Diskusi Diskusi Penjelasan Releksi Rencana Aksi

262 Buku Guru Kelas XI SMASMK Alasan Orang Melakukan Pengguguran • Alasan dari wanita ibu yang mau menggugurkan kandungannya: - Karena malu, buah kandungannya adalah hasil penyelewengannya atau hubungan badan pranikah dengan pacarnya. - Karena tekanan batin buah kandungannya adalah akibat dari perkosaan. - Karena tekanan ekonomi, tidak sanggup membiayai hidup janin itu selanjutnya. • Alasan dari yang membantu melaksanakan pengguguran - Alasan utama mungkin karena uang, biasanya untuk pengguguran dibayar mahal. Wanita atau ibu yang mau menggugurkan kandungannya biasanya dalam situasi terjepit, maka berapa pun biayanya akan membayarnya. - Mungkin saja ia prihatin dengan keadaan si wanita atau ibu yang kehamilannya tidak dikehendaki • Risiko pengguguran kandungan Pengguguran adalah operasi besar yang dapat mengakibatkan komplikasi yang sangat berbahaya. Statistik menunjukkan bahwa setelah pengguguran, seorang wani- ta dapat menghadapi kemungkinan seperti berikut. - Keguguran pada masa mendatang, hamil di saluran telur, kelahiran bayi yang terlalu dini, tidak dapat hamil lagi, dan sebagainya. - Dapat mengalami gangguan-gangguan emosional yang berat. - Merasa bersalah seumur hidupnya karena senantiasa mendapat teguran dari hati nuraninya sendiri. Langkah Kedua: Mencermati Ajaran Kitab Suci, Ajaran Gereja, dan Negara tentang Perlindungan terhadap Hidup Manusia Dalam kandungan

1. Diskusi

• Guru mengajak para peserta didik untuk berdiskusi, dengan pertanyaan-pertanyaan berikut. a. Ayat-ayat Kitab Suci mana sajakah yang berbicara tentang perlindungan anak dalam kandungan? b. Apa ajaran atau pandangan Gereja tentang pengguguran kandunganaborsi? c. Apa yang dikatakan Undang-Undang Hukum Pidana di Indonesia tentang abor- si? 263 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 4. Apa pendapatmu tentang ajaran Kitab Suci, Gereja, dan Negara berkaitan dengan perbuatan aborsi?

2. Penjelasan

• Guru memberi penjelasan, berdasarkan ayat-ayat kitab suci sebagai berikut.

a. Ajaran Kitab Suci

Allah berkata kepada Yeremia: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau. Aku telah menetapkan engkau menjadi Nabi bagi bangsa-bangsa” Yer 1: 4-5. Allah sudah mengenal Yeremia ketika ia masih dalam kandungan ibunya, Allah menguduskan dia, dan menetapkannya menjadi seorang nabi. Seandainya ibu Yermia melakukan pengguguran, maka “Yeremialah” yang terbunuh. Ibu Yeremia belum mengetahui nama bayi yang dikandungnya, tapi Allah sudah memberikan nama kepadanya. Ibu Yeremia belum mengetahui bahwa bayi dalam kandungannya akan menjadi nabi Allah yang besar, tapi Allah sudah menetapkannya. Seandainya bayi itu digugurkan, maka Allah akan merasa sangat kehilangan. Alkitab mengatakan, bahwa Yohanes Pembaptis penuh dengan Roh Kudus ketika ia masih berada dalam rahim ibunya. Allah mengutus malaikat-Nya kepada Zakharia untuk memberitahukan bahwa isterinya akan melahirkan seorang anak laki-laki dan bahkan memberitahukan nama yang harus diberikan pada bayi itu. Zakharia diberitahu bahwa, “Banyak orang akan bersuka cita atas kelahirannya, sebab ia akan menjadi besar dalam pandangan Allah” Luk 1: 11-17. Allah mengenal Yohanes dengan baik dan Ia mempunyai rencana khusus bagi kehidupan Yohanes Pembaptis di dunia ini selagi ia masih berada dalam rahim ibunya. Malaikat Gabriel juga memberitahu Maria: “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia, Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah yang maha tinggi ... dan kerajaan- Nya tidak akan berkesudahan” Luk 1: 31-33. Dari beberapa kutipan Kitab Suci di atas, kita lihat bahwa Allah tidak menunggu sampai bayi itu dapat bergerak atau sudah betul-betul siap untuk lahir, baru Allah mengenal dan mengasihinya sebagai seorang manusia. Sesungguhnya, hanya Allah yang berhak memberi atau mencabut kehidupan. lih. Ul 32: 39 Hanya Dia yang berhak membuka dan menutup kandungan. 264 Buku Guru Kelas XI SMASMK

