Pengumpulan sumber LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN SEJARAH

82 buku atau sumber yang akan kita cari. Setelah itu kita mencarinya di perpustakaan. Cara mencari sumber di perpustakaan sebaiknya terlebih dahulu kita lihat katalog yang tersedia di perpustakaan. Kalau di perpustakaan itu tidak ada katalognya, tanyakanlah buku-buku yang akan kita cari kepada petugas perpustakaan.

3. Kritik sumber

Penelitian sejarah sebagaimana telah dikatakan merupakan upaya yang dilakukan oleh seorang peneliti untuk mencari kebenaran. Dalam penelitian sejarah, seorang peneliti berusaha menduga dan membuktikan kebenaran tentang apa yang terjadi pada masa lalu. Untuk membuktikan kebenaran tersebut, maka harus berdasar pada sumber sejarah. Akan tetapi, sumber sejarah yang digunakan pun harus sumber yang memang benar-benar bukti yang sesuai dengan apa yang terjadi pada masa lalu. Dengan demikian, sumber sejarah pun harus memiliki kebenarannya. Untuk menguji kebenaran sumber sejarah tersebut, maka dilakukanlah kritik sumber. Kritik sumber dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal adalah kritik yang ingin melihat keaslian atau orisinalitas dari sumber. Jadi, kritik ini lebih bersifat fisik, bukan isi dari sumber tersebut. Kalau kita menemukan sumber tertulis, kritik eksternal yang kita lakukan adalah melihat jenis kertasnya, jenis tulisannya, jenis hurufnya. Jadi, kritik eksternal lebih melihat pada aspek luarnya. Misalkan, kita meneliti tentang Perubahan Sosial Desa 1950-1955. Kita menemukan sumber tertulis misalnya laporan pemerintah dari kecamatan tempat kita melakukan penelitian. Dalam laporan tersebut, kita temukan jumlah penduduk desa, mata pencahariannya, pendapatannya, luas wilayah lahan pertanian, dan kegiatan ekonomi penduduk desa. Setelah kita teliti sumber tersebut ternyata ditulis dengan menggunakan ketikan komputer dan jenis kertas HVS A4 dan dijilid dengan menggunakan jilid hard cover. Kalaulah kita teliti dengan melihat fisik dari sumber tersebut, maka pertanyaan kita adalah aslikah sumber tersebut? Jawabannya tentu sumber tersebut tidak asli. Mengapa demikian? Sebab, penelitian sejarah kita periodisasinya tahun 1950-1955, pada tahun tersebut belum ada penggunaan komputer dalam pengetikan administrasi di pemerintahan. Begitu pula jenis kertas dan penjilidan yang demikian, belum ada pada tahun itu. Jadi, sumber tersebut bukan sumber yang asli. Bagaimana halnya dengan isi sumber tersebut? Dalam sumber tersebut kita temukan angka tahunnya 1950-1955, bahkan ejaan yang digunakannya pun menggunakan ejaan yang lama belum menggunakan EYD. Ada kemungkinan sumber tersebut diketik ulang oleh petugas administrasi. Jadi, bisa saja isinya kemungkinan bisa benar, tetapi dari segi fisiknya bukan sumber asli. Walaupun 83 demikian, kita harus hati-hati dalam menggunakan sumber tersebut, sebab dapat saja ada kesalahan pengetikan sehingga data yang tercantum dalam sumber tersebut kurang dapat dipercaya. Lain halnya kalau laporan tersebut menggunakan kertas yang sudah agak menguning dan diketik dengan mesin tik atau ditulis tangan. Dari segi fisik tersebut, sumber tersebut bisa dikatagorikan ke dalam sumber yang asli. Sebab kalau kita lihat dari periode penelitian kita, pada tahun 1950- 1955 sudah ada penggunaan mesin tik di kantor administrasi pemerintahan. Dalam kritik eksternal dibutuhkan pula pengetahuan-pengetahuan yang bersifat umum dalam konteks zaman. Misalkan kapan mulai adanya penggunaan komputer, mesin tik, fotokopi, dan jenis-jenis alat tulis lainnya. Pengetahuan pun bukan hanya dalam konteks zaman, tetapi juga dalam konteks wilayah, misalkan apakah pada tahun 1950-an sudah ada penggunaan mesin tik di desa kita. Bisa saja pada tahun tersebut di desa kita belum mengenal mesin tik, sementara di kabupaten sudah ada. Setelah melakukan kritik eksternal, kemudian kita melihat secara kritis terhadap isi dari sumber tersebut, apakah isi sumber itu dapat dipercaya atau tidak. Langkah ini disebut dengan kritik internal. Jadi, kritik internal adalah kritik terhadap isi sumber atau kritik terhadap kredibilitas sumber. Misalkan perubahan agraria di pedesaan pada tahun 1950-1955. Kita me- nemukan sebuah laporan tertulis dari kecamatan yang berisi tentang laporan yang dibuat oleh Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa LKMD. Dalam laporan tersebut dicantumkan pula nama-nama pengurus LKMD. Bagaimanakah kritik yang kita lakukan terhadap sumber yang kita temukan tersebut. Apakah sumber laporan tersebut dapat dipercaya? Sumber tersebut tidak bisa dipercaya kalau dilihat dari segi isinya. Mengapa demikian? Sebab, dalam sumber tersebut disebutkan adanya lembaga yang bernama LKMD. Dalam hal ini kita harus kritis, karena istilah LKMD merupakan istilah baru. Pada tahun itu belum ada di desa suatu lembaga yang bernama LKMD. Jadi, kritik secara internal atau isi harus kita lakukan seperti itu. Pada umumnya para sejarawan tidak terlalu banyak melakukan kritik terhadap sumber bangunan. Kritik terhadap sumber bangunan lebih banyak dilakukan para ahli arkeologi. Para ahli arkeologi dengan teknologi yang dimilikinya melakukan pengujian terhadap bahan-bahan yang digunakan dalam pembangunan bangunan-bangunan sejarah. Dengan demikian, akan ketahuan mana bangunan yang asli dan yang tidak. Kritik yang dilakukan oleh para peneliti sejarah dilakukan terhadap sumber- sumber lisan. Cara ini dilakukan terutama untuk melihat apakah yang disampaikan oleh informan mengandung kebenaran, atau ia hanya berbohong. Peneliti sejarah melakukan kritik dengan cara sebagai berikut. 84 Pertama melihat usia dari informan. Semakin tua usia informan tersebut, kemungkinan akan semakin lupa apa yang ia ingat. Kedua, melihat peran yang dilakukan oleh informan dalam peristiwa yang diteliti. Apakah ia menyaksikan langsung kejadian itu atau tidak. Ketiga, melakukan cek silang antara informan yang satu dengan informan yang lainnya.

