101 ideologi perang sabil. Dalam ideologi ini perang adalah jalan untuk mencapai
kemuliaan agama Islam. Dengan contoh pada perang Aceh ini, maka sejarah perang harus pula menampilkan adanya ideologi yang dimiliki oleh pasukan
yang berperang. Kekuatan perang ternyata bukan hanya terletak pada kekuatan teknologi persenjataan yang dimilikinya, tetapi juga ideologi yang dianut oleh
pasukan yang berperang.
4. Sejarah ekonomi
Secara sederhana ekonomi dapat didefinisikan sebagai kegiatan manusia yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup, maka manusia melakukan berbagai aktivitas. Aktivitas manusia tersebut misalnya produksi, penjualan, pembelian, penawaran, dan permintaan
barang-barang, penggunaan sumber-sumber ekonomi, dan lain-lain. Aktivitas- aktivitas tersebut akan menyebabkan adanya hubungan di antara sesama individu,
baik dalam ruang lingkup yang kecil maupun yang besar. Aktivitas ekonomi manusia menjadi kajian penting dalam penulisan sejarah ekonomi.
Ruang lingkup penulisan sejarah ekonomi bisa dalam skala yang lebih mikro maupun makro. Ruang lingkup yang lebih mikro, misalnya kita menulis
sejarah ekonomi pedesaan. Hal-hal yang bisa kita kaji dari sejarah ekonomi pedesaan, yaitu bagaimana kegiatan sehari-hari masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya: apakah mereka berdagang, bagaimana cara berdagang yang mereka lakukan; apakah mereka bertani, bagaimana cara bertani yang
mereka lakukan; berapa pendapatan yang mereka peroleh; apakah dari pendapatan yang mereka peroleh itu dapat menyejahterakan hidupnya; dan
masih banyak faktor-faktor lainnya. Dalam penulisan sejarah ekonomi pedesaan, kajian kita yang terpenting ialah bagaimana perkembangan ekonomi masyarakat
pedesaan dalam suatu periode tertentu? Apakah perkembangan ekonomi itu mengarah pada kesejahteraan atau kemiskinan? Faktor-faktor apa yang menjadi
penyebab tumbuhnya perekonomian masyarakat pedesaan tersebut? Apakah pertumbuhan itu disebabkan oleh kebijakan pemerintah? Apakah disebabkan
oleh kreativitas masyarakat pedesaan sendiri?
Kajian sejarah ekonomi bisa dalam bentuk aktivitas sekelompok masyarakat, seperti kelompok masyarakat pedesaan, dapat pula kajian terhadap lembaga-
lembaga ekonomi. Misalnya perkembangan ekonomi suatu perusahaan. Dalam menulis sejarah ekonomi perusahaan, kita bisa mengkaji bagaimana perkembangan
ekonomi perusahaan tersebut dalam suatu periode jangka waktu tertentu? Apakah mengalami suatu kemajuan atau keuntungan? apakah mengalami
kemunduran atau kerugian? Faktor-faktor apakah yang menjadi penyebab kemunduran atau kemajuan dari ekonomi perusahaan tersebut? Apakah
disebabkan oleh faktor internal atau oleh faktor eksternal perusahaan tersebut?
102 Dalam skala yang lebih makro atau lebih luas, kajian sejarah ekonomi
bisa dalam ruang lingkup yang lebih luas misalnya skala nasional. Sejarah ekonomi Indonesia pada zaman kolonial memiliki kajian yang cukup banyak.
Periode yang cukup penting bagi penulisan sejarah ekonomi Indonesia pada masa kolonial yaitu pada masa Tanam Paksa dan masa berlakunya Undang-
Undang Agraria tahun 1870. Pada zaman Tanam Paksa penulisan sejarah ekonomi dapat mengkaji hal-hal seperti jenis-jenis tanaman apa yang diwajibkan
untuk ditanam, bagaimana pemerintah kolonial membuka lahan-lahan perkebunan, bagaimana pengelolaan Tanam Paksa yang bisa menguntungkan pemerintah
kolonial secara ekonomi, bagaimana keuntungan yang diperoleh pemerintah kolonial dari Tanam Paksa, bagaimana kehidupan ekonomi kaum pribumi
dengan adanya Tanam Paksa.
5. Sejarah sosial
Sebagaimana telah dibahas bahwa masyarakat pada dasarnya merupakan kumpulan individu-individu yang membangun suatu struktur. Struktur secara
sosiologis dapat berubah. Ada yang berubah karena interaksi dari dalam dan ada pula yang berubah karena adanya interaksi dari luar. Perubahan struktur
inilah yang merupakan kajian penting dalam sejarah sosial. Sehingga sejarah sosial dapat pula disebut sebagai sejarah masyarakat atau sejarah struktur.
