20 sejarah itu bercerita tentang seseorang pada masa lalunya, ada kesan bahwa
orang tersebut melakukan suatu tindakan yang benar, tidak ada kesalahannya. Penulisan sejarah yang seperti inilah yang biasanya menimbulkan kontroversial
di kalangan masyarakat. Kritik terhadap sumber yang bersifat analitis tidak banyak dilakukan. Kebenaran bukan didasarkan pada sumber atau faktanya,
tetapi lebih pada cerita yang dikisahkannya atau sering dikatakan retorikanya.
4. Kemampuan berbahasa
Pengkisahan dalam bentuk tulisan pada dasarnya merupakan kemampuan berbahasa yang ditampilkan dalam bentuk tulisan. Interpretasi terhadap sumber-
sumber sejarah akan menggunakan kaidah-kaidah bahasa penulisan. Dalam bahasa, seseorang yang memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik
akan berbeda dengan yang tidak terampil dalam bahasa tulisan. Seorang penulis yang kurang terampil berbahasa tulisan, mungkin saja cerita sejarah
yang ditampilkannya sulit dipahami karena bahasa yang digunakan kurang baik. Walaupun pemaparan faktanya cukup banyak.
Penulisan sejarah pada dasarnya merupakan suatu kemampuan merekonstruksi sumber-sumber sejarah dalam berupa tulisan cerita. Kemampuan
merekonstruksi sangat ditentukan oleh kemampuan berimajinasi. Berimajinasi dalam menulis sejarah yaitu bagaimana seorang penulis sejarah merekonstruksi
fakta-fakta atau bukti-bukti sejarah yang kemudian ia susun dalam bentuk cerita sejarah yang dapat dibaca oleh orang lain. Peninggalan-peninggalan
sejarah yang berupa benda mati, akan menjadi hidup manakala direkonstruksi dalam cerita sejarah. Apabila kemampuan imajinasi tidak dimiliki oleh seorang
penulis sejarah, maka cerita sejarahnya menjadi kering, tidak hidup.
Rekonstruksi ibarat membentuk suatu bangunan. Misalnya sumber sejarah itu ibarat batang korek api. Apabila batang korek api yang berserakan itu
kita rekonstruksi menjadi suatu bentuk mainan, maka kumpulan batang korek api itu menjadi menarik. Bentuk bangunan korek api yang merupakan hasil
rekonstruksi itu akan sangat ditentukan oleh kemampuan berbahasa. Merekonstruksi imajinasi merupakan kemampuan berbahasa. Bentuk mainan
korek api itu menjadi menarik, indah dipandang, sama halnya dengan penggunaan gaya bahasa imajinatif yang indah dan enak dibaca. Masa lalu akan menjadi
hidup manakala seorang penulis sejarah mampu mengkisahkan dengan gaya bahasa yang baik.
Kegiatan 1.3
Carilah beberapa orang yang mengetahui secara langsung tentang sejarah keluargamu. Wawancarai orang tersebut mengenai sejarah keluargamu dan
tuliskanlah hasil wawancara tersebut.
21
E. PERIODISASI, KRONOLOGI, DAN HISTORIOGRAFI 1.
Periodisasi
Sejarah adalah studi yang berkaitan dengan konteks waktu. Waktu dalam sejarah
akan membentuk suatu periodisasi. Periodisasi digunakan biasanya untuk memudahkan
pemahaman suatu cerita sejarah sehingga terjadi suatu kesinambungan. Jadi, periodisasi ini
semacam serialisasi rangkaian menurut urutan zaman.
Peristiwa yang ditulis dengan menampilkan periodisasi akan mempermudah untuk mengetahui ciri khas atau karakteristik kehidupan manusia pada masing-
masing periode, sehingga kehidupan manusia mudah dipahami. Dengan adanya periodisasi, akan diketahui perkembangan kehidupan manusia, kesinambungan
antara periode yang satu dengan periode berikutnya, apakah ada pengulangan fenomena yang terjadi, dan perubahan dari periode yang awal sampai pada
periode-periode berikutnya.
