Keterbatasan Penelitian Memakai sepatu hak tinggi lebih dari 5 cm. 9. Menyilangkan kaki terlalu lama.

5.5. Keterbatasan Penelitian

Kemampuan petugas klinik DM dalam hal ini peneliti yang bertindak sebagai konselor dalam penelitian ini belum maksimal, hal ini disebabkan peneliti belum pernah mengikuti pelatihan sebagai konselor. Tetapi peneliti berusaha mengatasinya dengan membaca buku dan jurnal tentang konseling, terutama konseling kelompok, agar kegiatan konseling di penelitian ini dapat berjalan lancar. Hal ini dapat dilihat dari terciptanya interaksi antara peserta konseling mengenai topik yang dibahas. Pada proses konseling, beberapa responden tidak memahami tentang konseling. Hal ini terlihat dari adanya responden yang membicarakan hal diluar topik konseling, sehingga peneliti harus mengingatkan dan membatasi responden untuk membicarakan hal tersebut selama konseling. Selain itu ada peserta yang datang terlambat, sehingga tidak mengikuti proses konseling secara keseluruhan, tetapi diulang secara ringkas saja oleh konselor sebelum melanjutkan proses konseling. Video tentang perawatan kaki yang ditayangkan bersumber dari situs kesehatan yang isinya dinilai peneliti cocok sebagai media promosi perawatan kaki bagi penderita diabetes, namun berbahasa asing, sehingga harus dilakukan dubbing terlebih dahulu agar dapar dimengerti oleh responden. Sementara itu pada proses penayangan video, ada beberapa responden yang membawa cucunya dan ada yang terlambat. Bagi responden yang membawa cucu, telihat konsentrasi mereka agak terganggu saat melihat video, dan bagi responden 105 Universita Sumatera Utara yang terlambat datang, mereka diberikan kesempatan untuk melihat video setelah responden yang lain pulang. 106 Universita Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Konseling kelompok lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan perawatan kaki penderita diabetes melitus dibandingkan video. Hal ini disebabkan pada saat konseling kelompok terjadi komunikasi antara peserta tentang keluhan dan tindakan perawatan kaki yang masing-masing mereka lakukan dan dipandu pula oleh konselor yang mengetahui tentang perawatan kaki diabetes, sehingga pembicaraan yang terjadi dapat menambah pengetahuan masing-masing peserta konseling 2. Konseling kelompok lebih efektif mempertahan peningkatan nilai sikap perawatan kaki penderita diabetes, dibandingkan penayangan video. Hal ini disebabkan pada saat konseling kelompok ada suatu motivasi yang timbul dari interaksi yang terjadi diantara sesama peserta konseling, ditambah lagi adanya perasaan senasib dari peserta karena mereka menderita penyakit yang sama. 3. Tayangan video dalam meningkatkan perawatan kaki penderita diabetes tidak lebih efektif dibandingkan konseling kelompok. Hal ini dapat disebabkan karena pada saat melihat video, komunikasi yang terjadi hanya satu arah saja. Penonton juga tidak dapat menanyakan hal yang kurang dipahaminya, karena pada sesi ini tidak ada tanya jawab. 107 Universita Sumatera Utara

6.2. Saran