasien dalam mengenal dan mengatasi masalah kesehatannya. Konseling yang dilakukan dalam penelitian ini mengharapkan adanya perubahan perilaku perawatan kaki penderita diabetes melitus, sehingga komplikasi diabetes melitus pada kaki dapat dihindarkan.

2.1.3. Konseling Kelompok

Pada awalnya pelaksanaan konseling dilakukan secara perorangan antara konselor dan klien. Sejalan dengan perkembangan ilmu tentang konseling dan penerapannya di berbagai bidang, maka terciptalah konsep konseling kelompok. Konseling kelompok adalah proses konseling yang dilakukan seorang konselor dengan beberapa orang klien dalam waktu bersamaan yang membicarakan satu permasalahan Lubis, 2011. Menurut Latipun dalam Lubis 2011, konseling kelompok adalah suatu bentuk konseling yang membantu beberapa klien normal yang diarahkan untuk mencapai fungsi kesadaran secara afektif, yang dilakukan dalam jangka pendek atau menengah. Dilakukannya konseling secara berkelompok memiliki alasan tersendiri. Selain untuk keefektivan konseling kepada beberapa orang klienpasien yang 16 Universita Sumatera Utara memiliki permasalahan yang sama, menurut Wiener, konseling kelompok bertujuan sebagai media terapeutik bagi klienpasien, karena dapat meningkatkan pemahaman diri dan merubah perilaku individual. Sementara George dan Christiani menyatakan konseling kelompok dapat dimanfaatkan sebagai proses belajar dan upaya untuk menolong klienpasien dalam memecahkan masalahnya Lubis, 2011. Menurut Corey 2012, konseling kelompok dapat digunakan untuk tujuan terapeutik atau pendidikan atau kombinasi keduanya. Konseling kelompok dapat menjadi media yang dapat memberikan pemahaman dan dukungan, yang mendorong para anggota untuk mengeksplorasi permasalahan mereka satu sama lain. Dalam suasana yang mendukung inilah, anggota 2.1.3.1. dapat menambah pengetahuan dan contoh perilaku yang dapat diterapkan oleh masing-masing anggota kelompok Corey, 2012. Jenis Konseling Kelompok a. Konseling kelompok dapat dibentuk berdasarkan populasi tertentu, seperti : kelompok anak-anak, orang dewasa, pelajar dan orang tua. Konseling Kelompok Anak-anak Biasanya ditujukan pada anak-anak yang berperilaku agak berlebihan dibandingkan teman-teman seusianya, seperti sering berkelahi, tidak dapat bersosialisasi dengan teman-temannya ataupun berprestasi rendah di sekolah. Berkumpul dalam satu kelompok kecil dapat membuat anak-anak mengekspresikan perasaan dan pikirannya sehingga dapat diketahui permasalahan emosional dan perilaku serius yang dialami anak. 17 Universita Sumatera Utara b. Konseling Kelompok Remaja c. Didalam kelompok ini, remaja dapat mengeksplorasi perasaan yang bertentangan dengan nilai-nilai yang ada, saling berkomunikasi dan mendengarkan keluhan-keluhan teman sebayanya, sehingga mereka dapat saling membantu dan menguatkan serta meningkatkan kepercayaan diri. Konseling Pelajar dan Mahasiswa d. Konseling kelompok dapat membantu para pelajar ataupun mahasiswa yang mempunyai kendala dalam penyelesaian studi mereka. Konseling Lansia Hampir sama dengan remaja, konseling kelompok dapat meningkatkan kepercayaan diri para lansia yang sering merasa tidak produktif lagi, tidak diperlukan dan tidak diinginkan sehingga menimbulkan depresi 2.1.3.2. Prosedur teknik dan proses konseling kelompok juga dipergunakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, seperti : psikoterapi untuk gangguan emosional dan perilaku, psikoedukasi edukasi dan pengobatan, seperti kelompok penderita HIV dan kelompok tugas Corey, 2012. Manfaat Konseling Kelompok Menurut Corey 2012 di dalam 1. Theory Practice of Group Counseling, konseling kelompok dapat bermanfaat untuk : Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan diri dan menumbuhkan identitas diri. 18 Universita Sumatera Utara 2. Menumbuhkan rasa kebersamaan anggota yang memiliki permasalahan yang sama. 3. Membantu anggota belajar bagaimana membangun hubungan yang berarti dan 4. Akrab. Membantu anggota dalam menemukan sumber daya dalam komunitas mereka sebagai cara untuk 5. mengatasi permasalahan mereka. Meningkatkan penerimaan diri, kepercayaan diri, harga diri, dan untuk mencapai pandangan baru tentang diri sendiri dan 6. orang lain. Mempelajari cara untuk mengekspresikan emosi seseorang 7. Menemukan cara alternatif dalam menangani masalah perkembangan normal ataupun konflik tertentu. dengan cara yang sehat. 8. Meningkatkan pengarahan diri sendiri, saling ketergantungan, dan tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. 9. Membantu seseorang dalam mengambil keputusan dengan bijaksana. 10. Membuat suatu rencana untuk mengubah 11. perilaku tertentu. Mempelajari keterampilan sosial

