31 Kebesaran masa lalu bangsa Indonesia harus memberikan inspirasi bagaimana
kita dapat menjadi bangsa yang maju dan bangsa yang disegani oleh bangsa lain. Untuk menjadi bangsa yang maju, sudah barang tentu harus memiliki
nilai-nilai yang mendukung terhadap terbentuknya bangsa yang maju. Nilai- nilai tersebut misalnya nasionalisme, etos kerja yang tinggi, penegak hukum
yang konsisten, inovatif, kreatif, dan lain-lain. Apa yang dilakukan oleh kerajaan- kerajaan besar pada masa lalu harus dilihat nilai-nilai positif dari mereka.
Kemajuan hanya dapat dicapai dengan kerja keras sendiri, bukan ditentukan oleh bangsa lain.
3. Bersifat instruktif
Instruktif secara harfiah dapat diartikan pengajaran. Pengajaran dalam konteks di sini memberikan arti keterampilan yang diperoleh dari pengajaran
sejarah. Keterampilan tersebut, baik berupa keterampilan berpikir maupun keterampilan yang bersifat fisik. Keterampilan berpikir adalah keterampilan
yang bersifat kognitif. Hal ini dapat diperoleh melalui pengkajian terhadap materi sejarah. Adapun keterampilan yang bersifat fisik lebih banyak diperlihatkan
dalam bentuk unjuk kerja.
Sejarah sebagai ilmu pada dasarnya memberikan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat teoretis. Sifat teoretis dapat berupa pemahaman terhadap konsep-
konsep atau generalisasi-genaralisasi yang dikaji dari peristiwa sejarah yang dipelajarinya. Konsep-konsep yang ada dalam ilmu sejarah misalnya, berpikir
sebab akibat atau kausalitas, kronologis, perkembangan, pertumbuhan, dan perubahan. Dalam melihat atau mengamati kehidupan sehari-hari, dapat
menggunakan konsep-konsep tersebut.
Dua hal yang memiliki hubungan dapat menjadi pengembangan berpikir kausalitas. Misalnya, mengapa di daerah tersebut banyak terjadi konflik?
Berbagai analisis dapat dikembangkan dalam melihat penyebab konflik. Sebab- sebab konflik dapat dihubungkan dengan kebijakan pemerintahan setempat,
kondisi perekonomian masyarakat, hubungan antarkelompok masyarakat, letak geografis tempat konflik, dan lain-lain. Dengan ditemukannya sebab
akibat dari konflik tersebut, diharapkan kemampuan berpikir kausalitas ini dapat memberikan tuntunan dalam memecahkan masalah agar konflik tidak
terjadi lagi.
Berpikir kronologis dapat diartikan berpikir yang bersifat runut atau tersusun berdasarkan urutan waktu. Hal ini dapat dilakukan dalam mengungkap suatu
kejadian, misalnya kecelakaan. Untuk mengungkap mengapa terjadi kecelakaan, biasanya polisi mencari bukti-bukti yang menjadi penyebab kecelakaaan.
Berdasarkan bukti-bukti yang ditemukan, maka kronologi kejadian kecelakaan tersebut dapat diceritakan atau diungkap. Kronologi kecelakaan tersebut,
32 misalnya dapat diceritakan, yaitu diawali dengan seorang pemuda yang
mengendarai sepeda motor sambil membawa minuman keras. Pemuda tersebut mengendarai motornya dengan kecepatan yang tinggi. Ketika sepeda motor
yang dikendarainya itu tiba-tiba bannya pecah, sehingga ia tidak mampu mengendalikan sepeda motornya yang oleng. Akibatnya, terjadilah kecelakaan
itu.
Sejarah mengajarkan cara berpikir perubahan. Perubahan itu dapat berupa perkembangan dan pertumbuhan. Cara berpikir seperti ini dapat diterapkan
dalam melihat diri sendiri. Kita tumbuh berubah sejak kecil, mulai dari masa anak-anak hingga dewasa sekarang ini. Bagaimana pertumbuhan yang terjadi
pada diri kita, apakah mengarah kepada perubahan yang bersifat positif atau negatif. Pemahaman terhadap perubahan yang terjadi pada diri kita sendiri
dapat memberikan pengajaran bagi kita, apakah kita sudah menjadi orang yang baik atau sebaliknya, apakah kita sudah menjadi orang yang berguna
atau sebaliknya. Introspeksi diri dapat kita lakukan dalam melihat perubahan yang terjadi pada diri kita.
