Faktor penyebab kemunduran PERADABAN LEMBAH SUNGAI INDUS
171 kepada ilmu sihir. Tidak semua kalangan Hindu menolak Atharwaweda.
Ada sebagian kalangan, terutama para Brahmana, yang mempelajarinya dengan tujuan untuk menangkal ilmu sihir. Pada fase Weda umat Hindu
menyembah banyak dewa politheisme, salah satu dewa terbesar adalah Dewa Indra, Ganesa.
2 Fase brahmana
Pada fase ini kaum Brahmana menjadi kelas tersendiri dalam masyarakat Hindu yang memiliki keistimewaan yaitu kedudukan yang tinggi. Memang,
dalam sistem kasta, kaum Brahmana mendapat posisi tertinggi, yang disusul oleh kaum Ksatria yang terdiri atas raja dan para bangsawan serta prajurit.
Kasta ketiga yaitu Waisya yang terdiri atas para pedagang, dan keempat adalah kasta Sudra. Kaum Brahmana mendapat tempat yang tertinggi dalam
agama Hindu disebabkan kemampuan mereka dalam menerjemahkan dan memahami kitab Weda. Pada fase ini banyak sekali diadakan upacara-
upacara yang wajib dihadiri dan dipimpin oleh kaum Brahmana. Dengan demikian, kedudukan Brahmana menjadi teramat penting.
3 Fase uphanisad
Pada fase ini terjadi pemberontakan terhadap kaum Brahmana, baik yang dilakukan oleh Ksatria melahirkan agama Buddha dan Jaina maupun
yang dilakukan oleh masyarakat kebanyakan. Pada masa ini berkembang paham atheisme, masyarakat berbondong-bondong meninggalkan agama
Hindu.
4 Fase Hindu Baru
Kaum Brahmana kembali berusaha memperbaiki ajaran Hindu yang mulai ditinggalkan pengikutnya, maka lahirlah Agama Hindu Baru. Pada
masa ini muncul tiga dewa besar Trimurti yaitu Siwa dewa perusak, Wisnu dewa pemelihara, dan Brahma dewa pencipta.
Ajaran Hindu berkeyakinan tentang adanya reinkarnasi, yaitu suatu pemahaman bahwa hidup ini akan terus berulang jika manusia tidak dapat
melepaskan diri dari nafsu. Untuk lepas dari lingkaran Samsara tersebut, maka penganut Hindu harus menyesuaikan hidupnya sesuai Weda dengan
melaksanakan dharma sesuai tuntunan kaum Brahmana.
Pada masa itu bangsa Arya mendirikan Kerajaan Gupta. Kerajaan ini diperintah oleh raja antara lain: Chandragupta, Samudra Gupta, dan Candragupta
II.
172