b. Ajaran Gereja

Tradisi Gereja amat jelas, dan tegas. Mulai dari abad pertama sejarahnya, Gereja membela hidup anak di dalam kandungan. Konsili Vatikan II menyebut pengguguran suatu “tindakan kejahatan yang durhaka”, sama dengan pembunuhan anak. “Sebab Allah, Tuhan kehidupan; telah mempercayakan pelayanan mulia melestarikan hidup kepada manusia, untuk dijalankan dengan cara yang layak baginya. Maka kehidupan sejak saat pembuahan harus dilindungi dengan sangat cermat.” GS 51 Menurut ensiklik Paus Paulus VI, Humanae Vitae 1968 pengguguran, juga dengan alasan terapeutik, bertentangan dengan tugas memelihara dan meneruskan hidup 14. Dalam ensiklik Paus Yohanes Paulus II, Veritatis Splendor 1993, pengguguran digolongkan di antara “perbuatan-perbuatan yang–lepas dari situasinya – dengan sendirinya dan dalam dirinya dan oleh karena isinya dilarang keras”. Gaudium et Spes menyatakan, “Apa saja yang berlawanan dengan kehidupan sendiri, bentuk pembunuhan yang mana pun juga, penumpasan suku, pengguguran, eutanasia, dan bunuh diri yang sengaja; apa pun yang melanggar keutuhan pribadi manusia, seperti … penganiayaan, apa pun yang melukai martabat manusia … : semuanya itu sudah merupakan perbuatan keji, mencoreng peradaban manusia : .. sekaligus sangat bertentangan dengan kemuliaan Sang Pencipta.” GS 27; VS 80. “Kehidupan manusia adalah kudus karena sejak awal ia membutuhkan ‘kekuasaan Allah Pencipta’ dan untuk selama-lamanya tinggal dalam hubungan khusus dengan Penciptanya, tujuan satu-satunya. Hanya Allah sajalah Tuhan kehidupan sejak awal sampai akhir: tidak ada seorang pun boleh berpretensi mempunyai hak, dalam keadaan mana pun, untuk mengakhiri secara langsung kehidupan manusia yang tidak bersalah” Donum vitae, 5. Kitab Hukum Kanonik mengenakan hukuman ekskomunikasi pada setiap orang yang aktif terlibat dalam “mengusahakan pengguguran kandungan yang berhasil” KHK kan. 1398. Hukuman itu harus dimengerti dalam rangka keprihatinan Gereja untuk melindungi hidup manusia. Sebab hak hidup “adalah dasar dan syarat bagi segala hal lain, dan oleh karena itu harus dilindungi lebih dari semua hal yang lain. Masyarakat atau pimpinan mana pun tidak dapat memberi wewenang atas hak itu kepada orang- orang tertentu dan juga tidak kepada orang lain” Kongregasi untuk Ajaran Iman, Deklarasi mengenai Aborsi, 18 November 1974, no. 10. “Hak itu dimiliki anak yang baru lahir sama seperti orang dewasa. Hidup manusia harus dihormati sejak saat proses pertumbuhannya mulai” no. 11. Manusia dalam kandungan memiliki martabat yang sama seperti manusia yang sudah lahir. Karena martabat itu, manusia mempunyai hak-hak asasi dan dapat mempunyai segala hak sipil dan gerejawi, sebab dengan kelahirannya hidup ma- nusia sendiri tidak berubah, hanya lingkungan hidupnya menjadi lain. Kendati 265 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti anak baru mulai membangun relasi sosial setelah kelahiran, namun pada saat dalam kandungan kemampuannya berkembang untuk relasi pribadi. Baru sesudah kelahirannya, manusia menjadi anggota masyarakat hukum. Namun sebelum lahir, ia adalah individu unik, yang mewakili seluruh “kemanusiaan” dan oleh sebab itu patut dihargai martabatnya. Keyakinan-keyakinan dasar ini makin berlaku bagi orang yang percaya, bahwa setiap manusia diciptakan oleh Allah menurut citra-Nya, ditebus karena cinta kasih-Nya, dan dipanggil untuk hidup dalam kesatuan dengan- Nya. “Allah menyayangi kehidupan” KWI, Pedoman Pastoral tentang Menghormati Kehidupan, 1991. Artinya: setiap manusia disayangi-Nya. Maka sebetulnya tidak cukuplah mengakui “hak” hidup manusia dalam kandungan; hidup manusia harus dipelihara supaya dapat berkembang sejak awal.

