Diskusi Mengenal konlik dan kekerasan di Indonesia Penjelasan

248 Buku Guru Kelas XI SMASMK sebuah kelompok anak muda Papua yang peduli dengan persoalan kesejahteraan warga.“Cara melawan dengan panah, dengan tombak, dengan senjata, kita coba supaya masyarakat itu, bisa menggunakan pena untuk menginvestigasi, membuat laporan, tulisan. Itu yang menurut saya lebih penting. Dengan melihat ketidakadilan itu dengan cara menulis. Kini, usia Pastor John tak lagi muda. Salah satu koleganya Pendeta Benny Giay, menilai belum ada yang bisa menggantikan posisinya sebagai pemuka agama sekaligus pejuang HAM.“Dia itu pastor yang saya pikir berbaur dengan umat. Dan itu menurut saya Pastor yang ideal. Pastor yang tenggelam dalam rawa-rawa penderitaan umat. Bisa kasih tunjuk masyarakat, mari kita keluar. Nah, dia ada di situ. Saya pikir Pastor John ini masih ada energi sisa. Tapi kami, dan yang lain-lain sudah mulai turun, sudah aus, sudah capek. Tapi pertanyaan saya ke Mas. Mas tolong tanya dia itu, masih ada energikah? Kalau ada, bagaimana bagi-bagi ke yang lain-lain?” katanya. Pastor John menimpali, ”Sebenarnya energi itu bukan tidak bisa hilang. Tapi makin hari, kita makin berusia lanjut. Tapi sampai saat ini saya merasa energi itu masih ada. Energi supaya masyarakat bisa hidup tenang, aman, di atas tanah mereka sendiri. Karena itu, saya bekerja. Meneguhkan mereka.” Sumber: KBR68H

3. Diskusi

• Guru mengajak para peserta didik merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk berdiskusi. Pertaanyaan-pertanyaan itu, seperti berikut. a. Apa kesanmu terhadap kisah tersebut? b. Apa pesan dari cerita tersebut? c. Apa yang menjadi akar dari konlik dan kekerasan dalam kisah itu? d. Budaya macam apa yang dilakukan oleh Pastor John Djonga di tanah Papua?

4. Mengenal konlik dan kekerasan di Indonesia

• Guru mengajak para peserta didik untuk menginfentarisasi kasus-kasus kekerasan yang terjadi di Indonesia. • Guru mengajak para peserta didik untuk mengindentiikasi kasus-kasus kekerasan yang telah ditemukan.

5. Penjelasan

• Guru memberi penjelasan atas temuan para peserta didik tentang kekerasan di Indonesia, misalnya sebagai berikut. 249 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Budaya Kekerasan dan Konlik di Tanah Air a Pengertian budaya kekerasan Kekerasan budaya yakni nilai-nilai budaya yang di gunakan untuk membenarkan dan mengesahkan penggunaan kekerasan langsung atau tidak langsung. Wujud dari kekerasan cultural adalah, pidato para pemimpin, dalil-dalil dalam agama, dan beragam poster yang membangkitkan dorongan untuk menjalankan kekerasan sehingga kekerasan ini menjadi sah secara budaya dan mendapatkan legitimasi. Kekerasan dan konlik memiliki hubungan yang sangat erat karena kekerasan adalah merupakan aktualisasi daripada konlik, dan konlik itu sendiri menempatkan dirinya berada pada alam bawah sadar atau di otak kita. Jadi, kekerasan itu berangkat terlebih dahulu dari konlik yang tersimpan dalam memori kita, kemudian berujung pada terjadinya benturan isik atau psikis. Masyarakat Indonesia sangat majemuk secara budaya, etnis, dan agama. Kemajemukan ini apabila tidak dikelola dengan baik dan benar dapat menimbulkan konlik dan kekerasan. Kekerasan yang sering terjadi di negeri kita menunjukkan rupa-rupa dimensi dan rupa-rupa wajah. b Rupa-rupa dimensi kekerasan 1. Kekerasan Langsung Kekerasan langsung adalah kekerasan yang dilakukan oleh satu atau sekelompok aktor kepada pihak lain dengan menggunakan alat kekerasan, dan sering lebih bersifat isik dan secara langsung, jelas siapa subjek siapa objek, siapa korban dan siapa pelakunya. Seperti contoh pembunuhan, pemotongan anggota tubuh dan lain sebagainya. Jadi, identiikasi paling mendasar tentang kekerasan langsung adalah dengan adanya korban luka maupun meninggal.

2. Kekerasan Tidak Langsung