2.1.3.3. yang lebih efektif.

Dalam pelaksanaannya, jumlah konseling kelompok bersifat fleksibel, bergantung pada kemampuan konselor dan pertimbangan keefektifan proses dan kondisi konseling yang ingin diciptakan konselor. Menurut Guez dan Allen 2011, jumlah ideal dalam konseling kelompok tergantung dari usia anggota Pelaksanaan Konseling Kelompok 19 Universita Sumatera Utara kelompok, misalnya ; kelompok anak usia sekolah dapat terdiri dari 4-5 orang dan kelompok remaja ataupun dewasa dapat terdiri dari 8-10 orang. Jumlah anggota kelompok tidak telalu sedikit agar dapat tercipta interaksi tetapi tidak terlalu banyak agar setiap anggota dapat telibat dalam diskusi kelompok Unesco, 2011. Menurut Yalom konseling kelompok dapat beranggotakan 4-12 orang klienpasien. Waktu pelaksanaan konseling kelompok tergantung kompleksitas masalah yang akan dibahas. Tetapi secara umum konseling kelompok yang bersifat jangka pendek berdurasi 60-90 menit per sesi. Menurut Latipun, konseling kelompok pada umumnya dilaksanakan satu hingga dua kali dalam seminggu seminggu. Jika dilakukan terlalu jarang, dikhawatirkan akan menyebabkan banyak informasi dan umpan balik yang terlupakan Lubis, 2011. . Didalam pelaksanaannya, konseling kelompok di pimpin oleh seorang konselor berperan dalam memfasilitasi interaksi antara anggota dan membantu para anggota belajar satu sama lain.

2.1.4. Prinsip Konseling

Konseling kelompok tidak hanya terbatas pada masalah kesehatan, tetapi juga dapat membantu menyelesaikan masalah pendidikan, karir, sosial, dan lain sebagainya tergantung masalah yang dialami oleh individu dalam kelompok tersebut. Dalam membantu pasien diabetes melitus agar dapat memahami tindakan yang mencegah timbulnya komplikasi pada kaki mereka, tenaga kesehatan sebagai konselor harus melaksanakan tindakan yang didasarkan pada Machfoedz, 2009 : 20 Universita Sumatera Utara 1. Pengajaran. Didalam hal ini, pasien mempunyai kesempatan untuk mendapatkan informasi dan pengalaman dari petugas kesehatan selaku konselor. 2. Nasihat dan Bimbingan. Konselor harus mempunyai keterampilan, pengetahuan untuk memotivasi dan membimbing serta memberikan saran pada pasien, agar permasalahan pasien dapat berkurang. 3. Tindakan Langsung. Konselor harus mempunyai pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang memadai untuk menghindari kemungkinan negatif dari pasien yang tidak diharapkan. 4. Pengelolaan. Konselor harus memiliki keterampilan dalam mengelola emosi pasien dan dirinya agar konseling dapat berjalan dengan efektif. 5. Konseling. Konseling dilaksanakan dalam suasana yang akrab dan nyaman dengan memperhatikan privasi pasien. Ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran penderita diabetes melitus Soegondo et all, 2011, yaitu : 1. Pendekatan ketaatan compliance edukasi. Cara ini bermaksud mempengaruhi pasien untuk meningkatkan ketaatan pasien diabetes pada rekomendasi terapi dan nasehat yang diberikan oleh tenaga kesehatan. 2. Pendekatan pemberian wewenang empowerment. Tujuannya adalah mempersiapkan penyandang diabetes melitus agar mampu membuat keputusan perawatan diabetes mereka sendiri sehari-hari. 3. Kombinasi kedua cara diatas. 21 Universita Sumatera Utara

