Diskusi Pandangan Gereja tentang Euthanasia Penjelasan

279 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Gereja berdoa bagi mereka yang telah mengakhiri kehidupannya”. Walaupun demikian, kita tetap diajak mengimani 100 pada kerahiman Tuhan. Kita didorong untuk meyakini bahwa “rahmat-Nya tetap bekerja” sampai detik terakhir hidup semua orang. Dengan cara-Nya sendiri, Tuhan pasti mendorong orang yang bunuh diri untuk bertobat, sampai detik saat dia sudah tidak bisa kembali lagi. Tuhan yang Maharahim pasti akan menyelamatkan orang yang bertobat itu.

3. Diskusi Pandangan Gereja tentang Euthanasia

• Guru mengajak para peserta didik berdialog, untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang euthanasia menurut pandangan atau ajaran Gereja, dengan pertanyaan, sebagai berikut. 1. Apa saja dokumen ajaran Gereja tentang euthanasia, 2. Apa isi dokumen ajaran Gereja tersebut?

4. Penjelasan

• Guru memberikan penjelasan setelah mengumpulkan hasil dialog bersama para peserta didik tentang euthanasia, misalnya; - Katekismus Gereja Katolik, 1997 No 2276-2279 dan 2324 memberikan ikhtisar penjelasan ajaran Gereja Katolik yang menolak dengan tegas euthanasia aktif. - Kongregasi untuk Ajaran Iman; dalam , Deklarasi Mengenai Euthanasia, 5 Mei, 1980. Pendapat Gereja Katolik mengenai euthanasia aktif sangat jelas, bahwa ti- dak seorang pun diperkenankan meminta perbuatan pembunuhan, entah untuk dirinya sendiri, entah untuk orang lain yang dipercayakan kepadanya. Penderitaan harus diringankan bukan dengan pembunuhan, melainkan dengan pendampin- gan oleh seorang teman. Demi salib Kristus dan demi kebangkitan-Nya, Gereja mengakui adanya makna dalam penderitaan, sebab Allah tidak meninggalkan orang yang menderita. Dengan memikul penderitaan dan solidaritas, kita ikut menebus penderitaan. - Ensiklik Evengelium Vitaeoleh Yohanes Paulus II pada tanggal 25 Maret 1995. Secara khusus, ensiklik ini membahas euthanasia pada artikel nomor 64-67. Paus Yohanes Paulus II, yang prihatin dengan semakin meningkatnya praktik euthana- sia, memperingatkan kita untuk melawan “gejala yang paling mengkhawatirkan dari ‘budaya kematian’ …. Jumlah orang lanjut usia dan lemah yang meningkat dianggap sebagai beban yang mengganggu”. Euthanasia yang “mengendalikan maut dan mendatangkannya sebelum waktunya, dengan secara “halus” mengakhiri hidupnya sendiri atau hidup orang lain ….. tampak tidak masuk akal dan melawan perikemanusiaan“. Euthanasia merupakan “pelanggaran berat terhadap hukum Al- 280 Buku Guru Kelas XI SMASMK lah, karena itu berarti pembunuhan manusia yang disengaja dan dari sudut moral tidak dapat diterima”. Sebagai pendasaran, teks tersebut menunjuk pada hukum kodrati, Sabda Allah, tradisi dan ajaran umum Gereja Katolik. Langkah Ketiga: Menghayati Ajaran Gereja tentang Bunuh Diri dan Euthanasia

1. Peresapan