Pada mulanya, sejarah sosial lahir sebagai respon terhadap penulisan sejarah yang konvensional. Sejarah konvensional yang dimaksud adalah sejarah
yang hanya menekankan orang-orang besar saja seperti para raja atau penguasa. Penulisan sejarah yang konvensional memberikan kesan seolah-olah sejarah
adalah milik orang-orang besar saja. Respon terhadap sejarah konvensional tersebut kemudian melahirkan sejarah “orang-orang kecil”. Orang-orang kecil
yang dimaksud seperti petani, buruh, rakyat kecil, dan kelompok-kelompok marginal lainnya. Dalam hal ini, peran-peran yang dilakukan oleh orang-orang
kecil harus menjadi kajian sejarah. Kajian inilah yang pertama kali menjadi fokus penulisan sejarah sosial.
Kehidupan buruh di perkebunan pada zaman penjajahan merupakan salah satu tema yang dapat dijadikan penulisan sejarah sosial. Buruh dapat dilihat
sebagai suatu masyarakat yang terstruktur. Bahkan kehidupan di perkebunan menunjukkan adanya suatu struktur masyarakat, ada pemilik perkebunan sebagai
penguasa, pejabat perkebunan, dan buruh. Kajian yang bisa kita lakukan dengan sejarah buruh di perkebunan yaitu bagaimana latar belakang lahirnya
kaum buruh di perkebunan, bagaimana kehidupan sehari-hari kaum buruh, bagaimana hubungan antara buruh dengan pejabat dan pemilik perkebunan,
bagaimana kebijakan pemilik perkebunan atau pemerintah terhadap kesejahteraan kaum buruh, bagaimana reaksi kaum buruh terhadap kebijakan pemilik
103 perkebunan atau pemerintah, apakah ada gejolak dalam kehidupan kaum
buruh, faktor apakah yang menjadi penyebab terjadinya gejolak tersebut, dan faktor-faktor lainnya.
6. Sejarah intelektual
Fokus utama sejarah intelektual adalah bagaimana lahirnya pemikiran- pemikiran manusia. Pemikiran-pemikiran yang dikaji dalam sejarah intelektual
adalah pemikiran yang memberikan pengaruh terhadap kehidupan manusia, baik dalam ruang lingkup yang kecil maupun ruang lingkup yang besar.
Hasil pemikiran manusia dapat berupa filsafat atau ilmu pengetahuan. Apabila filsafat yang dikaji, maka akan melahirkan sejarah filsafat, misalnya
aliran-aliran filsafat yang berkembang di Yunani. Hal ini menjadi kajian sejarah yang menarik karena pemikiran filsafat Yunani memberikan pengaruh yang
cukup besar terhadap perubahan dunia.
Sejarah intelektual bisa dikaji dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan. Misalnya perkembangan ilmu pengetahuan di Barat. Untuk melihat
bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan di Barat, maka harus dilacak ke belakang, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Islam. Orang-
orang Barat pada masa itu banyak mempelajari pemikiran-pemikiran dari para cendikiawan muslim, seperti ilmu kedokteran dari Ibnu Sina, sehingga
di Barat nama Ibnu Sina dikenal dengan sebutan Avicena. Kajian tentang perkembangan ilmu pengetahuan di Barat dapat merupakan tema dalam sejarah
intelektual.
Sejarah intelektual di Indonesia dapat kita kaji. Kita dapat mengkaji beberapa pemikiran tentang tokoh-tokoh. Bagaimana kita mengkaji pemikiran-
pemikiran para tokoh pejuang Indonesia, kita dapat mulai mempelajarinya dari latar belakang pendidikannya. Kebanyakan dari tokoh-tokoh pejuang
Indonesia berlatar belakang pendidikan Barat Belanda. Walaupun mereka belajar dari pemikiran-pemikiran Barat, tetapi dalam prakteknya para tokoh
tersebut mencoba menyesuaikan dengan kondisi objektif masyarakat di Indonesia. Misalnya gagasan tentang ekonomi kerakyatan menurut Mohammad Hatta,
gagasan marhaenisme menurut Soekarno, gagasan nasionalisme manurut Ki Hajar Dewantara, gagasan tentang negara menurut Mohammad Natsir, gagasan
sosialisme menurut HOS Cokroaminoto. Gagasan-gagasan dari para tokoh pemimpin Indonesia ini penting kita pelajari, karena gagasan-gagasan mereka
cukup berpengaruh dalam perubahan sosial politik di Indonesia. Marhaenisme Soekarno pada dasarnya merupakan bentuk sosialisme yang ditafsirkan dengan
kondisi nyata bangsa Indonesia. Nasionalismenya Ki Hajar Dewantara adalah nasionalisme yang berakar dari kebudayaan Indonesia, khususnya Jawa. Gagasan
nasionalismenya kemudian ia terapkan pada sistem persekolahan yang