2.1.5. Konselor

Dalam konseling kesehatan, yang berperan sebagai konselor adalah tenaga kesehatan, bisa dokter, perawat atau tenaga medis lainnya. Dasar konseling di dalam Manuaba et all 2007 adalah hak penderita untuk menentukan nasib dirinya sendiri, mendapat pelayanan adekuat dan menerima informasi yang lengkap dan benar. Untuk dapat melakukan konseling diabetes yang baik, petugas kesehatan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Keterampilan sebagai konselor 2. Memiliki pengetahuan klinis tentang penyakit yang diderita pasien Selain itu petugas kesehatan hendaknya menguasai tiga keterampilan komunikasi, yaitu : Basuki,2009 1. Keterampilan melaksanakan komunikasi verbal dan non verbal 2. Keterampilan mengamati komunikasi verbal dan non verbal pasien Dalam melaksanakan konseling kesehatan, seorang konselor dituntut memiliki keterampilan sebagai berikut : 1. Mampu berempati kepada pasien 2. Dapat menciptakan rasa nyaman dalam hubungan dua arah. 3. Dapat menimbulkan rasa saling percaya yang membuat pasien merasa nyaman untuk berkeluh kesah tentang penyakitnya. 4. Mampu mengenal hambatan sosio kultural setempat, agar tidak menjadi penghalang proses komunikasi. 5. Mampu menyampaikan informasi yang lengkap dan jelas 22 Universita Sumatera Utara 6. Bersedia menjadi pendengar yang baik, dan bila bertanya secara baik dan jelas 7. Mampu mengenali semua aspek kesehatan yang berhubungan dengan kondisi penyakit pasien 8. Dapat memahami bahasa non verbal di balik ungkapan katakalimatnya, gerak tubuh klienpasien. 9. Mampu mengenali keinginan klienpasien dan mengenali keterbatasan dirinya sebagai penolong. 10. Dapat membuat klienpasien bertanya dan mengeluarkan pendapat. 11. Menghormati hak klienpasien sehingga sikap membantu lebih ditonjolkan. 12. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan pasien bahasa tubuh agar tidak mengganggu komunikasi selama konseling, misalnya karena pasien keliru mengartikan gerak tubuh, raut muka dan sikap dokter Menurut Kaira dan Kaira 2010, konselor diabetes yang baik hendaknya keahlian sebagai berikut: C : Confident Competence, yaitu keahlian pengetahuan yang berkaitan dengan diabetes seperti; gejala, penanganannya, diet dan gaya hidup dan kemampuan untuk meyakinkan pasien untuk mau melakukan nasehat yang diberikan melalui bahasa tubuh, dan sikap yang bersahabat. A : Accessible Authenticity, maksudnya seorang konselor hendaklah orang yang bersahaja, tidak sulit untuk dijumpai dan apa adanya, karena kebanyakan pasien akan merasa minder jika berhadapan dengan edukator yang superior. 23 Universita Sumatera Utara Seorang konselor hendaklah tersenyum dengan hangat pada pasiennya, jika melakukan bahasa tubuh yang kurang menyenangkan seperti menguap, maka hendaklah ia minta maaf pada pasiennya. R : Reciprocal Respect, maksudnya saling menghormati antara konselor dan pasien, sehingga tercipta hubungan yang harmonis dalam komunikasi. E : Expressive Empathy, maksudnya konselor dapat merasakan seperti apa yang dirasakan pasien dan dapat berfikir dari sudut pandang pasien, sehingga pasien merasa konselor dapat memahaminya. S : Straightforward Simplicity, maksudnya dalam menyampaikan informasi kepada pasien tidak bertele-tele, cukup dengan cara atau bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Menurut Corey 2012, dalam pelaksanaan konseling secara berkelompok, konselor juga hendaknya memiliki kemampuan seperti berikut ini : 1. Aktif mendengarkan, menaruh perhatian terhadap komunikasi verbal dan non verbal klien tanpa sikap menghakimi. Hal ini sangat penting untuk menimbulkan kepercayaan sehingga lebih banyak keterangan yang dapat digali. 2. Mengulangi apa yang disampaikan klien guna memperjelas maksud yang ingin disampaikan klien 3. Mengklarifikasi pernyataan dari klien yang dapat menimbulkan kesalahpahaman. 24 Universita Sumatera Utara 4. Menyimpulkan hal-hal penting yang terjadi selama interaksi kelompok 5. Menanyakan pertanyan yang dapat membuat klien dapat mengeluarkan pendapat atau pengalamannya seperti pertanyaan apa atau bagaimana yang berkaitan dengan perilaku klien terhadap suatu masalah. 6. Menerangkan hal-hal yang dapat menjelaskan pemikiran, perasaan dan perilaku 7. Memfasilitasi komunikasi langsung antara beberapa klien dalam kelompok sehingga timbul kebersamaan anggota kelompok 8. Membatasi pembicaraan yang tidak sesuai topik diantara klien 9. Menetapkan tujuan dari konseling kelompok yang ingin dicapai. 10. Memberikan umpan balik dan sugesti kepada klien untuk menerapkan perilaku baru 2.2. Media dan Pembelajaran 2.2.1. Konsep Media Media berasal dari bahasa latin ”medium” yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” yang digunakan untuk menyampaikan pesan ke penerima pesan. Definisi media menurut sebagian ahli adalah sebagai AECT Asociation Of Education And Communication Technologi yaitu media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan informasi. 25 Universita Sumatera Utara Heinich menyebut media sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima Arsyad, 2007. Menurut Depdiknas 2003, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyampaikan pesan.Yang dimaksud sesuatu di sini adalah apa saja yang bisa digunakan untuk menyampaikan pesan dapat berupa lisan atau alat peraga yang mengisyaratkan maksud tertentu dan bisa dipahami oleh orang yang menerima pesan Kuswanto 2012. Menurut Schramm dalam Kuswanto 2012, media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat digunakan untuk pembelajaran. Sedangkan menurut Kuswanto 2012 media pembelajaran adalah semua sarana yang dapat dimanipulasikan untuk digunakan mempengaruhi merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan sikap peserta didik komunikan, sehingga mempermudah terjadinya proses pembelajaran. Pemakaian media pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Media dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat untuk menyebarkan informasi atau memperlancar komunikasi, alat bantu untuk mempromosikan kesehatan Kholid,2012. Menurut Soekidjo 2005, media promosi kesehatan adalah semua saranaupaya yang digunakan komunikator untuk menyampaikan pesan, baik itu media cetak, elektronik hingga media luar ruang kepada sasaran, sehingga meningkat pengetahuannya dan akhirnya terjadi perubahan perilaku yang lebih sehat. 26 Universita Sumatera Utara Jadi foto, film, radio, televisi, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan cetakan dan sejenisnya adalah media yang disebut dengan media komunikasi. Namun apabila media-media itu membawa pesan-pesan atau informasi-informasi yang mengandung maksud pengajaran maka media itu disebut dengan media pembelajaran Arsyad,2007.