c. Hukum Negara

Upaya perlindungan terhadap bayi dalam kandungan terwujud dalam ketentuan hukum, yaitu dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP. Beberapa pasal dapat kita kutip, misalnya: 342 Seorang ibu yang dengan sengaja akan menjalankan keputusan yang diam- bilnya sebab takut ketahuan bahwa ia tidak lama lagi akan melahirkan anak, menghilangkan jiwa anaknya itu pada ketika dilahirkan atau tidak lama kemudian daripada itu, dihukum karena pembunuhan anak yang diren- canakan dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 tahun. 346 Perempuan yang dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan- nya atau menyuruh orang lain untuk itu, dihukum penjara selama-lamanya 4 tahun 347 1 Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan seorang perempuan tidak dengan ijin perempuan itu di hukum penjara sela- ma-lamanya 12 tahun. 348 1 Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugur atau mati kandungan seorang perempuan dengan izin perempuan itu dihukum penjara selama- lamanya 5 tahun 6 bulan. 349 Jika seorang tabib, dukun beranak, atau tukang obat membantu dalam ke- jahatan yang tersebut dalam pasal 346 atau bersalah atau membantu dalam salah satu kejahatan yang diterapkan dalam pasal 347 dan 348, maka huku- man yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan 13-nya dan dapat dipecat dari jabatannya yang digunakan untuk melakukan kejahatan itu. 266 Buku Guru Kelas XI SMASMK Langkah Ketiga: Tindakan Preventif untuk Mencegah Pengguguran Kandungan

1. Diskusi

• Guru mengajak para peserta didik untuk berdiskusi, dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. a. Apa yang harus dilakukan para remaja, terlebih remaja putri, supaya mereka tidak terlibat dalam kasus aborsi? b. Apa yang harus dilakukan oleh keluarga-keluarga supaya mereka tidak terpaksa melakukan tindakan aborsi?

2. Penjelasan

• Guru memberi penjelasan, tentang mencegah pengguguran kandungan sebagai berikut. Untuk para remaja: Para remaja harus berusaha untuk tidak melakukan hubungan intim sebelum resmi menikah. Dalam berpacaran dan bertunangan sikap tahu menahan diri merupakan tanda pangungkapan cinta yang tertempa dan tidak egoistis. Untuk para keluarga: Perencanaan kehamilan harus dipertimbangkan betul-betul dan dipertahankan dengan sikap ugahari dan bijaksana. Kehadiran buah kandungan yang tidak direncanakan harus dielakkan secara tepat dan etis. Untuk sekolah Memberikan bimbingan dan penyuluhan seputar kesehatan reproduksi remaja, pen- didikan seksualitas melalui mata pelajaran terkait Untuk GerejaLembaga Agama Memberikan pendidikan, bimbingan pastoral seputar seksualitas, perkawinan ke- pada para remaja.

3. Releksi

Guru mengajak para peserta didik untuk menuliskan releksi tentang pergaulan remaja yang sehat, menjauhkan diri dari perilaku seks yang menyesatkan. 267 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

4. Rencana Aksi

Menuliskan sebuah doa atau puisi yang berisi niat, harapan untuk selalu menghargai hidup manusia. Penutup • Guru mengajak para peserta didik untuk mengakhiri pelajaran dengan doa, Bapa yang penuh kasih, Semoga kami semakin memahami bahwa kehidupan manusia adalah kudus karena berasal dari pada-Mu. Karena itu ya Bapa, bimbinglah kami agar kami selalu ikut serta menjaga hidup setiap manusia sesuai pengajaran dan teladan Putra-Mu, Yesus Kritus sang Juruselamat kami. Amin. 268 Buku Guru Kelas XI SMASMK

E. Bunuh Diri dan Euthanasia

Kompeteni Dasar 1.7 Beriman pada Allah sebagai pemberi hidup. 2.7 Responsif dan proaktif dalam mewujudkan makna dan hakikat bersyukur dalam hidup sebagai anugerah Allah. 3.7 Memahami makna dan hakikat bersyukur atas hidup sebagai anugerah Allah. 4.7 Melakukan aktivitasa misalnya menuliskan releksidoapuisi membuat rangkuman tentang hidup sebagai anugerah Allah. Indikator 1. Menjelaskan makna bunuh diri dan euthanasia. 2. Menganalisis kasus-kasus bunuh diri dan euthanasia. 3. Mengungkapkan pandangannya tentang bunuh diri dan euthanasia. 4. Menjelaskan beberapa pandangan tentang bunuh diri dan euthanasia. 5. Melakukan tindakan preventif terhadap terjadinya bunuh diri dan euthanasia. Bahan Kajian 1. Arti, sebab, dan akibat bunuh diri dan euthanasia. 2. Beberapa pandangan tentang bunuh diri dan euthanasia kesehatan, kebudayaan, dan agama. 3. Pandangan Gereja Katolik tentang bunuh diri dan euthanasia. 4. Tindakan preventif terhadap terjadinya bunuh diri dan euthanasia. Sumber Belajar 1. Kitab Suci Alkitab . 2. Konferensi Waligereja Indonesia KWI. 1996. Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius dan Jakarta: Obor. 3. Bertens, K. 2002. Perspektif Etika: Esai-Esai tentang Masalah Aktual. Yogyakarta: Kanisius. 4. Kompedium Ajaran Sosial Gereja 5. Propinsi Gerejani Ende penterj. 1995. Katekismus Gereja Katolik. Ende: Nusa Indah. Pendekatan Kateketis dan Saintiik