Secara teoritis perkembangan dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang berturut-turut dalam masyarakat yang bergerak dari satu bentuk yang
sederhana ke bentuk yang lebih kompleks. Dalam perkembangan ini, tidak ada pengaruh luar yang menyebabkan pergeseran. Misalnya perkembangan
suatu kota yang berasal dari suatu desa. Desa yang semula dihuni oleh penduduk yang sangat terbatas jumlahnya. Perkembangan desa tersebut disebabkan
oleh adanya pembentukan lembaga-lembaga baru yang berpengaruh terhadap dinamika desa itu. Misalnya di desa tersebut dibuka sebuah lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan tersebut merangsang kedatangan orang. Dalam beberapa waktu kemudian, banyak orang yang datang untuk mengikuti pendidikan di
lembaga pendidikan tersebut. Akibatnya, jumlah penduduk di desa tersebut semakin bertambah. Pertambahan penduduk berdampak kepada kehidupan
ekonomi. Kebutuhan ekonomi penduduk tersebut harus dipenuhi, akibatnya lahir pasar. Dalam beberapa waktu kemudian desa tersebut menjadi berkembang
pesat, baik secara ekonomi maupun sosial budaya. Perkembangan itu menyebabkan desa tersebut tidak lagi masuk ke dalam kategori bentuk desa,
akan tetapi menjadi kategori kota.
Kesinambungan terjadi bila suatu masyarakat baru hanya melakukan adopsi lembaga-lembaga lama. Misalnya kolonialisme merupakan salah satu
periode dalam sejarah Indonesia. Keberlangsungan kolonialisme salah satu sebabnya, yaitu adanya praktik-praktik yang pernah dilakukan pada masa
prakolonial. Sebelum periode kolonial, kehidupan patrimonial sudah berlangsung. Raja selalu mendapatkan upeti terutama dari daerah-daerah taklukan. Selain
Kata-kata kunci
• periodisasi • kronologi
• historiografi
22 itu, rakyat memiliki kewajiban untuk melaksanakan segala perintah raja. Rakyat
wajib bekerja kepada raja dan para bangsawan tanpa memperoleh upah. Fenomena patrimonial ini ternyata dilanjutkan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Pemerintah kolonial meminta upeti kepada raja-raja.
Salah satu contoh yang jelas adalah praktek pengerahan tenaga kerja ketika pelaksanaan Sistem Tanam Paksa. Pemerintah kolonial menggunakan
hubungan tradisional antara penguasa pribumi dalam hal pengerahan tenaga kerja untuk keperluan Tanam Paksa. Para pekerja ini dikenakan kerja wajib.
Dengan cara seperti ini, pemerintah kolonial mendapatkan keuntungan yang sangat besar dari hasil pelaksanaan Sistem Tanam Paksa. Jadi, kolonialisme
dapat dikatakan sebagai kesinambungan dari patrimonialisme.
Peristiwa dalam sejarah hanya terjadi satu kali, tidak ada peristiwa yang berulang. Sebab, setiap peristiwa yang terjadi memiliki keunikan tersendiri
yang belum tentu ada dalam peristiwa berikutnya. Misalnya peristiwa proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 akan berbeda dengan perayaan 17 Agustus pada
tahun-tahun berikutnya. Yang ada kesamaan dalam suatu peristiwa dengan peristiwa berikutnya adalah fenomena. Fenomena inilah yang sering ditafsirkan
oleh orang awam sebagai pengulangan sejarah. Contoh terjadinya pengulangan fenomena dalam sejarah Indonesia adalah berakhirnya kekuasaan pada masa
Orde Lama dan Orde Baru. Orde Lama berakhir kekuasaannya dengan adanya krisis politik, krisis ekonomi, dan demonstrasi dari berbagai lapisan masyarakat
khususnya mahasiswa. Fenomena ini pun terjadi pula pada masa berakhirnya kekuasaan Orde Baru.
Dinamika yang terjadi di masyarakat dapat pula dikategorikan sebagai perubahan apabila mengalami pergeseran. Perubahan di sini sama artinya
dengan perkembangan. Dinamika yang terjadi dalam perubahan adalah adanya perkembangan besar-besaran dan dalam waktu yang relatif singkat. Perubahan
biasanya terjadi karena pengaruh dari luar. Misalnya, dalam sejarah Indonesia lahirnya kaum terpelajar yang menjadi penggerak gagasan nasionalisme di
Indonesia pada awal abad ke-20. Kelahiran kelompok terpelajar tersebut merupakan dampak dari penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial Belanda terhadap kaum pribumi. Pendidikan ini ternyata melahirkan suatu kelompok baru dalam masyarakat Indonesia, yaitu kaum
intelektual atau kaum terpelajar. Pada kaum ini tumbuh kesadaran bahwa bangsanya dijajah, dan munculnya cita-cita untuk melepaskan diri dari penjajah
serta berkeinginan untuk membangun sebuah negara nasional. Perubahan terjadi dalam hal menghadapi penjajah. Pada masa sebelum abad ke-20, lebih banyak
menggunakan perang fisik seperti Perang Diponegoro, Perang Paderi, Perang Aceh, dan perang-perang lainnya. Ketika munculnya pergerakan kebangsaan
yang dimotori oleh kaum intelektual, perlawanan terhadap penjajah dengan menggunakan organisasi yang modern.