246
penghasilan yang sudah dikenakan pajak atau berasal dari penghasilan yang bukan objek pajak.
4.3. Pengungkapan Harta
Dalam UU Pengampunan Pajak, diatur bahwa untuk mendapatkan pengampunan atas kewajiban pajak yaitu: i PPh; dan ii PPN atau PPN dan
PPNBM yang belum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku, mekanismenya dilakukan melalui
pengungkapan harta yang belum atau belum sepenuhnya dilaporkan di SPT PPh tahun 2015
. Uang tebusan yang dibayar untuk mendapatkan pengampunan dihitung dengan basis
pengungkapan harta tersebut. Jadi, terdapat perbedaan antara ‘
pengertian
’ pengampunan pajak untuk menghapuskan pajak terutang atas kewajiban dua
jenis pajak, dan ‘
basis
’ penghitungan uang tebusan yang didasarkan atas harta untuk mendapatkan fasilitas penghapusan pajak terutang atas dua jenis
kewajiban jenis pajak tersebut. Dengan demikian, program pengampunan pajak pada dasarnya
tidak menciptakan jenis objek pajak baru
. Harta yang belum atau belum sepenuhnya dilaporkan dalam SPT PPh 2015
digunakan sebagai
basis
untuk mendapatkan pengampunan pajak. Alasannya, karena harta yang belum atau belum sepenuhnya dilaporkan di
SPT PPh 2015 tersebut
merepresentasikan
kewajiban perpajakan yang belum atau belum sepenuhnya diselesaikan oleh wajib pajak sampai dengan
tahun pajak 2015.
Adapun alasan penggunaan harta sebagai basis mekanisme perhitungan untuk mendapatkan pengampunan pajak adalah sebagai berikut:
i Banyak penghasilan terutama dari aktivitas-aktivitas shadow economy
sulit untuk diidentifikasi dan dikalkulasi, sehingga dibutuhkan suatu informasi
lain, yaitu harta, yang mampu mengestimasi approximation
besaran pajak terutang. Pada umumnya, akumulasi dari penghasilan, baik yang
dilaporkan maupun tidak, akan diinvestasikan dalam bentuk harta. Harta tersebut dapat saja berupa aset tidak bergerak, logam mulia, dana
deposito, hingga misalkan surat berharga dan asuransi. Oleh karena itu, sebagian dari harta yang dimiliki oleh wajib pajak pada dasarnya dapat
menjadi suatu prediksi tentang kondisi riil dari aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh wajib pajak. Dengan kata lain, informasi atas harta yang
Untuk mendapatkan salinan resmi, hubungi Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jl. Merdeka Barat No.6, Jakarta 10110, Telp. 021 23529000, Fax 021 3520177, Email: sekretariatmahkamahkonstitusi.go.id
247
belum atau belum sepenuhnya diungkap tersebut dapat dipergunakan dalam
memetakan perilaku kepatuhan wajib pajak
. ii Alasan kesederhanaan.Upaya melacak harta pada hakikatnya akan jauh
lebih mudah jika dibandingkan dengan upaya melacak transaksi penghasilan. Pengungkapan harta sebagai prasyarat pengampunan juga
turut mempertimbangkan
administrative cost pada saat periode pasca
pengampunan pajak, di mana meningkatkan kepatuhan akan lebih efisien karena adanya informasi atas harta wajib pajak sebagai alat verifikasi.
iii Dalam konteks sistem self assessment
dengan besaran shadow
economy yang tinggi, seperti di Indonesia, maka upaya
matching antara
harta dengan pembayaran pajak menjadi sangat penting. Matching
antara nilai pajak yang selama ini dibayarkan dengan jumlah kekayaan akan
membuat pemeriksaan pajak semakin mudah. Pada berikutnya, gap
antara pembayaran pajak dan jumlah harta dapat menjadi indikasi adanya penghasilan yang selama ini tidak tercatat atau tidak dilaporkan.
Selain itu, pengungkapan harta tersebut akan sangat bermanfaat bagi penegakan hukum pajak dan upaya memonitor naik turunnya kekayaan
wajib pajak di masa mendatang.
Terkait dengan kewajiban untuk mengungkapkan harta, pengampunan pajak seharusnya ‘tidak dibaca’ sebagai penghilangan unsur paksaan, karena
melalui pengampunan pajak justru pemerintah
memaksa
wajib pajak yang selama ini tidak patuh agar menjadi patuh. Lebih lanjut lagi, sifat ‘memaksa’
dari pajak juga dapat dilihat dari
upaya memaksa pengungkapan harta
yang belum atau belum sepenuhnya dilaporkan bagi wajib pajak yang ingin
mendapatkan pengampunan. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 5 dan 6 UU Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak. Jadi, elemen paksaan
yang ada dalam sistem pajak sejatinya
tidak hilang
.
4.4. Fasilitas yang Diberikan