4. Interpretasi

Interpretasi artinya penafsiran. Penafsiran dilakukan terhadap sumber- sumber yang ditemukan. Dalam melakukan penafsiran, peneliti sejarah melakukan analisis sesuai dengan fokus penelitiannya. Kajian sejarah yang bersifat ilmiah, dalam penafsiran biasanya menggunakan teori-teori dari ilmu-ilmu sosial. Dengan cara seperti ini, diharapkan penulisan sejarah akan lebih objektif dalam batas keilmiahannya. Walau demikian, penafsiran dalam sejarah tidak bisa terlepas sama sekali dari unsur subjektivitas penulisnya. Subjektivitas terjadi disebabkan penulis sejarah memiliki pandangan tersendiri terhadap sumber yang ia temukan. Bahkan data yang sama tidak menutup kemungkinan menimbulkan interpretasi yang berbeda. Apabila hal ini terjadi, dalam penelitian sejarah sah-sah saja dan dibenarkan, asalkan peneliti menggunakan sumber yang valid. Dalam melakukan penafsiran, kita harus memiliki keterampilan membaca sumber. Keterampilan yang dimaksud ini bisa berupa keterampilan dalam menfsirkan bahasa yang digunakan oleh sumber yang ditemukan, terutama untuk sumber-sumber tertulis. Misalkan sumber itu berbahasa Belanda atau bahasa-bahasa daerah yang kuno, misalkan bahasa Sunda Kuno atau Jawa Kuno. Apalagi bahasa-bahasa yang lama, struktur kalimatnya akan berbeda dengan struktur kalimat bahasa yang sekarang. Bahasa Indonesia pun, mengalami perkembangan. Kalau kita membaca sumber berbahasa Indonesia yang terbit tahun 1950-an, sudah barang tentu memiliki struktur kalimat yang berbeda dengan bahasa Indonesia saat sekarang. Penafsiran sumber pada dasarnya merupakan langkah yang kita lakukan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari topik yang kita teliti. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, maka kita mencoba menguraikan data-data atau sumber-sumber yang sudah kita pilih atau seleksi. Misalnya, tema penelitian Perubahan Sosial Desa Tahun 1950-1955. Dengan tema ini, maka kita akan menguraikan berbagai sumber yang menunjukkan adanya perubahan sosial. Sumber-sumber atau data-data yang diuraikan misalnya adanya laporan tentang jumlah orang-orang yang sekolah, jenis-jenis sekolah yang dimasuki, jenis-jenis pekerjaan penduduk dan jumlah pendapatannya, jumlah luas tanah di desa, adanya catatan tentang transaksi pembelian hasil- hasil pertanian oleh petani dengan pedagang yang berasal dari kota, catatan rapat di desa dan kecamatan tentang penyuluhan pertanian yang akan dilakukan