2.2.2. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Berdasarkan bentuknya, jenis media pembelajaran dibagi menjadi Kholid,2011: 1. Media visual, contoh : grafik, diagram,chart, bagan, poster. 2. Media auditif, contoh : radio, tape, recorder, laboratorium bahasa dan sejenisnya. 3. Projected still media, contoh : slide, OHP, in focus dan sejenisnya. 4. Projected motion media, contoh : film, televisi, video VCD, DVD, VTR, komputer dan sejenisnya. Berdasarkan perkembangan teknologi Arsyad,2007, media pembelajaran terbagi dalam empat kelompok, yaitu :1 media hasil teknologi cetak, 2 media hasil teknologi audio visual, 3 media hasil teknologi yang berdasarkan komputer dan 4 media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Pengelompokan media seperti diatas memiliki kelebihan dan kekurangan didalam penggunaannya masing-masing. Gerlach Ely dalam Arsyad, 2007 menyatakan tiga ciri media yang digunakan untuk pembelajaran : 27 Universita Sumatera Utara 1. Ciri fixative Ciri ini menggambarkan kemampuan media untuk merekam, menyimpan dan merekonstruksi suaru peristiwa atau objek. Dengan kata lain, media memungkinkan rekaman suatu peristiwa pada waktu tertentu ditampilkan kembali di satu waktu. Media yang memiliki ciri ini antara lain ; fotografi, video tape, audio tape dan film 2. Ciri manipulatif Ilustrasi untuk menjelaskan kemampuan media disini adalah perubahan larva menjadi kepompong sampai menjadi kupu-kupu yang memakan waktu beberapa hari, dapat ditampilkan hanya dalam beberapa menit saja. Penggunaan media disini dapat untuk mengedit bagian – bagian penting saja yang ingin ditampilkan. 3. Ciri distributif Ciri ini memungkinkan media memindahkan objek atau kejadian melalui ruangan dan disajikan secara bersamaan kepada sejumlah audien. Keberhasilam menggunakan media untuk meningkatkan hasil tergantung dari tiga hal, yaitu : 1 isi pesan, 2 cara menyampaikan pesan, 3 karakteristik penerima pesan. Kriteria pemilihan media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Jika tujuan yang diharapkan agar audien dapat menghapal kata-kata, maka media audio yang menjadi pilihan. Jika tujuan audien yang diharapkan dapat memahami isi bacaan, maka media 28 Universita Sumatera Utara cetak yang sebaiknya digunakan, tetapi jika tujuan pembelajaran agar audien dapat menirukan gerakan atau aktivitas, maka media video yang menjadi pilihan.

