103 perkebunan atau pemerintah, apakah ada gejolak dalam kehidupan kaum
buruh, faktor apakah yang menjadi penyebab terjadinya gejolak tersebut, dan faktor-faktor lainnya.
6. Sejarah intelektual
Fokus utama sejarah intelektual adalah bagaimana lahirnya pemikiran- pemikiran manusia. Pemikiran-pemikiran yang dikaji dalam sejarah intelektual
adalah pemikiran yang memberikan pengaruh terhadap kehidupan manusia, baik dalam ruang lingkup yang kecil maupun ruang lingkup yang besar.
Hasil pemikiran manusia dapat berupa filsafat atau ilmu pengetahuan. Apabila filsafat yang dikaji, maka akan melahirkan sejarah filsafat, misalnya
aliran-aliran filsafat yang berkembang di Yunani. Hal ini menjadi kajian sejarah yang menarik karena pemikiran filsafat Yunani memberikan pengaruh yang
cukup besar terhadap perubahan dunia.
Sejarah intelektual bisa dikaji dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan. Misalnya perkembangan ilmu pengetahuan di Barat. Untuk melihat
bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan di Barat, maka harus dilacak ke belakang, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Islam. Orang-
orang Barat pada masa itu banyak mempelajari pemikiran-pemikiran dari para cendikiawan muslim, seperti ilmu kedokteran dari Ibnu Sina, sehingga
di Barat nama Ibnu Sina dikenal dengan sebutan Avicena. Kajian tentang perkembangan ilmu pengetahuan di Barat dapat merupakan tema dalam sejarah
intelektual.
Sejarah intelektual di Indonesia dapat kita kaji. Kita dapat mengkaji beberapa pemikiran tentang tokoh-tokoh. Bagaimana kita mengkaji pemikiran-
pemikiran para tokoh pejuang Indonesia, kita dapat mulai mempelajarinya dari latar belakang pendidikannya. Kebanyakan dari tokoh-tokoh pejuang
Indonesia berlatar belakang pendidikan Barat Belanda. Walaupun mereka belajar dari pemikiran-pemikiran Barat, tetapi dalam prakteknya para tokoh
tersebut mencoba menyesuaikan dengan kondisi objektif masyarakat di Indonesia. Misalnya gagasan tentang ekonomi kerakyatan menurut Mohammad Hatta,
gagasan marhaenisme menurut Soekarno, gagasan nasionalisme manurut Ki Hajar Dewantara, gagasan tentang negara menurut Mohammad Natsir, gagasan
sosialisme menurut HOS Cokroaminoto. Gagasan-gagasan dari para tokoh pemimpin Indonesia ini penting kita pelajari, karena gagasan-gagasan mereka
cukup berpengaruh dalam perubahan sosial politik di Indonesia. Marhaenisme Soekarno pada dasarnya merupakan bentuk sosialisme yang ditafsirkan dengan
kondisi nyata bangsa Indonesia. Nasionalismenya Ki Hajar Dewantara adalah nasionalisme yang berakar dari kebudayaan Indonesia, khususnya Jawa. Gagasan
nasionalismenya kemudian ia terapkan pada sistem persekolahan yang
104 didirikannya, yaitu Sekolah Taman Siswa. Sekolah ini memberikan peran
sejarah yang cukup penting dan sampai sekarang sekolah ini masih tetap ada. Sosialisme Cokroaminoto merupakan bentuk reaksi terhadap komunisme
yang waktu itu masuk ke dalam tubuh Syarekat Islam. Gagasan nasionalisme Cokroaminoto berakar dari nilai-nilai agama Islam. Ekonomi kerakyatan yang
dimaksud oleh Mohammad Hatta dan cocok dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia adalah koperasi, karena dalam diri bangsa Indonesia terdapat nilai
kekeluargaan yang merupakan ciri dari koperasi.
D. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENELITIAN SEJARAH LISAN
Sebagaimana telah dikemukakan, sejarah lisan adalah pencarian sumber-sumber yang
berdasarkan pada sumber lisan atau disebut dengan oral history. Metode sejarah lisan
sesungguhnya sudah lama digunakan. Orang yang pertama kali menggunakan metode ini
adalah Herodotus sejarawan Yunani yang pertama. Dia mengembara ke tempat-tempat
yang jauh untuk mengumpulkan bahan-bahan sejarah lisan. Selain Herodotus, terdapat pula orang Yunani, yaitu Thucydides. Untuk mengetahui sejarah perang
Poloponesa, dia mencari kisah kesaksian langsung para prajurit yang ikut dalam perang.
Penggunaaan sejarah lisan di Indonesia, sebenarnya juga sudah lama dilakukan. Hal ini dapat dilihat dalam historiografi tradisional. Ciri adanya
penggunaan sejarah lisan yaitu adanya kalimat seperti “Kata Sahibul Hikayat”, atau “Menurut yang empunya cerita”, dan sebagainya. Kalimat tersebut
mengandung arti bahwa penulis historiografi tradisional mengumpulkan sumber- sumber melalui sumber lisan.
Sejarah lisan menjadi suatu metode mengalami perkembangan. Metode ini kembali dilihat oleh para ahli terutama di Amerika Serikat pada abad
ke-20. Penggunaan sejarah lisan mulai diperhatikan kembali oleh para sejarawan karena adanya kekhawatiran orang-orang yang masih hidup dan menyaksikan
peristiwa akan meninggal, sedangkan mereka sendiri tidak membuat catatan- catatan tertulis. Memori yang dimiliki oleh para saksi peristiwa tersebut merupakan
sumber informasi yang berharga.
Kegiatan 3.4
Buatlah dalam sebuah tabel mengenai perbedaan dan persamaan dari masing- masing jenis penulisan sejarah sebagaimana telah dibahas dalam bab ini.
Kata-kata kunci
• prinsip penelitian se- jarah lisan
• informan • wawancara