Metode Pelaksanaan Social Skill Training Tahapan Pelaksanaan Social Skill Training

lingkungan sosial yang membentuk, pikiran, dan perasaan seseorang. Salah satunya adalah latihan keterampilan sosial.

C. Metode Pelaksanaan Social Skill Training

1. Social stories memiliki tujuan untuk membantu anak memahami situasi sosial dan membuat penilaian tentang situasi sosial tersebut. Cerita berkesinambungan dari awal sampai akhir cerita. Cerita dapat ditulis, atau direkam dalam bentuk video atau kaset agar mereka dapat membacanya. Gray dalam Matson, 2011 telah mengembangkan pendekatan untuk membantu remaja ASD mengenai keterampilan sosial dengan menghormati kemampuan orang lain, dan dapat mengendalikan perilaku merusak. Adapun komponen-kompenen keterampilan sosial yang dimaksud adalah: 2. Comic strip conversation digunakan untuk memperjelas interaksi dan menggambarkan perilaku sosial yang tepat melalui penggunaan gambar sederhana. 3. Social review merupakan ulasan dari situasi yang sebenarnya, rekayasa kejadian untuk melihat reaksi dan respon anak ketika memperoleh stimulus tertentu, demonstrasi langsung, role play sesuai dengan situasi dan permasalahan yang terjadi. Berbagi informasi secara akurat dan memberikan kesempatan untuk mengidentifikasikan perilaku yang sesuai dengan aturan sosial. 4. Keterampilan sosial group termasuk keterlibatan terapis untuk mengajarkan keterampilan interaksi sosial. Kegiatan role play dan menggunakan kaset untuk mengajar atau mempraktekkan situasi sosial secara kelompok. Selain Universitas Sumatera Utara itu dapat menggunakan konsep drama untuk memerankan karakter tertentu sesuai script yang digunakan. 5. Script picture adalah gambar yang mewakili situasi sosial dan membantu anak untuk berlatih menangani permasalahan situasi sosial tersebut dengan menggunakan gambar yang mirip dengan situasi sebenanrnya Stone, W 2010. Berdasarkan penjelasan di atas maka cara yang digunakan dalam pelaksanaan SST kepada anak ASD dengan menggunakan metode visual, antara lain social story, script picture, comic strip conversation, social review, dan keterampilan sosial group.

