14 Buku Guru Kelas XI SMASMK
3. Menggali Arti dan Makna Gereja sebagai Umat Allah Melalui Sebuah Cerita.
• Guru mengajak peserta didik membaca dan menyimak berita berikut ini:
Paus: Gereja sebagai keluarga Allah
Audiensi Umum Paus Fransiskus pada tanggal 29 Mei 2013
Saudara-saudari sekalian, Selamat pagi Rabu lalu saya menekankan ikatan yang mendalam antara Roh Kudus dan Gereja.
Hari ini saya ingin memulai beberapa katekese mengenai misteri Gereja, misteri yang kita semua alami dan kita turut ambil bagian di dalamnya. Saya ingin melakukannya
dengan beberapa konsep yang jelas dalam teks-teks dari Konsili Vatikan II.
Hari ini yang pertama adalah: “Gereja sebagai keluarga Allah”. Dalam beberapa bulan terakhir saya menyebutkan lebih dari sekali Perumpamaan
tentang Anak yang Hilang atau, lebih tepatnya, Bapa Yang Murah Hati bdk. Luk 15:11-32. Anak bungsu meninggalkan rumah ayahnya, menghabiskan semua yang
ia miliki dan memutuskan untuk pulang lagi karena dia menyadari bahwa dia telah bersalah. Dia tidak lagi menganggap dirinya layak menjadi anak, tetapi berpikir ia
memiliki kesempatan untuk dipekerjakan sebagai pembantu. Ayahnya, sebaliknya, berlari untuk menemui dia, memeluknya, mengembalikan kepadanya martabatnya
sebagai anak dan merayakan hal tersebut. Perumpamaan ini, seperti yang lainnya dalam Injil, jelas menunjukkan rencana Allah bagi Umat manusia.
Apakah rencana Allah itu? Yakni membuat kita semua menjadi satu keluarga sebagai anak-anak-Nya, di mana setiap orang merasa bahwa Allah itu dekat dan merasa
dicintai olehNya, seperti dalam perumpamaan Injil, merasakan kehangatan menjadi keluarga Allah. Gereja berakar dalam rencana besar ini. Gereja bukan organisasi
yang didirikan atas perjanjian antara beberapa orang, tetapi seperti Paus Benediktus XVI telah begitu sering mengingatkan kita Gereja adalah pekerjaan Allah, yang
lahir justru dari rancangan penuh kasih, ini yang secara bertahap masuk ke dalam sejarah. Gereja ini lahir dari keinginan Allah untuk memanggil semua orang dalam
persekutuan dengan dia, persahabatan dengan dia; untuk berbagi dalam kehidupan ilahi-Nya sendiri sebagai putra-putra dan putri-putri-Nya. Kata “Gereja”, berasal dari
bahasa Yunani “ekklesia” , berarti “pertemuan akbar orang – orang yang dipanggil”: Allah memanggil kita, Ia mendorong kita untuk keluar dari individualisme kita, dari
kecenderungan kita untuk menutup diri kita sendiri, dan Dia memanggil kita untuk menjadi keluarga-Nya.
Selanjutnya, panggilan ini berasal dari penciptaan itu sendiri. Allah menciptakan kita supaya kita hidup dalam hubungan persahabatan yang mendalam dengan Dia,
dan bahkan ketika dosa memutuskan hubungan dengan Dia, dengan orang lain dan
15 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti
dengan ciptaan lainnya, Allah tidak meninggalkan kita. Seluruh kisah keselamatan adalah kisah Allah yang berusaha meraih manusia, menawarkan cinta-Nya kepada
mereka dan menyambut mereka. Ia memanggil Abraham untuk menjadi bapa dari banyak orang, Ia memilih orang Israel untuk membuat sebuah perjanjian yang akan
merangkul semua orang, dan dalam kepenuhan waktu, Ia mengutus Putra-Nya sehingga rencana cinta dan keselamatan-Nya dapat digenapi dalam Perjanjian Baru
dan kekal dengan seluruh Umat manusia.
Ketika kita membaca Injil, kita melihat bahwa Yesus mengumpulkan di sekitar- Nya komunitas kecil yang menerima irman-Nya, mengikuti-Nya, turut serta
dalam perjalanan-Nya, menjadi keluarga-Nya, dan dengan komunitas inilah Dia mempersiapkan dan membangun Gereja-Nya.
Jadi dari manakah Gereja itu terlahir? Gereja lahir dari tindakan kasih yang paling agung dari Salib, dari sisi lambung Yesus yang ditusuk dan mengalirkan darah dan air,
simbol dari Sakramen Ekaristi dan Pembaptisan. Darah kehidupan keluarga Allah, Gereja, adalah kasih Allah yang diaktualisasikan dalam mencintai diri-Nya dan orang
lain, semua orang, tanpa membeda-bedakan atau membatasi. Gereja adalah keluarga yang kita cintai dan mencintai kita.
Kapan Gereja memanifestasikan dirinya? Kita merayakannya dua minggu yang lalu, Gereja menjadi nyata ketika karunia Roh Kudus memenuhi hati para Rasul dan
membakar semangat mereka untuk pergi ke luar dan memulai perjalanan mereka untuk mewartakan Injil, menyebarkan kasih Allah.
Hari ini masih ada beberapa orang yang mengatakan: “Kristus ya, Gereja tidak”. Seperti orang yang mengatakan, “Saya percaya pada Tuhan, tetapi tidak pada Imam”.
Tapi Gereja sendiri yang membawa Kristus kepada kita dan yang membawa kita kepada Allah. Gereja adalah keluarga besar anak-anak Allah. Tentu saja Gereja juga
memiliki aspek manusiawi. Dalam diri mereka yang membentuk Gereja, para Imam dan Umat beriman, terdapat kekurangan, ketidaksempurnaan, dan dosa. Paus juga
memiliki hal-hal tersebut dan banyak dari mereka; tetapi yang indah adalah bahwa ketika kita menyadari bahwa kita adalah orang berdosa kita menemukan rahmat Allah
yang selalu mengampuni. Jangan lupa: Allah selalu mengampuni dan menerima kita ke dalam cintanya yang penuh dengan pengampunan dan belas kasihan. Beberapa
orang mengatakan bahwa dosa adalah suatu pelanggaran terhadap Allah, tetapi juga merupakan kesempatan untuk merendahkan diri sendiri untuk menyadari bahwa
ada sesuatu yang lain lebih indah: kerahiman Allah. Mari kita pikirkan hal ini.
Mari kita bertanya pada diri kita hari ini: seberapa saya mencintai Gereja? Apakah saya berdoa untuknya? Apakah saya merasa menjadi bagian dari keluarga Gereja? Apa
yang harus saya lakukan untuk memastikan bahwa Gereja adalah sebuah komunitas tempat setiap orang merasa diterima dan dipahami, merasa belas kasihan dan kasih
16 Buku Guru Kelas XI SMASMK
Allah yang memperbaharui hidup? Iman adalah sebuah karunia dan sebuah perbuatan yang menjadi perhatian kita secara pribadi, tetapi Allah memanggil kita untuk hidup
dengan iman kita bersama-sama, sebagai sebuah keluarga, sebagai Gereja.
Mari kita mohon kepada Tuhan, dengan cara yang sangat khusus selama Tahun Iman ini, semoga masyarakat kita, seluruh Gereja, semakin menjadi keluarga sejati yang
hidup dan membawa kehangatan kasih Allah....AO
Lapangan Santo Petrus, 29 Mei 2013,
Diterjemahkan dari: www.vatican.va dalam http:katolisitas.org11518paus-gereja-sebagai-keluarga-allah
4. Pendalaman Cerita