Dealing With Conflict Understanding emotion

rumah, NS sangat suka memperhatikan dan melihat Foto NS bersama teman- teman yang hadir pada saat terapi. Ia melihat sambil tersenyum bahagia. Kesulitan NS hingga saat ini adalah kemampuan NS untuk mengontrol emosinya ketika mendengar suara berisik, biasanya ia akan menyakiti diri sendiri atau memukul temannya. Ia paham bahwa itu perilaku yang tidak baik, biasanya NS segera minta maaf. Berbeda ketika temannya yang menganggu ia akan memukul dan tidak mengatakan maaf kepadanya. Di sekolah minggu NS juga sudah memiliki teman dekat. Teman NS sudah cukup memahami kondisi NS. Mereka selalu duduk bersama dan jika NS berperilaku negatif temannya akan mengingatkan NS agar tidak melakukannya.

d. Dealing With Conflict

1 Kemampuan untuk memanajemen perilaku kepada teman, seperti tidak menganggu dan menyakiti teman. 1 2 3 4 pr o m pt 2 Memiliki kemauan untuk menolong orang lain 1 2 3 4 pr o m pt Universitas Sumatera Utara 3 Mengatakan kepada orangtua atau guru jika dibully teman sekolah 1 2 3 4 p ro m p t 4 Bertanya kepada guru atau teman jika tidak mengerti mengenai tugas yang dikerjakan 1 2 3 4 p ro m p t Kesimpulannya, pada hasil pretest NS lebih kaku dan sibuk dengan aktivitasnya. Hasil posttest NS sudah cukup mampu membantu teman-temannya untuk mengerjakan tugas dan ketika mereka terjatuh. Ketika di sekolah minggu, ia akan membantu temannya yang ingin membaca namun gurunya tidak memperhatikannya ketika mengangkat tangan. NS akan berteriak dan mengatakan kepada gurunya bahwa temannya ingin menjawab. Selain itu di sekolah minggu NS lebih tenang dan tidak agresif. Hal ini terkait dengan kondisi lingkungan di sekolah minggu lebih tenang dan teratur. Berbeda ketika di sekolah, NS masih cendrung menyakiti diri dan orang lain. Kondisi yang tidak teratur memberikan pengaruh negatif bagi NS. Selain itu, ia juga sering dibully, NS masih sulit mengatakan kepada guru atau kakak kelas jika ia sudah dibully dan masih harus Universitas Sumatera Utara diarahkan. Kemampuan NS untuk bertanya mengenai tugas yang sulit. NS masih kesulitan mengatakannya dan ia akan menyontek tugas temannya.

