Masa perundagian AWAL KEHIDUPAN SOSIAL, EKONOMI, DAN BUDAYA DI INDONESIA

142 Pada masa perundagian dihasilkan benda-benda yang terbuat dari perunggu, yaitu sebagai berikut. 1 Bejana Bentuk bejana perunggu seperti gitar Spanyol tetapi tanpa tangkainya. Pola hiasan benda ini berupa pola hias anyaman dan huruf L.Bejana ditemukan di daerah Madura dan Sumatera. Gambar 4.20 Bejana perunggu dari Madura Sumber : Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia 1, halaman 432 2 Nekara Nekara ialah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atapnya tertutup. Pada nekara terdapat pola hias yang beraneka ragam. Pola hias yang dibuat yaitu pola binatang, geometrik, gambar burung, gambar gajah, gambar ikan laut, gambar kijang, gambar harimau, dan gambar manusia. Dengan hiasan yang demikian beragam, maka nekara memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Beberapa tempat ditemukannya nekara yaitu Bali, Sumatra, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, Alor, dan Kepulauan Kei. Di Bali ditemukan nekara Gambar 4.21 Nekara dari kepulauan Selayar Sumber : R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan I halaman 64 Gambar 4.22 Moko dari Alor Sumber : R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan I halaman 65 143 yang bentuknya besar dan masyarakat di sana mempercayai bahwa benda itu jatuh dari langit.Nekara tersebut disimpan di sebuah pura kuil di desa Intaran daerah Pejeng. Puranya diberi nama Pura Panataran Sasih bulan. Di Alor banyak ditemukan nekara dengan bentuk kecil tapi memanjang. Nekara ini disebut moko. Hiasan-hiasan yang ada pada nekara di Alor ini bergambar, bentuk hiasannya ada yang merupakan hiasan jaman Majapahit. Hubungan antarwilayah di Indonesia diperkirakan sudah terjadi pada masa perundagian dengan ditemukannya nekara. Hal ini dapat dilihat dari Nekara yang berasal dari Selayar dan Kepulauan Kei dihiasi gambar- gambar gajah, merak, dan harimau. Sedangkan binatang yang tercantum pada nekara tersebut tidak ada di di daerah itu. Hal ini menunjukkan bahwa nekara berasal dari daerah Indonesia bagian barat atau dari benua Asia. Hal yang menarik lagi ditemukannya nekara di Sangean. Nekara yang ditemukan di daerah ini bergambar orang menunggang kuda beserta pengiringnya yang memakai pakaian orang Tartar. Dengan adanya gambar tersebut menunjukkan terjadi hubungan bangsa Indonesia pada saat itu dengan Cina. Jadi, hubungan antara Indonesia dengan Cina sudah ada sejak zaman perunggu. . 3 Kapak corong Kapak ini disebut kapak corong karena bagian atasnya berbentuk corong yang sembirnya belah. Benda ini terbuat dari logam. Ke dalam corong itu dimasukkan tangkai kayunya yang menyiku pada bidang kapak. Kapak tersebut disebut juga kapak sepatu, karena hampir mirip dengan sepatu bentuknya. Ukuran kapak kecil itu beragam, ada yang kecil dan sangat sederhana, besar memakai hiasan, pendek besar, bulat, dan panjang sisinya. Ada kapak corong yang satu sisinya disebut candrasa. Tempat ditemukannya kapak tersebut yaitu di Sumatra Selatan, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, pulau Selayar, dan Irian dekat danau Sentani. Gambar 4.23 Berbagai macam kapak corong Sumber : Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia 1, halaman 426 144 Kapak yang beragam bentuknya tersebut, tidak semua digunakan sebagaimana layaknya kegunaan kapak sebagai alat bantu yang fungsional. Selain itu, kapak juga digunakan sebagai barang seni dan alat upacara, seperti candrasa. Di Yogyakarta, ditemukan candrasa yang dekat tangkainya terdapat hiasan gambar seekor burung terbang sambil memegang candrasa. Gambar 4.24 Candrasa panjangnya kira-kira satu meter Sumber : R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan I halaman 62 4 Perhiasan Manusia pada perundagian sudah memiliki apresiasi yang cukup terhadap seni. Hal ini dibuktikan ditemukannya berbagai hiasan. Hiasan yang ditemukan berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, dan bandul kalung. Benda- benda tersebut ada yang diberi pola hias dan ada yang tidak. Benda yang diberi pola hias seperti cincin atau gelang yang diberi pola hias geometrik. Ditemukan pula cicin yang berfungsi bukan untuk perhiasan, tetapi sebagai alat tukar. Cincin yang seperti ini ukurannya sangat kecil bahkan tidak bisa dimasukkan ke dalam jari anak. Tempat-tempat ditemukannya benda-benda tersebut antara lain Bogor, Malang, dan Bali. Perhiasan-perhiasan lainnya yang ditemukan pada masa perundagian yaitu manik-manik. Pada masa prasejarah manik-manik banyak digunakan untuk upacara, bekal orang yang meninggal disimpan dalam kuburan, dan alat tukar. Pada masa perundagian, bentuk manik-manik mengalami perkembangan. Pada zaman prasejarah lebih banyak terbuat dari batu, sedangkan pada masa ini sudah dibuat dari kulit kerang, batu akik, kaca, dan tanah-tanah yang dibakar. Manik-manik memiliki bentuk yang beragam, ada yang berbentuk silindris, bulat, segi enam, oval, dan sebagainya. Di Indonesia beberapa daerah yang merupakan tempat ditemukannya manik-manik antara lain Bogor, Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, dan Besuki. 145 5 Perunggu Pada masa perundagian dihasilkan pula arca-arca yang terbuat dari logam perunggu. Dalam pembuatan arca ini dilakukan pula dengan menuangkan cairan logam. Patung yang dibuat berbentuk beragam, ada yang berbentuk manusia dan binatang. Posisi manusia dalam bentuk arca itu ada yang sedang menari, berdiri, naik kuda dan sedang memegang panah. Arca binatang itu ada yang berupa arca kerbau yang sedang berbaring, kuda sedang berdiri, dan kuda dengan pelana. Tempat ditemukan arca-arca tersebut yaitu di Bangkinang Provinsi Riau, Lumajang, Palembang, dan Bogor. Gambar 4.27 Arca Perunggu dari Bangkinang, Riau - Sumatera Sumber : Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia 1, halaman 433 Gambar 4.25 Gelang dan cincin dari perunggu ditemukan di Pasemah, Sumatera Selatan Sumber : Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia 1, halaman 433 Gambar 4.26 Manik-manik Sumber : R. Soekmono, Pengantar Sejarah Kebudayaan I halaman 71 146