2.2.3. Fungsi Media

Menurut Kholid dan Notoatmodjo 2012, media memiliki fungsi antara lain : 1. Menimbulkan minat sasaran pengajaran 2. Dengan menggunakan media, sasaran pengajaran yang ingin dijangkau dapat lebih banyak. 3. Media dapat mengatasi keterbatasan pemahaman audien , dimana media dapat menyajikan hal yang dimaksud dalam bentuk nyata atau miniatur ataupun gambar, yang dapat disajikan dalam bentuk audio visual atau audio 4. Mempermudah penyampaian pesan atau informasi ke sasaran. 5. Terdapat keseragaman pengamatan audien. 6. Media dapat menanamkan konsep dasar yang konkret dan realistis 7. Media dapat membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu yang lebih, kemudian ingin mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik.

2.2.4. Media Promosi Kesehatan

Menurut Notoatmodjo 2012, media promosi kesehatan adalah media yang menjadi saluran untuk menyampaikan informasi kesehatan, yang dapat mempermudah penerimaan informasi kesehatan bagi masyarakat. Sementara itu, fungsi media promosi kesehatan antara lain : 29 Universita Sumatera Utara 1. Mengajarkan ketrampilan dalam membaca menulis berbagai hal dalam kesehatan 2. Meningkatkan aspirasi dibidang kesehatan 3. Menyebarluaskan informasi dibidang kesehatan 4. Sumber daya pengetahuan dalam kesehatan 5. Berpartisipasi dalam keputusan yang berkaitan dengan kesehatan 6. Membentuk perilaku hidup sehat dari statis ke dinamis