e. Understanding emotion

1 Mengatakan Maaf ketika berbuaat salah 1 2 3 4 pr o m pt 2 Mampu mengekspresikan perasaan senang dan sedih 1 2 3 4 pr o m pt 3 Mampu mengungkapkan perasaan sakit dan marah 1 2 3 4 p ro m p t Universitas Sumatera Utara 4 Memahami perasaan orang lain marah dan sedih 1 2 3 4 p ro m p t Kesimpulannya, sebelum terapi NS merupakan anak yang cukup peka dengan kondisi orang lain. Hasil pretest menunjukkan bahwa NS mengerti dan paham bahwa ketika ia berbuat salah ia harus minta maaf, namun dalam penerapannya NS bingung karena ketika orang lain atau temannya berbuat salah mereka tidak pernah minta maaf kepada NS. Hasil posttest, NS sudah mampu menunjukkan rasa maafnya kepada orangtua dan adik. Ketika peneliti ke rumah NS, terlihat ia sangat sedih dan takut ketika adiknya menangis. Wajah bersalah terlihat di wajahnya. NS segera memeluk adiknya, mengelus kepalanya sambil mengatakan maaf. NS juga sudah memahami perasaan orang lain, ia paham jika orangtua atau adiknya sedang sedih atau marah. Ia akan datang menghampiri orangtuanya dan memeluk. NS tidak menunjukkan dengan kata-kata, ia lebih suka mengungkapkan secara langsung understanding emotion. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.5. Gambaran Subjek II Setelah Intervensi NS sering memilih untuk bermain sendiri atau melihat temannya bermain. Keterampilan sosial kurang baik NS lebih tertarik bermain game dan mengabaikan teman-temannya Tidak menjawab ketika ada orang yang bertanya dan cendrung menghindar. NS tidak memiliki teman dan tidak mengetahui bagaimana cara berinteraksi dengan teman.  Play Skill: NS sudah mau bermain dengan teman-teman di sekolah, NS juga menggunakan cara bermain ipad di kerumunan anak-anak untuk mendekatkan diri kepada mereka , mencari perhatian, dan mendapat apresiasi dari mereka.  Friendship skill: NS sudah mulai mau berbagi makanan kepada teman “silahkan makan teman-teman”  Conversational Skill: NS meu menceritakan pengalamannya di sekolah setiap pulang dari sekolah NS, saat ini menjadi lebih ramah dengan mengatakan “silahkan masuk atau selamat datang” ketika tamu datang ke rumah.  Understanding emotion: Sering melihat foto perpisahan dengan teman terapi yang ada di rumah, walaupun hanya tersenyum atau menceritakan kepada orang lain mengenai teman-temannya.  Dealing with conflict: Namun masih belum mampu mengurangi perilaku menyakiti diri dan orang lain. Sulit mengungkapkan perasaan marah dan bosan. Social Skill Training SST Universitas Sumatera Utara Tabel 4.11. Perbandingan Kondisi Subjek I dan Subjek II Setelah Intervensi Keterampilan Sosial JE Subjek I NS Subjek II Conversational skill  Kemampuan komunikasi JE sejak awal sudah lebih baik. JE sudah mampu menjawab pertanyaan orang lain dan mengajukan pertanyaan dengan kalimat yang cukup baik. Ia memiliki kemampuan mengucapkan salam kepada orang lain walaupun masih belum dilakukan secara konsisten. Saat ini NS dapat mengucapkan salam kepada terapis dan orangtua di rumah.  JE sangat suka bercerita, Hal ini membuat JE senang menceritakan yang ia alami atau imajinasikan. JE cukup mampu menentukan topik pembicaraan ketika bertemu dengan orang lain. Topik pembicaraan disesuaikan dengan pengalaman dan berdasarkan film, game, dan buku yang ia baca.  JE sudah mau memberikan kritikan dan masukan jika sedang presentasi. Metode belajar di sekolah juga mendukung JE untuk lebih aktif dalam berkomunikasi.  JE sudah lebih berani untuk mengangkat tangan dan mengemukakan  Kemampuan komunikasi NS cukup baik dalam hal menjawab pertanyaan sederhana dan mengajukan pertanyaan. NS sudah cukup mampu untuk mengucapkan salam kepada orang lain baik itu ketika di rumah maupun di luar rumah. NS saat ini menjadi lebih ramah dengan mengatakan “silahkan masuk atau selamat datang” ketika tamu datang ke rumah atau menyapa orang yang ia kenal.  NS tidak terlalu suka bercerita dan terkesan kaku. NS akan bercerita sesuai dengan rutinitas atau ketika ada yang bertanya. Saat ini ketika pulang dari sekolah, NS akan bercerita mengenai pengalamannya di sekolah kepada ibunya sejak diberi latihan selama pelaksanaan terapi. Selain itu ia juga sudah mau untuk menjelaskan pertanyaan temannya mengenai tugas yang sulit mereka kerjakan.  Metode mengajar di sekolah menuntut NS untuk belajar satu arah dan terkesan pasif, sehingga ia tidak memiliki Universitas Sumatera Utara pendapatnya mengenai materi yang ia pahami. JE sudah memiliki keinginan untuk berlomba menjawab pertanyaan jika ada kegiatan permainan atau belajar di sekolah. kesempatan untuk memberikan saran atau kritikan ketika presentasi, namun untuk memberi pujian ia sudah mampu lakukan ketika melihat hasil gambar, lukisan temannya.  Sejak awal NS sudah memiliki kemampuan untuk mengemukakan pendapat atau mengangkat tangan jika ada lomba dan pertanyaan dari guru. Ia berani dan cukup percaya diri untuk menjawab pertanyaan yang ia pahami. Hal ini dilakukan NS hingga saat ini jika di sekolah dan sekolah minggu. Play Skill  Kesulitan JE untuk memulai hubungan dengan teman sebaya menjadi kendala JE untuk bermain. Saat ini JE sudah memiliki kemampuan untuk mulai mengajak temannya bermain dan mengeksplorasi imajinasinya dalam permainan, misalnya mengajak teman-temannya bermain tebak-tebakan ketika sedang jam istirahat sekolah. Reaksi teman- teman JE, bahwa ia merasa senang dan mencoba untuk menjawab tebakan JE.  JE memiliki ide untuk mengeksplorasi  Di sekolah NS jarang dilibatkan dalam permainan. Hal ini berhubungan dengan penerimaan teman dan kondisi lingkungan sekolah yang kurang kondusif. Saat ini setelah diberikan latihan kepada teman-teman sekolah, NS sudah mau bermain dengan teman- teman di sekolah. Biasanya teman-teman NS yang aktif untuk mengajak. NS merasa sangat senang ketika bermain dengan mereka.  NS kurang memiliki pengetahuan mengenai jenis permainan secara kelompok. Ia hanya bermain tiga jenis permainan yang sudah Universitas Sumatera Utara imajinasinya dalam bentuk permainan.  JE mengalami kendala untuk menerima kekalahan ketika sedang bermain atau pada saat ia menjadi leader. JE merasa gagal ketika ia sebagai leader tidak dapat memimpin tim untuk memenangkan pertandingan. dilatih selama terapi berlangsung.  NS memiliki kendala yang sama dengan JE, ia masih sulit menerima kekalahan kekalahan ketika sedang bermain atau sedang berkompertisi. NS menganggap kekalahan sebagai kegagalan yang sangat besar. Friendship Skill  Perilaku JE yang suka menganggu teman- temannya membuat mereka menolak untuk bermain dengan JE. Selain itu konsep pembagian kelompok belajar, yaitu terdiri dari anak anak yang mengalami permasalahan individu menjadi kendala untuk membangun hubungan friendship skill. Setelah menghadirkan anak-anak normal dalam terapi JE mengalami kemajuan. Ia dapat bermain, menolong teman, berkomunikasi, dan mencari solusi bersama.  Kebersamaan dengan teman-temannya membuat JE memahami arti persahabatan. Saat ini JE sering bertanya kepada terapis mengenai kondisi teman-temannya. Ia juga meminta ibu JE untuk  Kondisi lingkungan sekolah yang kurang kondusif dan kondisi NS yang sulit memulai hubungan menjadi kendala NS untuk membangun hubungan friendship skill. Selain itu sensitivitas terhadap suara cendrung membuat NS untuk menyakiti diri sendiri membuat teman-temannya takut bermain dengan NS. Setelah menghadirkan anak- anak normal NS sudah mulai menunjukkan cara untuk memulai hubungan dengan teman.  NS menggunakan cara memulai hubungan dengan teman, yaitu menggunakan ipad, NS akan mendekati dan masuk ke dalam kerumunan anak-anak yang ia kenal atau tidak dikenal untuk bermain bersama. NS juga ingin mendapat perhatian dan apresiasi dari Universitas Sumatera Utara mempertemukan JE dengan teman-temannya. mereka. Selain itu NS sudah mulai mau berbagi makanan kepada teman-temannya jika ia memiliki snack. Understanding Emotions  JE cukup ekspresif mengunkapkan perasaannya kepada orang lain baik secara verbal maupun nonverbal. JE juga kurang mampu menunjukkan rasa bersalah dan memberi respon ketika melakukan kesalahan. Setelah pelaksanaan terapi NS sudah mulai menunjukkan perasaan bersalah ketika ia melakukan kesalahan kepada temannya, rasa menyesal dan keinginan untuk minta maaf. Ia berjanji tidak akan mengulanginya lagi.  NS mengungkapkan ekspresi emosinya lebih cendrung secara nonverbal seperti memukul kepala atau menggigit tangan. NS masih kesulitan untuk mengungkapkan parasaannya. NS lebih mudah untuk memperhatikan dan peka terhadap kondisi orang lain, seperti ketika ia berkelahi dengan adiknya hingga menangis. NS menunjukkan rasa bersalah dengan membujuk, mengelus kepala, dan memluk adiknya. NS juga sudah mampu mengatakan maaf ketika ia melakukan kesalahan. Dealing with conflict  JE memiliki perilaku bawaan yaitu perilaku agresif. JE akan berteriak atau memukul kepala ketika ia marah atau ketika ia gagal untuk menang. Saat ini JE sudah paham mengenai solusi yang harus ia pilih ketika terjadi suatu masalah.  JE sudah merasa tidak takut dengan dauh\n. Ia sudah mau memegang dan melihat  NS memiliki perilaku bawaan, yaitu perilaku menyakiti diri sendiri. Ia akan menggigit dan memukul kepala ketika stres dengan lingkungannya. NS sulit mendengar beberapa suara, seperti teriakan atau suara benda lainnya yang disebabkan oleh sensitivitas terhadap suara tinggi. Saat ini yang menjadi kendala bagi NS adalah kemampuan Universitas Sumatera Utara

C. Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi, mengenai kesesuaian paradigma dengan data, ketidaksesuain dengan data, dan ketidaksesuaian dengan teori dapat dijelaskan di bawah ini. Dari gambaran grafik perkembangan dua subjek menunjukkan, bahwa intervensi yang diberikan efektif meningkatkan keterampilan sosial anak ASD. Terlihat dari skor yang diperoleh bahwa adanya perubahan skor pada saat pretest dengan posttest dan melalui perubahan perilaku yang tampak pada kedua subjek. Efektivitas penelitian ini tidak dapat terukur dengan membandingkan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol karena hanya memiliki dua subjek. Hal ini menyebabkan sulit menentukan apakah efektivitas intervensi yang diberikan memiliki hasil yang sesuai atau tidak. Menurut Goodwin 2005 daun ketika daun dijadikan objek permainan pada saar pelaksanaan terapi.  Di sekolah JE memiliki perilaku menyakiti teman- temannya dan hingga saat ini masih dilakukan. Hanya saja metode role play dan memberika surat ketika melakukan kesalahan melatih JE memahami rasa sakit teman-temannya dan mengajarkan JE untuk minta maaf atas kesalahannya. untuk mengontrol emosinya.  Di sekolah NS menjadi korban bullying oleh senior NS dan sering mendapat hukuman dari guru. Setelah terapi, NS dilatih untuk melaporkan kepada orangtua dan pihak sekolah hasilnya NS sudah tidak di bully dan ia selalu melaporkan kejadian di sekolah kepada orangtuanya, seperti ketika dipukul guru atau ketika ia kehilangan uang saku. Universitas Sumatera Utara