c. Sistem kepercayaan

Pada masa perundagian memiliki sistem kepercayaan yang tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya. Praktek kepercayaan yang mereka lakukan masih berupa pemujaan terhadap leluhur. Hal yang membedakannya adalah alat yang digunakan untuk praktek kepercayaan. Pada masa perundagian, benda-benda yang digunakan untuk praktek kepercayaan biasanya terbuat dari bahan perunggu. Sistem kepercayaan yang dilakukan oleh manusia pada zaman perundagian masih memelihara hubungan dengan orang yang meninggal. Pada masa ini, praktek penguburan menunjukkan stratifikasi sosial antara orang yang terpandang dengan rakyat biasa. Kuburan orang-orang terpandang selalu dibekali dengan barang-barang yang mewah dan upacara yang dilakukan dengan cara diarak oleh orang banyak. Sebaliknya, apabila yang meninggal orang biasa, upacaranya sederhana dan kuburan mereka tanpa dibekali dengan barang-barang mewah. Upacara sebagai bentuk ritual kepercayaan mengalami perkembangan. Mereka melakukan upacara tidak hanya berkaitan dengan leluhur, akan tetapi berkaitan dengan mata pencaharian hidup yang mereka lakukan. Misalnya ada upacara khusus yang dilakukan oleh masyarakat pantai khususnya para nelayan. Upacara yang dilakukan oleh masyarakat pantai ini, yaitu penyembahan kekuatan yang dianggap sebagai penguasa pantai. Penguasa inilah yang mereka anggap memberikan kemakmuran kehidupannya. Sedang di daerah pedalaman atau pertanian ada upacara persembahan kepada kekuatan yang dianggap sebagai pemberi berkah terhadap hasil pertanian.

