Menyimak Kasus Aborsi Aborsi

258 Buku Guru Kelas XI SMASMK perlindungan tersebut sering berhenti pada wacana, karena dalam kenyataannya banyak peristiwa yang kita saksikan, justru bukan merupakan perlindungan terhadap hidup, tetapi pemusnahan hidup. Kasus-kasus pengguguran dengan sengaja sering kita baca dan dapat kita lihat di berbagai media. Gereja Katolik sebagai sebuah institusi yang berfungsi sebagai pedoman moral khususnya menyerukan bahwa “kehidupan manusia harus dihormati dan dilindungi secara absolut sejak saat perubahannya di dalam rahim seorang ibu. Kitab Suci menulis: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau” Yer 1: 5. Karenanya setiap orang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mencegah terjadinya abortus. Negara dan Gereja berpandangan sama bahwa abortus merupakan tindakan yang tidak dapat dibenarkan. Karena itu, kepada pelaku kejahatan abortus akan dikenakan hukuman pidana berat dan dosa besar di hadapan Tuhan. Melalui kegiatan pembelajaran ini, para peserta didik memahami ajaran Gereja tentang kekudusan hidup manusia, dan berusaha untuk menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang merendahkan martabatnya sebagai manusia. Kegiatan Pembelajaran Pembukaan: Doa • Guru mengajak para peserta didik untuk memulai pelajaran dengan doa ,seperti contoh berikut. Allah Bapa yang penuh kasih, Terima kasih untuk berkat penyelenggaraan-Mu bagi hidup kami yang sangat berharga. Kami mohon bimbingan-Mu ya Bapa agar kami dapat memahami pelajaran tentang bagaimana seharusnya kami menghargai hidup manusia sesuai kehendak- Mu. Doa ini kami satukan dengan doa yang diajarkan Yesus kepada kami; “Bapa kami yang ada di surga.....” Langkah Pertama: Menggali Makna Aborsi

1. Menyimak Kasus Aborsi

• Guru mengajak para peserta didik untuk membaca dan menyimak berita berikut ini: Menyusuri Praktik Aborsi Ilegal di Jakarta JAKARTA, KOMPAS.com — Berkali-kali tempat aborsi ilegal digerebek polisi, tetapi 259 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti keberadaannya tetap saja menjamur. Namanya ilegal, tentu saja tempat praktiknya hanya diketahui orang-orang tertentu. Lokasi tempat-tempat praktik aborsi ilegal ini diketahui dari mulut ke mulut. Pengguna jasanya pun tidak bisa langsung ke tempat praktik aborsi, melainkan harus menggunakan jasa calo. Wartawan Kompas.com dan Seputar Indonesia sempat bertemu dengan calo berinisial aborsi ilegal, sebut saja namanya Irwan bukan nama asli, di Jalan Raden Saleh, Cikini, Jakarta Pusat. Irwan mengaku menerima komisi Rp 300.000,00 untuk sekali mengantarkan pasien. Uang tersebut diberikan langsung oleh dokter yang menangani. Setelah itu, Irwan mengantar kami ke salah satu rumah tempat aborsi ilegal yang berada di antara perumahan di kawasan Salemba, Jakarta Pusat. Saat memasuki rumah tersebut, tampak lima orang berbadan tegap dan berambut cepak, seperti aparat keamanan memakai baju bebas, berjaga di depan rumah. Para pria berbadan tegap itu tidak sungkan-sungkan menanyakan keperluan siapa pun yang datang. Namun karena sudah mengenal Irwan, mereka memperbolehkan kami masuk menemui dokter. Memasuki rumah, setiap pasien disambut bagian administrasi. Mereka diwajibkan membayarkan biaya administrasi konsultasi sebesar Rp 100.000,00 yang diserahkan kepada dua orang wanita yang berada di ruang tamu. Setelah itu, barulah pasien bertemu dengan sang dokter. “Mana wanitanya? Kok hanya prianya saja,” tanya pria berusia 50 tahun, yang disebut-sebut sebagai dokter aborsi. Mengetahui kami hanya ingin berkonsultasi, dokter yang hanya mengenakan kemeja itu kemudian memberi penjelasan. Mulai dari tarif hingga prosedur aborsi. Menurut dokter tersebut, umur kandungan menentukan harga. Untuk kandungan di bawah tiga bulan, tarifnya dikenakan Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Sementara itu untuk usia kandungan di atas tiga bulan, tarifnya berkisar Rp 4 juta hingga Rp 5 juta. Sebelum dilakukan pengaborsian, pasien akan diperiksa terlebih dahulu kandungannya dengan menggunakan USG. Dari hasil USG, dapat diketahui berapa umur kandungan tersebut. Setelah itu, dokter juga memberi tahu apa saja yang harus diperhatikan oleh pasien pasca aborsi. “Jika sudah diaborsi, nanti wanitanya jangan minum yang bersoda, beralkohol, jangan makan yang pedas-pedas dan berminyak. Dan jangan berhubungan intim dulu selama tiga minggu,” kata dokter tersebut. “Tindakan aborsinya sebentar saja kok, paling 10 menit. Nanti kita berikan dua jenis obat untuk menghilangkan rasa sakit. Lalu selama tiga minggu pasien harus istirahat total. Nanti kalau capek, takutnya akan terjadi pendarahan,” jelasnya. Setelah 30 menit berkonsultasi, Kompas. com kembali berbincang dengan Irwan. Dia menceritakan bahwa beberapa publik igur juga pernah memakai jasanya mengantarkan ke dokter aborsi. “Biasanya kalau artis dibawa ke Jalan Kramat karena di sana tempatnya lebih bagus dan harganya pun jauh lebih mahal, bisa lebih dari Rp 8 juta,” kata Irwan. Di wilayah Jakarta Pusat, kata dia, terdapat tujuh lokasi tempat praktik aborsi ilegal, seperti di 260 Buku Guru Kelas XI SMASMK Salemba, Kramat, Pardede, Raden Saleh, dan Tanah Tinggi. Selain di wilayah Jakarta Pusat, praktik aborsi ini juga ada di wilayah Jakarta Timur, tepatnya di daerah Pondok Kopi. Sementara itu, Kapolresta Jakarta Pusat Komisaris Besar Agesta Ramona Yoyol menampik keberadaan praktik aborsi ilegal tersebut. Menurutnya, selama ini pihaknya tidak pernah menerima laporan keberadaan aborsi ilegal. “Tidak, tidak ada. Di mana itu tempatnya, biar kami tangkap pelakunya,” jawabnya saat dikonirmasi, Rabu 342013.

2. Pendalaman