D. Tahapan Pelaksanaan Social Skill Training

Menurut CornishRoss 2004 social skill training dilakukan dengan memperhatikan tahapan pelaksanaannya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dan membantu terapis untuk pelaksanaan terapi kepada subjek. a. Melakukan keterampilan sosial checklist Pada tahapan ini terapis memantau perkembangan keterampilan sosial anak dengan memberikan checklist untuk menentukan perilaku yang harus ditangani. Perilaku yang dipilih adalah perilaku yang sangat menganggu situasi sosial dan anak. b. Melakukan Observasi Tahapan ini berfungsi untuk melihat seberapa sering munculnya perilaku, pada saat kapan munculnya perilaku, apa yang membuat munculnya perilaku, siapa yang berada di sekitar anak ketika munculnya perilaku. Pada tahapan ini Universitas Sumatera Utara juga ingin dilihat apa yang disukai dan tidak disukai anak, bagaimana ciri ASD yang dialami anak. c. Wawancara Mencari data dari orang terdekat anak yaitu guru dan terapis, jika memungkinkan melakukan wawancara kepada anak dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak. Tujuan wawancara untuk menentukan alasan apa yang membuat anak melakukan perilaku tersebut dan menanyakan perkembangan anak selama ini. d. Menentukan Perilaku yang ingin diintervensi Pada tahap ini peneliti melakukan screening dan observasi perilaku di situasi sosial anak. Setelah dilakukan screening dan observasi peneliti akan memiliki catatan perilaku keterampilan sosial anak. e. Menentukan tahapan program Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan komponen keterampilan sosial script picture, social stoies, comic strip conversation, social review, dan social group dan teknik lainnya. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemberian social skill training pada anak ASD harus dilakukan dengan tahapan pelaksanaan, yaitu dimulai dari melakukan keterampilan sosial checklist, observasi, wawancara, menentukan perilaku yang ingin diintervensi, dan menentukan tahapan program yang akan dilakukan sesuai dengan komponen social story, script picture, comic strip conversation, social review, dan keterampilan group social. Universitas Sumatera Utara E. Paradigma Gambar 2.1: Paradigma Penelitian Domestic skill Self help Skill Community skill Autistic Spectrum Disorder ASD Kapasitas ASD level 1 Memiliki kendala dalam komunukasi sosial, mempertahankan dan memulai hubungan sosial. Keterampilan Sosial  Conversational skill  Play skill  Understanding emotions  Dealing with conflict  Friendship skill Intervensi Social skill training SST  Script picture  Comic strip conversation  Social stories  Social review  Social group Apakah SST dapat meningkatkan keterampilan sosial ASD? Universitas Sumatera Utara E . Social Skill Training Untuk Membentuk Keterampilan Sosial Anak ASD Berdasarkan DSM V autistic spectrum disorder ASD memiliki tiga kriteria umum, antara lain adanya gangguan pada hubungan interpersonal, perkembangan bahasa dan kebiasaan untuk melakukan pengulangan atau melakukan tingkah laku yang sama secara berulang-ulang Repetitif dan stereotype yaitu menunjukkan perilaku kaku anak. Anak ASD memiliki perkembangan kognitif yang sama dengan anak normal lainnya, yaitu dimulai dari rentang mental retardation sampai tingkat superior. Kapasitas intelektual anak ASD tersebut mempengaruhi keberfungsian sosial anak dan kemandiriannya. Berdasarkan perkembangan komunikasi, perilaku repetitif anak ASD terbagi ke dalam level 1 hingga level 3. Berdasarkan kapasitas kemampuan yang mereka miliki, anak ASD level 1 memiliki ciri kesulitan untuk melakukan komunikasi sosial, memulai hubungan sosial, dan mempertahankan hubungan. Ciri ini memberi tingkat pencapaian bagi masing-masing anak ASD antara lain, self care dan komunikasi dasar bagi anak ASD. Kemampuan komunikasi yang kompleks, interaksi sosial, dan keterampilan lain yang berhubungan dengan aktivitas sekolah, pekerjaan, dan rumah tangga bagi anak. Perubahan fisiologis anak memberi pengaruh terhadap perkembangan perilaku mereka. Jika tidak ada yang memahami kebutuhan dan melatih kemampuan anak, maka akan memberi pengaruh terhadap perkembangan anak ASD ke tahapan selanjutnya ketika ia berada di lingkungan sosial. Hal inilah yang menjadi dasar pentingnya pendidikan keterampilan sosial bagi anak ASD yang mengalami keterhambatan sosial. Gangguan tersebut muncul selama awal masa Universitas Sumatera Utara kanak-kanak dan bertahan hingga dewasa atau selama mereka sudah memiliki keinginan untuk bermain dengan teman sebaya. Salah satu kebutuhan anak ASD level 1, yaitu memiliki kontak sosial dengan teman sebaya. Keinginan tersebut menjadi masalah karena sulitnya anak ASD memulai hubungan sesuai aturan sosial yang baik, sehingga cendrung mereka memiliki hubungan persahabatan yang buruk karena keterbatasan pemahaman sosial emosional. Menurut Brereton 2005, anak ASD yang tergolong level 1 memiliki pemahaman komunikasi reseptif yang lebih baik walaupun secara ekspresif masih terhambat sehingga berpengaruh terhadap kemampuan sosial anak. Selain itu terbatasnya kemampuan anak untuk menentukan solusi yang tepat, kemampuan mengontrol emosi dan perilaku, dan kemampuan komunukasi dua arah merupakan bagian kecil gambaran keterampilan sosial anak ASD. Salah satu ciri dari anak ASD adalah kelainan dalam hubungan interpersonal, seperti kurang dalam hal memberi respon atas kepentingan masyarakat, penampilan yang acuh tak acuh, terhambat untuk berhubungan dengan orang lain, cenderung tidak terlibat dealam imitasi sosial, jarang mengembangkan perasaan empati atau kemampuan untuk memahami orang sesuai dengan usia mereka dengan perasaan. Semua anak ASD menunjukkan gangguan sosial, namun sifat gangguan ini dapat bervariasi dan dapat termodifikasi beriring bertambahnya usia. Beberapa anak ASD juga mengalami peningkatan minat berhubungan dengan orang lain dan berkembangnya beberapa keterampilan sosial seiring belajar secara mekanis dan fleksibel Brereton, 2005 Universitas Sumatera Utara Selama masa anak sebagian besar penyandang ASD cenderung membutuhkan beberapa tingkat dukungan, seperti melatih mereka untuk menemukan solusi menyelesaikan masalahnya, kemandirian, dan memiliki beberapa kontak sosial dan persahabatan. Anak ASD memiliki kecemasan tinggi dan gangguan suasana hati dan perilaku yang mengganggu, egois, serta gangguan komunikasi dan masalah yang berkaitan dengan masalah sosial, seperti membakar gudang jerami di peternakan karena ia menikmati pemandangan, suara dan bau api walaupun secara sosial perilakunya bertentangan dengan aturan sosial yang berlaku. Selain itu mereka juga rentan dengan perilaku disruptive misalnya ketika di sekolah mereka menganggu teman lainnya atau suasana belajar di dalam kelas. Anak ASD memilik tingkat kemampuan kognitif, usia, sifat menganggu, atau melakukan kerusakan. Walaupun secara sadar mereka tidak dapat mengontrol atau mengetahui dengan pasti apa yang menyebabkan perilaku tersebut. Mereka hanya melakukan trial error terhadap perilaku yang mereka lakukan DeMatteo, 2012 Keterampilan sosial ASD merupakan hal dasar yang harus dilatih, mereka harus memahami tidak boleh berteriak, mengganggu orang lain ketika di temapt umum, atau larangan untuk tidak menyentuh anggota tubuh orang lain. Pendidikan yang demikian merupakan bagian dari perkembangan social skill anak. Kemampuan domestic skill, self help skill, dan community Skill akan berkembang seiring bertambahnya usia anak. Perkembangan kemampuan anak tidak terlepas dari perkembangan fisiologis anak dan pengalaman yang ia peroleh ketika bertambahnya usia yang sering membuat anak sulit mengontrol perilaku dan emosinya Matson, 2011. Pada anak ASD yang tergolong level 1 memiliki . Universitas Sumatera Utara target pencapaian yaitu memiliki keterampilan sosial dalam hal community skill antara lain cornversational skill, play skill, understanding emotions, dealing with conflict, dan friendship skill. Keterampilan sosial dapat dipelajari seseorang yang tidak memilikinya. Proses belajar untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial yang dapat diterima dan dihargai secara sosial merupakan salah satu tujuan dari pelaksanaan social skill training SST. Adapun metode yang digunakan antara lain script picture, social stories, comic script conversation, social review, dan social group yang mencakup pemberian role play individu dan kelompok, rekayasa kejadian, dan demontrasi secara langsung. Kegunaan metode ini untuk mempermudah pemberian intervensi SST yang diberikan bagi anak ASD.

F. Hipotesa