2.2.5. Proses Pembelajaran

Menurut Paivio, manusia memiliki dua sistem ingatan ; satu untuk mengolah simbol-simbol verbal dan yang lainnya untuk mengolah simbol non verbal. Artinya proses pembelajaran dengan mengunakan indera ganda pandang dan dengar akan memberikan keuntungan yang lebih optimal bagi audien. Pendapat para ahli mengenai hal tersebut pun beragam. Perbandingan hasil belajar melalui penglihatan dan pendengaran sangat jelas perbedaannnya. Menurut Baugh hasil belajar yang diperoleh seseorang melalui penglihatan sebesar 90, dan hanya 5 melalui pendengaran, 5 lagi diperoleh melalui indera lain. Sementara menurut Dale, perolehan hasil belajar melalui melalui penglihatan berkisar 75, melalui pendengaran 13 dan indera lainnya 12 Arsyad, 2007. Dikarenakan pasien DM hampir seluruhnya berusia dewasa, dan kelompok ini yang ingin diberikan pembelajaran maka didalam pelaksanannya, pembelajaran bagi orang dewasa membutuhkan metode yang dikombinasikan dengan situasi dan kondisi yang diperlukan untuk mencapai hasil yang 30 Universita Sumatera Utara memuaskan. Berdasarkan hal diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyampaian informasi kesehatan yang cocok adalah media visual atau audio visual video. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan penderiata diabetes melitus Soegondo et all,2011 : 1. Ceramah singkat. Dalam hal ini kebanyakan pasien berperan pasif. 2. Diskusi. Pasien dapat lebih berpartisipatif dan aktif dalam kegiatan ini, karena mereka mempunyai kesempatan untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak. Jika diskusi yang dilakukan bersifat individual ataupun beberapa orang dalam kelompok yang kecil, maka teknik konseling bisa dimasukkan kedalam cara ini. 3. Peragaan. Berguna untuk pelatihan psikomotor dan keterampilan sosial. 4. Materi cetakan. Materi seperti ini dapat berupa leaflet, brosur ataupun poster. Namun dalam pengamatan di klinik diabetes melitus, pasien tidak selalu mengerti atau dapat memahami informasi diabetes yang tertulis di media tersebut. 5. Alat bantu audiovisual seperti slide.film, video tentang diabetes melitus dan komplikasinya dapat memperjelas informasi bagi penderita. Penggunaan alat bantu audiovisual sangat membantu pasien yang tidak dapat belajar dengan baik melalui membaca. 6. Permainan. Cara pembelajaran seperti ini lebih menyenangkan dan dapat mengembangkan partisipasi belajar penderita diabetes melitus. 31 Universita Sumatera Utara

2.2.6. Media Audiovisual

Media yang menggunakan teknologi audio visual dalam penggunaanya menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyampaikan pesan audio dan visual Arsyad, 2007. Menurut Djamarah, media audiovisual adalah mempunyai unsur suara dan gambar dikutip dari Waryanto, 2007 dan terbagi dalam dua jenis : • Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide. • Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD. Menurut Punaji Setyosari Sihkabuden dikutip dari Kristanto, 2011, video adalah media penyampai pesan, termasuk media audio visual atau media pandang dengar. Sementara itu Hujair AH dikutip dari Kristianto, 2011 media video adalah seperangkat alat yang memproyeksikan gambar bergerak dimana antar gambar dan suara mempunyai karakter yang sama dengan objek aslinya. Menurut Ronal Anderson dikutip dari Waryanto, 2007, media video adalah rangkaian gambar elektronis yang disertai unsur suara dan juga unsur gambar yang dituangkan melalui pita video. Media video ini juga memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai berikut : Kelebihan media video : 1. Dapat digunakan untuk kelompok atau individu. 2. Dapat digunakan sewaktu-waktu dan berulang-ulang 32 Universita Sumatera Utara 3. Dapat menyajikan materi yang secara fisik tidak dapat dihadirkan di dalam ruangan. 4. Dapat menyajikan objek secara detail dan dapat menyajikan objek yang sifatnya berbahaya. 5. Dapat meningkatkan motivasi, menanamkan sikap dan segi afektif lainnya. 6. Dapat ditujukan kepada kelompok besar atau kecil, kelompok heterogen dan homogen. 7. Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan, mampu menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon yang diharapkan. 8. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat. Kelemahan media video : 1. Sukar untuk dapat direvisi jika ada kesalahan. 2. Memerlukan biaya yang relatif mahal. 3. Pada saat ditayangkan, gambar yang ditampilkan bergerak terus, sehingga tidak semua audien dapat menangkap pesan yang ingin disampaikan melalui media video tersebut. 4. Video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan belajar yang diinginkan. 33 Universita Sumatera Utara

2.3. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan yang terjadi melalui panca indera manusia dan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo, 2012. Pengetahuan atau ranah kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu : 1. Pengetahuan, merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari. 2. Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya dari ranah kognitif berupa kemampuan memahamimengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya. 3. Penggunaan penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi konkret dan situasi baru. 4. Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagian-bagian yang menjadi unsur pokok. 5. Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru. 6. Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu. 34 Universita Sumatera Utara Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

2.4. Sikap