Sebagaimana telah dicontohkan di atas, sejarah banyak meninggalkan berbagai peninggalan yang sangat penting. Peninggalan tersebut pada dasarnya
merupakan hasil dari keterampilan manusia pada masa itu. Keterampilan- keterampilan yang ditunjukkan oleh masyarakat pada masa lalu pada dasarnya
dapat menjadi pengajaran bagi manusia sekarang dalam mengembangkan keterampilan, misalnya keterampilan dalam seni. Berbagai karya dapat memberikan
pengembangan keterampilan misalnya seni bangunan, seni lukis, seni rupa, seni ukir, pelayaran, bertani, berkebun, dan berbagai keterampilan teknis
lainnya. Peninggalan bangunan masa lalu, sebagaimana telah dicontohkan dengan candi yang memiliki nilai seni sangat tinggi. Selain teknik cara membangun
yang sudah maju, dalam candi itu terdapat ukiran-ukiran yang sangat indah. Keterampilan-keterampilan yang ada pada contoh bangunan candi dapat kita
pelajari. Kita bisa belajar bagaimana cara membangun suatu bangunan yang indah dan kokoh, bagaimana mengukir batu dengan ukiran yang sangat indah.
Sejak masa lampau bangsa Indonesia sudah mengenal teknik pelayaran. Pelajaran cara berlayar sudah dipelajari oleh bangsa Indonesia karena kondisi
geografis wilayah Indonesia yang sebagian besar atau dua pertiganya terdiri atas lautan. Relief yang ada dalam Candi Borobudur menunjukkan realitas
kehidupan masyarakat pada saat itu. Realitas tersebut misalnya keterampilan berlayar yang diiringi dengan keterampilan membuat perahu. Keterampilan
ini sudah sejak lama dimiliki oleh bangsa Indonesia. Dari satu keterampilan dapat dikembangkan pada keterampilan-keterampilan lainnya, misalnya
keterampilan pelayaran dapat meliputi keterampilan-keterampilan mengetahui arah mata angin, memperkirakan cuaca, memperkirakan tempat berkumpulnya
ikan, dan keterampilan-keterampilan lainnya. Keterampilan-keterampilan yang
33 positif tersebut dapat diwariskan kepada generasi sekarang. Kita dikenal
sebagai bangsa pelaut akan tetapi keterampilan kita dalam teknologi keluatan saat ini sangat tertinggal dari bangsa lain. Akibatnya, laut yang kita miliki
belum diolah secara optimal hingga saat ini.
4. Bersifat rekreatif
Saat ini kita sering mendengar wisata yang bernuansa spiritual. Wisata seperti ini memiliki nilai sejarah. Sejarah dapat memiliki nilai-nilai penting
dalam pengembangan kepariwisataan. Fungsi rekreatif sejarah dapat mengandung arti wisata yang mengikuti lorong waktu masa lalu.
Karya-karya sejarah yang berupa peninggalan fisik banyak memberikan kesan kepada masyarakat saat ini. Kesan tersebut baik bersifat fisik maupun
non fisik. Kesan secara fisik misalnya orang sangat kagum melihat nilai seni dari peninggalan tersebut. Akibatnya, orang tersebut tertarik untuk melakukan
wisata ke tempat peninggalan sejarah. Adapun kesan nonfisik bisa dilihat dari nilai-nilai yang terkandung dalam bangunan fisik tersebut, misalnya masjid
kuno. Banyak orang yang melakukan wisata dengan mengunjungi masjid- masjid kuno dengan tujuan ingin meningkatkan penghayatan spiritual dia terhadap
nilai-nilai keagamaan. Apalagi jika di Masjid Kuno tersebut terdapat makam- makam orang yang berperan dalam sejarah. Para wisatawan biasanya akan
berziarah ke makam tersebut. Bagi mereka yang menghayati kunjungannya ke tempat-tempat tersebut, seolah-olah memberikan kesan bahwa mereka
telah melakukan lawatan masa lalu.
Peninggalan-peninggalan sejarah saat ini banyak memberikan peran yang sangat penting bagi pengembangan pariwisata. Bahkan beberapa pemerintah
daerah ada yang mengembangkan pariwisatanya dengan memanfaatkan peninggalan-peninggalan sejarah yang ada di daerahnya. Situs-situs sejarah
secara ekonomis dapat meningkatkan pendapatan daerah.
Bangunan-bangunan kuno lainnya misalnya beberapa bangunan keraton kerajaan. Di tempat ini kita dapat berekreasi menikmati keindahan keraton-
keraton masa lalu yang dibangun dengan bentuk bangunan yang merupakan perpaduan antara bentuk asli Indonesia dengan unsur-unsur dari luar. Beberapa
unsur luar yang berpengaruh terhadap bangunan luar misal pengaruh dari Eropa, Cina, Arab, dan negara-negara lainnya. Dari jenis perpaduan bangunan
ini kita dapat belajar juga bahwa pada masa itu bangsa Indonesia sudah menjalin hubungan baik dengan bangsa-bangsa di luar Indonesia.
Salah satu tempat rekreasi sejarah adalah museum. Di tempat ini banyak disimpan atau dikoleksi benda-benda peninggalan sejarah. Benda-benda ini
sangat penting untuk memberikan pengetahuan tentang kesejarahan. Kunjungan ke museum memiliki dua arti, yaitu pertama berekreasi dan kedua belajar