C. KEBUDAYAAN DONGSON, SAHUYINH, DAN INDIA

Pada zaman pra sejarah, diperkirakan kebudayaan Indonesia sudah memiliki hubungan dengan kebudayaan luar. Hubungan dengan luar ini memberikan perkembangan terhadap kebudayaan yang ada di Indonesia. Bukti yang menunjukkan adanya hubungan tersebut dapat dilihat dari alat-alat yang dihasilkan. Kegiatan 4.2 Buatlah dalam bentuk tabel mengenai benda-benda yang dihasilkan mulai dari zaman mengumpulkan makanan hingga zaman megalithikum. Kata-kata kunci • kebudayaan Dongson • kebudayaan sahuyinh • kebudayaan India 147 Alat-alat yang dihasilkan memilik persamaan dengan yang ada di Indonesia. Kebudayaan luar yang memiliki kesamaan di antaranya yaitu kebudayaan Dongson, Sahuyinh, dan India. Perkembangan kebudayaan zaman perundagian dipengaruhi oleh kebudayaan Dongson. Kebudayaan yang dipengaruhinya terutama alat-alat yang dibuat dari perunggu. Penemuan kebudayaan Dongson pertama kali dilakukan oleh Payot. Pada tahun 1924, dia mengadakan penggalian kuburan di Dongson Vietnam. Benda-benda yang ditemukan dalam penggalian ini antara lain nekara, bejana, ujung tombak, kapak, dan gelang-gelang. Ternyata, benda- benda yang ditemukan tersebut memiliki kesamaan dengan yang ditemukan di Indonesia; bejana serupa dengan yang ditemukan di Kerinci dan Madura, belati di Flores. Dengan demikian antara Dongson dan Indonesia ada hubungan budaya Perkembangan kebudayaan Sahuyinh berkaitan dengan pembuatan gerabah. Pembuatan gerabah pada zaman perundagian masih dianggap penting, walaupun sudah berkembang teknik penuangan logam. Sahuyinh merupakan kompleks penemuan gerabah di Vietnam. Karakteristik gerabah yang ditemukan di Sahuyinh yaitu memiliki teknik “tatap-batu”. Tatap itu dibalut dengan tali digulung dengan tali sehingga hiasan yang dihasilkan oleh tatap berupa pola tali. Pola hias yang dimilikinya yaitu berupa pola tali, pola keranjang anyaman, pola geometrik yang dilakukan dengan menggores, pengumpaman permukaan gerabah, dan pengolesan gerabah dengan warna merah dan putih. Gerabah kadang-kadang dihias dengan cara menekankan pinggiran kulit kerang pada permukaan yang masih basah. Pola-pola geometrik seringkali disusun dalam komposisi pita-pita yang horizontal atau vertikal pada dinding gerabah. Teknik pembuatannya dengan pemakaian roda pemutar. Gerabah yang ditemukan di Sahuyinh memiliki kesamaan pola yang ditemukan di Indonesia. Kesamaan pola tersebut terutama terdapat pada penemuan di kompleks gerabah Buni Bekasi, Gilimanuk di Bali, dan Kalumpang pinggir sungai Karama di Sulawesi. Kebudayaan India belum begitu menyebar luas di Indonesia pada masa prasejarah.Penyebaran kebudayaan India secara luas baru dimulai pada zaman sesudah prasejarah, yaitu pada zaman Hindu-Buddha. Diduga kebudayaan India berpengaruh pada zaman prasejarah yaitu pada kebudayaan kapak lonjong. Kegiatan 4.3 Buatlah dalam bentuk tabel nama-nama benda yang dihasilkan sebagai pengaruh dari kebudayaan Dongson, Sahuyinh, dan India, dan sebutkan di mana benda- benda itu ditemukan. 148 Keberadaan awal manusia di Indonesia tidak lepas dari keberadaan awal manusia di muka bumi. Manusia pertama kali hidup di muka bumi ketika bumi sudah mengalami perubahan-perubahan secara fisik dan alami. Ketika perubahan bumi mulai stabil, manusia mulai menempatinya yaitu pada zaman kwarter. Kehidupan manusia di bumi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan alam sehingga terjadilah evolusi dalam kehidupan manusia baik secara fisik maupun nonfisik. Kemampuan manusia dalam beradaptasi dengan alam berakibat terjadinya perkembangan kehidupan manusia. Adaptasi manusia terhadap alam, melahirkan berbagai teknologi yaitu alat-alat yang dijadikan manusia untuk membantu hidupnya dalam beradapatasi dengan alam. Teknologi atau peralatan manusia mengalami perkembangan mulai dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks. Perkembangan kehidupan manusia dalam hubungan dengan alam mulai dari manusia tergantung terhadap alam sampai dengan kemampuan mengolah alam. Abris Sous Rosche : tempat yang berupa gua-gua yang menyerupai ceruk-ceruk di dalam batu karang yang cukup untuk memberikan perlindungan dari hujan dan panas. A cire perdue : suatu teknik percetakan dengan membuat cetakan model benda dari lilin. Arkeozoikum : suatu periode kehidupan di mana di bumi belum ada tanda-tanda kehidupan, bumi ini masih merupakan gas yang panas sehingga tidak memungkinkan untuk makhluk hidup dapat bertahan hidup. Candrasa : kapak corong yang panjang satu sisinya. Chopper : kapak genggam yang terbuat dari batu dan tidak bertangkai. Dolmen : meja batu yang berkakikan menhir, berfungsi sebagai tempat sesaji atau pemujaan kepada roh nenek moyang. RINGKASAN GLOSARIUM